6. Berhak

1152 Words
Naziha tampak menuruni taksi dengan santai. Sesantai pakaianya. Jeans dan cardigan yang di kenakanya tampak menjuntai sampai betis. Tak lupa hijab satin yang senada sengan blus yang ia kenakan. Sepatu miliknya mulai melangkah memasuki sebuah cafe elite. Naziha tampak mengedarkan pandanganya dan senyumnya merekah saat mendapati dua sahabat perempuannya melambai lambai di ujung ruangan. "Em, Tik?" Sapa nya lantas duduk di depan sahabatnya itu. "Lama banget lu Zi?" Tanya Kartika "Macet" "Yaelah biasanya juga ngebut cari jalan pintas?" Sahut Emely "Iya kalo bawa mobil sendiri gue kan naik taksi" "Nah Lho? Kenapa? Gak di izinin suami? Gak boleh bawa mobil sendiri? Ih perhatian banget sih?" Celetuk kartika. "Bukan, mobilnya masih di rumah ortu gue," "Oh." "Kalian ngapain gak ke kampus?" Tanya Ziha pada kedua sahabatnya yang asik mengunyah kentang sambil memainkan hp. "Tuh si tika ngajakin bolos" jawab Emely . "lo jangan keseringan ngajak Em bolos dong Tik! dia kan anak teladan." jawab Ziha mulai ikut mengunyah kentang temanya. Naziha dan teman temanya menikmati jus buah dan cemilannya sambil berceloteh ria. Pandangan Naziha yang mengedar di ruangan itu, tengah menemukan sesosok yang familiar. Sosok yang ketampanannya di anggap bonus di hidupnya. Sosok yang tegap yang beberapa hari ini mengisi hidupnya. Senyum Naziha berubah sendu kala didapatinya suaminya tengah tertawa bersama seorang wanita yang tengah bergelayut manja di lengan suaminya Alfian. "Guys gue ke toilet bentar" Naziha lantas bangkit dari kursinya dengan muka yang sebenernya agak kesal tapi penuh perhitungan. __ ___ Sementara, di arah jam tiga, seorang pemuda tampan yang sedang asyik bersenda gurau dengan lawan bicaranya, Tampak tak peduli jika sebenarnya ada tatapan tajam yang di arahkan pada mereka berdua. Tes tes ck Terdengar suara mic dari atas panggung yang terdapat di dekat pintu dapur cafe. "Emm sebenarnya saya cuma iseng sih pengen nyanyi tapi lagu ini buat semua pengunjung di sini". Tiba tiba sebuah suara terdengar lagi. Dari sosok gadis cantik. "Jreeeng!" Tambahnya memetik asal gitar yang tengah dipangkunya. Dan masih tak berpengaruh, untuk pendengaran seorang pemuda yang kini tengah ditatap oleh pemegang gitar. Karena pemuda itu tampak asyik dengan lawan bicaranya. Ziha mulai mengalunkan bait pertama dari lagunya. Terdengar suara merdu yang minta diperhatikan. Suara dari seorang gadis yang tatapannya tak lepas dari sosok pemuda yang ia kenali sebagai suami sahnya. Yang tak lain adalah Alfian. Naziha menarik jilbabnya ke belakang dan melanjutkan bait bait lagunya dengan suara kas dan petikan gitarnya yang indah beriringan. Dan bait pertama telah mampu menyita perhatian seluruh pengunjung cafe tak terkecuali pandangan Alfian. Sosok pemuda tampan yang sedari tadi tak pernah lepas dari mata hitamnya. Senyum miring milik Ziha yang timbul dari sudut bibirnya dengan ekspresi sedih, ketika matanya menjumpai pemandangan di mana sosok wanita tengah bergelayut manja di lengan suaminya. Lagu kembali mengalun merdu. Hingga bait selanjutnya, mata Naziha tak lepas dari Alfian suaminya. Tampak Alfian yang terlihat masih tenang. Tatapannya tetap datar membuat hati Naziha makin meringis. Namun seulas senyum timbul ketiga melihat Alfian yang terus berusaha melepas rangkulan wanita di sampingnya. Naziha menyelesaikan lagunya dan disusul dengan riuh tepuk tangan. "Ok fix itu mah ceweknya yang kegatelan." Gumam Naziha pelan. Ia turun dari panggung menatap kearah wanita di samping suaminya yang mengenakan pakaian kurang bahanya. Dan terkesan menggoda suaminya Tak menghiraukan tatapan kedua sahabatnya, Naziha melangkah menuju tempat di mana ia menemukan wanita yang tengah bergelayut di lengan suaminya. Tanpa ba bi bu, Naziha menghentakkan kasar tangan wanita yang tengah bergelayut di lengan suaminya. "b******k!! Apa apaan sih lo?" Seru wanita itu terkejut dengan kelakuan Naziha. Di pandangnya Naziha dengan tatapan meremehkan. "Nggak sopan mbak." Jawab Naziha dengan nada datar. "Eh urusan lo apa hah?" Teriak wanita itu makin meninggi. "Mita jangan teriak teriak!" Kini Alfian ikut menyahuti perdebatan kedua manusia yang sepertinya akan timbul bencana ini. "Ih apaan sih Al cewek ini yang mulai." Mata Mita menyapu pandanganya pada Ziha dari kaki sampai ujung kepala. Seringainya muncul. "Eh lo diajarin sopan santun gak sih? Luarnya aja berhijab kelakuan kayak bar bar." "Ih mbaknya judes. Saya mau kasih tau mbaknya gak sopan gandeng gandeng lengan cowok di tempat umum. Sok mesra gitu. Mbak yang gak sopan." Ucap Ziha membalikkan tuduhan. rupanya ia juga tak mau kalah. "Mulut lo ya. Tampang kampungan." "Saya memang dari kampung tapi saya gak kampungan. Mbak nya yang kampungan kali?" Dan lagi Ziha membalikkan tuduhannya. "Eh mata lo lihat gak. Gue modis gini, nah lo apaan?" Mita menyentak cardigan polos yang di kenakan Ziha. Tatapannya mengejek pada penampilan Ziha yang tertutup. "Ck modis apaan, pakai baju kurang bahan gitu." Bantah Ziha masih dengan angkuhnya. "Sialan mulut lo ya, harga baju gue lebih mahal dari semua pakaian yang lo kenakan beserta aksesorisnya." Sungut Mita yang mulai berapi api. "Masa?" Balas Ziha dengan nada meremehkan. Kini tangannya berayun menyentuh pakaian Mita dan menggeseknya seolah sedang meneliti jenis kain. "Kain beginian di pasar juga banyak yang jual." Lanjut Ziha. "Apa???" Tanya Mita bingung. "Iya ini jenis kain Lycra. Memang sih modelnya bagus tapi cuma menang merk aja. Soalnya harga kainnya gak terlalu mahal." Jawab Ziha tersenyum penuh arti "Apaan maksud lo?" Sungut Mita berapi api karena dibuat tambah bingung. Ia merasa ada nada merendahkan dari mulut gadis di depannya. "Lo sok punya baju mahal padahal baju lo dari bahan biasa aja, yang dijahit oleh brand ternama jadi harganya mahal, artinya lo ketipu sama merk doang gak dengan kualitas." Naziha menyodorkan gambar ponselnya yang sudah tertera banyak gambar jenis kain. "Udah gitu bahanya dikit lagi." Tambahnya. "Nih lihat, sekarang lu pegang baju gue, cardigan yang lo hina tadi ini jenis cashmere dan blus gue jenis viscose. Dan lo tau harga per meter kainnya 3 kali lipat lebih mahal dari baju yang lo pakai." Dan lagi-lagi Ziha menunjukkan buktinya. Ia hanya ingin cewek di depannya tak menghina penampilannya. Ia sok pake baju butik yang gak taunya mahal gara-gara merk sedangkan Ziha hunting jenis kain termahal dan ia menjahitnya sendiri hingga ia tak perlu mengeluarkan biaya. Meski gak branded tapi kualitas nomer satu. Mita mati kutu. Siapa sangka gadis di depanya akan mengomentari mulai dari jenis kain dan kualitasnya. Yang ia tau baju yang di beli itu harganya emang mahal. Gak tau bahan maupun asalnya. Akhirnya ia mendengus dan pergi. "Ngapain sih?" Dan kini Alfian yang dari tadi hanya mendengarkan dalam diam, kini membuka suara setelah perginya Mita, cewek yang sedari tadi menemaninya makan siang. "Kamu kenapa diam aja digandeng cewek bukan muhrim mas?" Jawab Ziha. "Udahlah Zie, kamu gak perlu sewot seperti itu. Dia cuma teman aku." "Aku berhak sewot karena kamu suami aku mas." "Dan lebih berhak lagi aku." Ucap Alfian menghela nafas sesaat. "Sebagai suami kamu, sekarang aku minta kamu pulang!" Titahnya. "Ih sebel, ngapain di rumah bosen." Alih-alih menurut Ziha malah mengaktifkan mode manja. "Ngapain kek. Masak yang enak sana. Nunggu gue pulang kerja." Perintahnya lagi seraya membalikkan badan menuju pintu utama setelah membayar makanannya. Naziha memperhatikan kedua sahabatnya yang berdiri tepat satu meter di belakangnya. Seolah meminta pendapat, mereka malah mengendikan bahunya dan menyuruh Ziha pulang saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD