7. Tak menyerah

1874 Words
Langkah kaki Alfian terasa berat, jalanya terlalu gontai, ia melangkahkan kakinya untuk mengikis jarak antara dirinya dan bangunan pintu kokoh yang berjarak beberapa meter saja. "Kenapa lo? Kayak gak dapet jatah aja?" Suara seorang laki laki yang menyapanya setelah ia membuka pintu ruangan kerjanya. "Ngapain lo di sini" bukanya menjawab, Alfian malah balik bertanya dan menghempaskan begitu saja tubuhnya di kursi kebesaranya. Mengusap frustasi wajah dengan tangan kekarnya. Alfian merasa muak dengan perlakuan istrinya yang begitu berlebihan padanya, padahal Alfian jelas mengatakan bahwa pernikahan mereka hanya karna paksaan. Tapi istrinya itu tetap kekeuh untuk mendekatinya. "Bosan gue di rumah" ucapnya membuat dahi kawanya mengerut. "Eh busyet deh, belom juga sebulan lo kawin, udah bosan aja," sahut Dion "Nikah b**o, dia belom gue jebol" "Hah? Seriusan?" Dion menatap Alfian tak percaya, "gimana ceritanya seorang Alfian gak nafsu ama cewek?" "Seriusan gue, do'i itu tertutup, gue aja baru lihat rambutnya yang panjang itu pas tidur doang" "Set dah, itu burung lo gak minta jatah apa? Apalagi lo tidur se ranjang kan?" "Mulut lo di jaga onta" Alfian melempar pensil dengan geram ke wajah sahabatnya sekaligus managernya itu. "Bini lo bakalan di ajak ke acara resepsi nikahan adek gue kan?" Tanya Dion mengalihkan pembicaraan. "Iya kalo dia mau," " harus mau lah, gue kan belum pernah lihat istri lo, secara nikahan lo bareng sama akhad nikah adek gue sih," ___________ Naziha tampak kesal menatap meja makan di depanya. Sudah niat baik ia mau belajar memasak sama si bibi, eh hasilnya masih aja hancur. "Sabar atuh non, namanya juga belajar," tutur si wanita paruh baya itu untuk menenangkan majikanya kala melihat ziha kesal setengah mati "Ya Allah mbok, ini udah keberapa kali aku gagal" ucap Ziha memanyunkan wajahnya. Naziha memang Ahli dalam bergaul. Tapi untuk urusan masak dia nol besar. Apalagi abangnya koki. Tinggal sebut mau makan apa pasti dibuatin. Sekarang terima nasib dia, ketika sudah berumah tangga sendiri. Bahkan masak nasi goreng saja gagal. Alfian yang baru memasuki rumahnya, langsung berjalan menuju dapur kala mendengar suara percakapan dari sana. Ia menatap heran wajah istrinya yang murung. Hijabnya di sampirkan ke pundak. Dan kakinya yang di balut kain katun itu dihentakkan dengan kesal. Kenapa lagi ni bocah batinya. "Ada apa ini?" Tanya Alfian mendekati kursi yang diduduki istrinya. "Udah pulang mas?" Ziha yang sadar akan kedatangan suaminya pun segera berdiri meraih tas lalu tangan suaminya untuk di cium. Padahal baru jam 3 sore, biasanya suaminya ini akan pulang begitu larut ketika Ziha sudah di alam mimpi. Tumben batinya. "Kenapa gak di jawab? Ada apa?" Tanya Alfian lagi yang menyadari keadaan dapurnya yang berantakan. "Ini Non Ziha lagi belajar masak Den," jawab si bibi dan di ikuti cengirah khas di wajah ziha. Alfian memandang Ziha heran,"ku pikir kamu pinter masak?" Kata Alfian yang memang belum pernah mencicipi masakan Ziha. Secara abang Ziha adalah koki handal, ia pikir Ziha juga bisa masak. Ziha hanya tersenyum malu. Merutuki kebodohanya. Kenapa dia gak belajar masak dari dulu sama abangnya. "Maaf" "Udah mbok beresin aja, Saya mau makan di luar." "Eh?" Seru Ziha heran. "Kamu ada acara gak?" Tanya Alfian dengan harapan istrinya bisa ikut dia ke acara nikahan adik dari sahabatnya. "Nggak mas, aku mau di ajak dinner ya? Boleh deh.." jawab Ziha antusias, padahal dia juga harus datang ke resepsi pernikahan Ardhan sahabtnya. Entarlah abis makan baru datang. Yang penting nongol, pikirnya. "Aku mau ajak ke acara adeknya temen aq" "Yaaaaah" seru Ziha kecewa "lama nggak?" "Ya lihat aja nanti, kalo kamu ada acara lain gakpapa saya bisa ajak temen" "Temen? Siapa? Cewek? Ih kok gitu sih mas?" "Mau ikut apa nggak?" Kata Alfian tak sabar dengan tingkah Ziha yang merengek. "Iya iya" jawab Ziha kesal jangan sampai suaminya ajak cewek lain. Dan kekesalan Ziha bertambah setelah menerima Telpon dari Temanya. "Zie lo cepetan kesini sekarang juga! Kita mau tampil di nikahanya Ardhan tapi drumernya sakit. Lo yang gantiin" suara laki laki yang di kenali Ziha sebagai anggota bandnya Ardhan itu tengah berceloteh ria di ujung handphone nya. "Ish enggak mau ah. Gue mau kencan biasanya kan gue gantiin pianis" sahut jiha sebal melihat suaminya yang tengah menaiki tangga menuju kamar mereka. "Tega banget lo Zie?? Lo kan juga jago main drum. Ini nikahan sahabat lo tau nggak? Lo nggak dateng apa?" "Ih Yo, gue gak bisa, gue mau kencan ama laki gue, gue datengnya entar maleman terserah kalo elo mau nungguin gue." Bodo amet lah. Jarang jarang kan Alfian ngajakin dia pergi. Biasanya cuek badai. Dengan semangat 45 Ziha segera menyusul suaminya. Dan ketika mendapati si Alfian tengah berada di kamar mandi, Ziha membuka lemarinya dan memilih baju yang akan ia kenakan. "Ih pusing, gue pake baju yang mana ya???"" ________ "Kita mau ke acara apa sih mas?" Tanya Naziha yang kini tengah duduk nyaman di kursi penumpang dalam mobil mewah milik Alfian. "Resepsi" jawab Alfian singkat yang diangguki oleh ziha. Pelit banget ngomongnya. Untung saja Ziha tidak memakai celana jeans seperti biasanya. Dia tetap memakai celana bahan batik yang di padukan dengan blus polos dengan kombinasi brokat berwarna blue toska. Ia terlihat anggun dengan hijabnya dan tetap bebas bergerak. "Lha mas? Ini bukanya rumahnya si Meliya?" Tanya Ziha lagi ketika sadar kalau tempat yang di tuju Alfian benar benar di kenalinya. Meliya istrinya Ardhan sahabatnya. "Iya, kamu kenal Liya?" Tanya Alfian agak terkejut "Nggak juga sih. Suaminya itu temen kuliah aku." "Oh ya udah ayo masuk. Bagus deh kalo ada yang kamu kenal" Naziha mengangguk dan berharap Alfian akan membukakan pintu mobil setelah mobil terparkir sempurna. Dan kenyataan sering kali pahit. Ziha mendengus kesal ketika melihat Alfian yang hanya berlalu tanpa menggandeng tanganya. Mungkin Alfian kenal sama mertua atau kakak ipar Ardhan. Naziha tak ambil pusing. Ia terlalu bahagia bisa bersama suaminya malam ini. "Ih mas tungguin!" Seru Ziha yang setelahnya segera menggapai lengan Alfian. Alfian hendak melepasnya namun Ziha makin erat merangkul lengan suaminya. Dan akhirnya Alfian menyerah. Ia tak mungkin melakukan itu di depan umum. Apalagi menepis tangan istrinya. "Lo?" Dion tampak terkejut saat Alfian memperkenalkan Naziha sebagai istrinya. Sedang Ziha hanya senyum senyum tak jelas. Ia jadi ingat waktu dirinya dan Faresh membuat kakak ipar Ardhan ini babak belur beserta anak buahnya "Hai kakak iparnya Ardhan?" Sapa Ziha dengan posisi bergelayut manja di Lengan Alfian. Sedang Alfian hanya diam saja menanggapi dua insan yang sepertinya gak perlu di perkenalkan lebih jauh lagi. "Serius Al ini istri Lo?" Tanya Dion pada sahabatnya Ziha hanya tersenyum tanpa merubah posisinya. Dan Alfian yang memutar bola matanya seolah merasa di ledek sahabatnya. Secara dia pernah bilang pada Dion bahwa dia tak akan menikahi gadis berhijab yang pola pikirnya kuno banget. Tapi entahlah Alfian merasa Ziha berbeda. Ziha bahkan tidak akan malu malu bersikap manja padanya. Meskipun selama ini dirinya tak pernah perduli dengan sikap manis Naziha. Gadis itu tetap gencar mendapatkan perhatianya. "Lo gak pernah di bikin patah tulang kan?" Lanjut si Dion penasaran "Maksud lo?" Tanya Alfian yang tengah di landa kebingungan. Apa yang tak ia ketahui tentang istrinya. "Udah Mas jangan di dengerin kakanya Meliya ini. Yuk aku kenalin ama sahabat aku. " potong Ziha menarik lengan suaminya menuju tempat di mana ia melihat keempat sahabatnya berkumpul. "Tunggu deh. Lo kenal banget sama si Dion" tanya Alfian yang masih penasaran. "Dia kan kakaknya Meliya. Meliya istrinya Ardhan. Ardhan itu sahabat aq dari SMP." Jelas Ziha asal mendengar kata Alfian yang kadang memanggilnya kamu kadang lo. 'Kenapa gak istiqomah sama kata kamu aja sih' runtuknya dalam hati. "Bukan. Maksudku...." "Aku sama Faresh pernah mukulin bang Dion pas dia ngehajar Ardhan" lagi lagi Ziha memotong ucapan suaminya. "Itu kalau yang mas ingin tau. Makanya tadi bang Dion bilang gitu," lanjut Ziha meringis mengingat tragedi itu. "Apaaa?" Tanya Alfian memastikan keterkejutanya mendengar kenyataan tentang istrinya yang sampai menghajar sahabatnya. Namun ziha tak lagi merespon ia mendekati keempat sahabatnya dan memperkenalkan suaminya. Alfian hanya tersenyum santun ketika besalaman dengan teman teman istrinya. Ia tak mungkin bisa akrab dengan mereka. Umurnya saja terpaut sangat jauh. Alfian yang menginjak usia 29 tahun sedangkan mereka mungkin sepantaran dengan istrinya. Tentu saja ia lebih tampak dewasa dan berwibawa di banding teman teman Ziha yang terkesan santai dan seenaknya. Alfian mengangguk sopan pada beberapa rekan kerjanya yang juga merupakan rekan kerja orang tua Dion. Sementara Ziha, setelah ia mengenalkan Ziha pada beberapa rekanya, Ziha kembali menemui sahabat sahabatnya. "Hi Al?... Alfian?" Alfian menoleh mengikuti asal suara seorang perempuan yang tengah memanggil namanya. Alfian memicingkan matanya. "Rinka?" Ucap Alfian memastikan. Dan tanpa diduga, Wanita bernama Rinka itu langsung menghambur ke pelukan Alfian. "Long time no see baby" lanjutnya bertingkah sok Manja. "Eh Mantan? Kapan balik? Gue pikir lo gak bakalan datang" potong Dion yang entah sejak kapan berdiri di samping mereka. "Kemarin, pas papa mau ke acara ini gue ikut gak taunya ada si Al" jawab wanita dengan tubuh proposionalnya yang tampak seksi itu . Rinka yang sepertinya seumuran dengan Alfian dan juga Dion itu tampak seksi dengan gaun setengah paha tanpa lengan. "Gak nyangka gue, adik kecil Lo ngelangkahin gue. Serasa gak laku deh gue." Alfian hanya terkikik geli menanggapi wanita di sampingnya ini. Rinka adalah mantan si Dion yang hubunganya kandas karena pernyataan si Rinka yang sebenernya menyukai Alfian. "Udah yuk lihat band-nya adik ipar gue, udah tampil" ajak Dion mengajak mereka melihat lebih dekat panggung yang sudah banyak di kerumuni para tamu undangan. "Gue suka Rock" kata Rinka ketika musik berdentum keras. Dan drum di tabuh dengan lantang. Ia mengikuti Dion dengan menggandeng lengan Alfian. Dan parahnya si Alfian diam aja. Perlu di tabok istri dia. Ardhan berjingkrak menghayati lagunya. Semua penonton bersorak sorai. Namun pandangan Alfian tertuju pada pemain drum di belakang. Hentakan stiknya menunjukkan kekesalan. Bagaimana gak kesel kalau melihat suaminya di gandeng perempuan yang tak ia kenal tapi diam aja. Ziha memukul drum mengikuti lagu. Tapi tatapan kesal di tujukkan pada suaminya. Seolah ia sedang memukuli wajah si Alfian. ________________ Sesampainya di rumah Naziha terus terusan menghentakkan kakinya kesal. Alfian bahkan tak sadar akan kesalahanya. Penjelasanya mengenai si Rinka Rinka itu gak masuk akal. 'Temen masak gandeng gandeng segala' gerutu ziha tak terima. Dan parahnya Alfin gak perduli dengan sikap marahnya Ziha. Bahkan gak mau di salahkan. "Hix hix hix" "Udah lah Zie, gak usah kayak anak kecil, saya udah pernah bilang jalani kehidupanmu dan gak usah peduli'in saya." Ketus Alfian melihat istrinya menangis gara gara hal sepele. *Alfian buta. Gak lihat apa perhatian Ziha selama ini. Masa begitu di bilang sepele. Awas nyesel lo. Nyahok. Ziha menatap nanar pada suaminya. "Kenapa mas? Apa salah aku? Kamu udah merusak mimpi aku. Kalo kamu gak beniat membuat pernikahan ini menjadi pernikahan sesungguhnya harusnya jangan biarin aku berusaha. Harusnya mas gak usah nikahin aku. Harusnya mas ceraikan aku saja malam itu" Ziha mengingat malam pertama ia sudah minta cerai "Mas adalah suamiku. Suami yang harus aku cintai. Aku berusaha supaya bisa mencintaimu. Kalaupun mas tak bisa mencintaiku harusnya Mas menghargai pernikahan ini. Menghargai aku sebagai istri mas." Ucap Ziha meledakkan isi hatinya. Mengingat semua usahanya hanya sia sia. Dan Alfian tetap diam mencerna smua perkataan istrinya. Seburuk itukah dirinya memperlakukan Ziha. Ia hanya tak ingin Ziha berharap lebih. Tapi entahlah Dia bingung dengan perasaan iba yang kini ia rasakan. Ziha melangkah cepat menuju kamar mandi karna sosok yang di ajak bicara hanya diam seolah tak perduli dengan semua yang ia keluarkan. ________________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD