REYSAM - 2

709 Words
Dixton ikut mengantar Sam ke bandara pagi ini. Sam sengaja memilih penerbangan pagi agar ia bisa sampai pagi-pagi sekali di Jakarta. "Kenapa kamu malah ajak dia, Sam?" Tanya Raga dalam bahasa Indonesia pada putrinya yang mengajak Dixton. "Dia satu-satunya sahabatku, Pa" jawab Sam dengan wajah cemberut. "Kenapa kamu nggat berteman dengan anak perempuan aja, Sam?" gerutu Raga yang selalu saja posesif pada gadisnya yang sudah beranjak remaja itu. "Ekhm. Bisakah kalian berbicara dalam bahasa yang aku mengerti" Dixton bersuara. "Bicaralah dengannya" Raga pun meninggalkan Sam untuk pamit pada Dixton. "Hey, apa kau marah padaku?" Tanya Sam. "Tidak jika kau memberitahu alasanmu mengikuti program itu. Bisakah kau tetap tinggal?" Tanya Dixton yang tak rela ditinggalkan oleh sahabatnya. "Aku hanya pergi untuk beberapa waktu. Ada hal yang harus aku selesaikan disana" jelas Sam. Dixton menarik tangan Sam lalu merengkuh tubuh mungil itu dalam dekapannya. "Hey, Papaku bisa membunuhmu jika melihat ini!" Sam tertawa dalam pelukan Dixton. "Diam lah! Aku pasti akan merindukan mu" Dixton mengeratkan pelukannya. Benar-benar tidak ingin kehilangan sahabatnya. "Kau akan mati jika Bella melihat ini" Sam mengingatkan Dixton tentang pacarnya yang cemburu setengah mati pada Sam. "Aku akan bangkit lagi dan mengikutimu" Dixton melepaskan pelukannya lalu mengacak rambut Sam. "Jaga tanganmu dari putriku!" Ujar Raga yang tiba-tiba datang. Sam pun menempelkan jari telunjuk dan jari tengahnya lalu memperagakan adegan memotong kepala sambil menjulurkan lidahnya meledek Dixton. "Samantha, jaga sikapmu!" Tegur Raga karena putrinya bersikap seperti itu di tempat umum. Belakangan memang ada yang berbeda pada Sam dan Raga menyadari itu. Apa lagi tiba-tiba Sam mengatakan ingin pulang ke Indonesia. Tentu Raga melarangnya. Namun, Sam tetaplah Sam. Gadis itu malah memilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar ke Indonesia. Saat mendengarnya, pertentangan terus Raga berikan. Tapi bukan Sam namanya jika ia tak berhasil membujuk Raga. Belakangan Sam memang menjadi lebih pendiam dan seperti banyak pikiran. Sejujurnya Raga tidak marah pada putrinya itu. Alih-alih marah, Raga justru senang bisa melihat Sam tertawa lagi seperti sedia kala. Namun Raga menutupinya di hadapan Dixton. Pria muda itu bisa besar kepala jika tau Raga senang dengan interaksi mereka berdua. "Samantha, jaga sikapmu selama disana. Papa akan kesana beberapa minggu lagi. Papa harus menyelesaikan beberapa pekerjaan disini. Papa sudah menyiapkan pengawal. Jangan menolak dan turuti saja apa yang Papa perintahkan" pesan Raga panjang lebar saat Sam ingin check-in. "Papa nggak harus menyusul kesana. Aku juga tinggal sama Nenek Sarika. Jadi aku pasti baik-baik aja. Dan tolong jangan menjagaku berlebihan. Aku tidak ingin mencolok, Pa" Sam mengerucutkan bibirnya yang ia pulas tipis dengan lipgloss. "Hey, Sam. Apa kau ingin menjadi **Daisy?" Tanya Dixton karena melihat Sam memajukan bibirnya. "Sebaiknya kau pergi dari sini sebelum aku mengirim mu dengan kereta ekspres ke neraka karena mengejek putriku!" Mode sensitif Raga akan putrinya itu tiba-tiba saja aktif dan merusak suasana perpisahan. "Ah, kau selalu saja begitu Pak Tua" ledek Dixton. "Dixton, kau akan benar-benar mati!" Sam pun tak bisa menahan tawanya melihat wajah Dixton yang pucat setelah mendengar ucapannya. "Masuk lah dan sampaikan salamku nanti pada Nenek Sarika. Jangan lupa untuk berkunjung ke rumah Kakek dan Nenek Andreas. Mengerti?" Pesan Raga lagi pada putrinya. "Bisakah kau tetap tinggal? Aku tak tahan mendengar pesan Pak Tua ini yang tidak ada habisnya" lagi, Dixton meledek Raga. "Masuk lah agar pemuda ini cepat pergi" Raga memaksa Sam untuk segera masuk. Sam pun menuruti apa yang ayahnya perintahkan. Sam menolehkan kepalanya ke belakang dan melambaikan tangannya saat ia mulai di periksa oleh petugas bandara. Setelah memastikan Sam masuk, Raga pun segera meninggalkan Dixton yang matanya tak berpaling dari tempat terakhir ia melihat Samantha. "Sampai akhir, kau tetap tidak memberitahuku alasanmu, Sam" gumam Dixton penuh kekecewaan. ***** Setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang, akhirnya Sam sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pagi-pagi sekali. Nenek Sarika pun menjemputnya dan kini mereka tengah berada didalam mobil. "Bagaimana perjalananmu, Sam?" Tanya Sarika sambil mengusap lembut pucuk kepala Sam. "Sangat melelahkan, Nek. Aku sepertinya terkena jetlag" ujar Sam. "Beristirahat lah. Nenek akan membangunkanmu ketika kita sampai dirumah" Sam pun memejamkan matanya. Dalah hati kecilnya ia berharap jika saat membuka matanya nanti, ibunya akan berada disampingnya. Harapan yang sungguh mustahil karena ibunya telah pergi meninggalkannya bersama pria lain. Leon. Pria itu menjadi target utama Sam. Ia harus bertemu dengan pria itu bagaimana pun caranya. ***** **Daisy : kekasih Donald Duck.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD