4. Just merried

751 Words
Huuuffffffffffft" Naziha menghembuskan nafas panjang . Dia hanya lelah. Dihempaskanya b****g mungilnya di sisi ranjang kamarnya. Lebih tepatnya kamarnya dan suaminya. Ya pesta pernikahan telah usai beberapa jam lalu. Ia begitu lelah berdiri dengan gaun pengantin yang berat itu. Lantas ia tersenyum. Mengingat statusnya sekarang yang telah menjadi seorang istri. Ia berjanji dalam hati, "Aku berjanji mulai sekarang , aku akan mencintai suamiku. Akulah yang akan mendampinginya Menuju jalan-Nya. Meskipun ia belum mencintauku. Aku akan selalu berusaha membuatnya mencintaiku. Aku istrinya... ya aku istrinya dan berhak mendapatkan cintanya." batin Ziha meyakinkan hatinya. "Mas Alfian mau kemana?" Kata Naziha memandang bingung suaminya yang berbalik dari ranjang hanya untuk mengambil bantal saja. " Tidur, capek" jawabnya acuh "Tidur di mana? Ini kan Ranjang kita?" "Jangan harap" katanya datar dan penuh penekanan. "Lha bukanya aku istri mas? Kok bilangnya gitu" "Jangan harap aku mau tidur seranjang denganmu!" kata Alfian naik satu oktaf sambil menahan geram. Melihat istrinya yang menatapnya dengan tatapan yang tak bisa ia artikan. "Ya sudah kalau gitu kita cerai saja" sahut Naziha yang tak kalah garang. 'Kalo gak mau tidur seranjang ngapain nikahin coba?' Rutuknya dalam hati. "A-apa???" Bukan hanya terkejut. Alfian di buatnya mlongo dengan pemikiran gadis di depanya ini. Baru aja nikah belum juga sehari udah minta cerai. Ah gila bisa di tebas nyokap dia, kalau menceraikan istrinya yang baru saja sah beberapa jam lalu. "Apa maumu?" Lanjutnya. "Ish malah tanya, yang ngelamar Ziha duluan kan Mas, kalau emang gak mau jadiin aku istri Mas sepenuhnya ngapain nikah. Mumpung belum menyesal mending pisah sekarang aja kan?" Sebenernya Naziha sendiri tengah merutuki kalimat yang keluar dari mulutnya itu sendiri. Baru saja ia berjanji akan mencintai suaminya eh malah udah minta cerai aja. Dasar b**o'. Alfian mahalan tersenyum menyeringai seolah mendapatkan ide cemerlang "lo ngebet banget yang pengen 'disentuh'?" Katanya menggoda seraya melangkah mendekati istrinya. "Bu-bukan itu, maksudnya seranjang kan gak musti ngapa-ngapain" jawab Naziha yang gelagapan sendiri. Kenapa juga ia ngotot minta tidur seranjang dengan ancaman cerai. 'Bodoh' makinya dalam hati pada diri sendiri. "Dasar aneh" Alfian langsung saja melompat di ranjang sisi kiri yang memang cukup lebar untuk di tiduri satu tubuh manusia saja. Gak ada salahnya tidur seranjang kan? Naziha hanya menghela nafas dan ikut merebahkan tubuhnya dengan memunggungi suaminya. Kenapa juga pernikahanya ini tak seperti yang dia impikan. Dinikahkan dengan seorang laki-laki yang setidaknya menghargai dia sebagai istrinya. Ini boro boro menghargai, mandang aja kagak. Segitu buruknya ya mukanya. Dia semakin yakin kalau suaminya itu di paksa menikah denganya. Pusing memikirkan hal hal yang mengganjal di hati dan hidupnya, Naziha pun terpejam menuju dunia mimpi. ____________________ Naziha menyeret sebuah koper besar memasuki sebuah kamar yang amat sangat besar baginya. Entah berapa kali lipat dari kamar yang dimilikinya selama ini. Iya, hari ini ia pindah ke rumah mertuanya mengikuti suaminya yang begitu dingin itu. Padahal dia sudah membungkus rapat tubuhnya. Masih aja hawanya dingin kalau lagi sama Alfian. Ini kamar Alfian dan sekarang akan menjadi kamar Naziha juga. Naziha yang sering di panggil Zie-zie atau Ziha itu tengah berdecak kagum dengan ruangan bernuansa putih itu. "Kalo udah puas lihat lihatnya cepetan keluar udah di tunggu mama di luar." Kata Alfian selaku anak tunggal dari keluarga Lazuardi. Dia memang layak mendapatkan kamar semewah itu. Ya, secara dia anak tunggal. Sama juga dengan Naziha yang kini juga menjadibmenanti tunggal keluarga Lazuardy. Namun buat Ziha, itu bukanlah hal yang di anggap mengesankan. Naziha lantas menganggukkan kepalanya setelah mendengar ucapan suaminya. Setelah meletakkan kopernya, ia berjalan mengekori suaminya menuju ruang makan. Sebenernya sih pengen ngedandeng tangan Alfian. Secara penganten baru kan? tapi Ziha kembali berfikir , iya kalau do'i mau kalau kagak kan malu. Naziha menyelesaikan makan malamnya bersama keluarga barunya di rumah yang baru juga menurutnya. Bisa bisanya ayahnya itu menjodohkannya dengan keluarga setajir ini. Oke Ziha tak mau munafik maupun kufur nikmat. Tentu saja karena ia juga menikmati semua itu. Nikmat mana yang mustibia dustakan? Suami tampan dan mapan, serta mertua baik hati. Usai merapikan barang barangnya, Naziha pun naik ke atas ranjang, melepas jilbabnya dan meletakkan di atas bantalnya. Ia pun terlelap karna lelahnya. Perjalanan dari rumah orang tuanya ke rumah suaminya memang tak terlalu jauh. Tapi karna ini pindahan jadi tenaganya terkuras. Sekarang dirinya tak lagi gadis dengan kebebasan seperti dulu. Gadis dengan berjubel aktifitas yang sering ia habiskan di luar rumah. Semoga saja ia bisa menjalani semua ini dengan mudah. Dan setelah itu, datang Alfian yang juga ikut bergabung di atas ranjang tanpa protes apapun. Ikut terlelap tanpa meladeni istrinya yang menurutnya 'entahlah' itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD