REYSAM - 3

787 Words
Akhirnya Sam sampai dirumah Sarika setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama. Sarika pun membangunkannya. "Sam, bangun sayang" Sarika menepuk-nepuk pelan lengan Sam. Namun Sam tak kunjung bangun. "Saaaam" Sarika tak berhenti membangunkan Sam karena ia yakin, tubuh gadis itu pasti akan sakit jika dibiarkan lebih lama lagi tidur di mobil. "Iya, Ma. Sebentar lagi, Arin capek banget" ujar Sam dalam tidurnya. Mendengar Sam berkata seperti itu membuat Sarika menghentikan kegiatannya. Ia menarik tangannya dari tubuh Sam. Air mata pun tak bisa ia bandung kala mendengar Sam berkata seperti itu. "Nyonya? Nyonya tidak apa-apa?" Tanya Pak Parman, supir pribadi Sarika yang ternyata belum turun dari mobil. "Tolong suruh yang lainnya mengangkat Sam dan membawanya ke kamar. Perintahkan juga pada Darti untuk menggantikan bajunya. Saya ingin istirahat" perintah Sarika yang langsung turun dari mobil tanpa perlu menunggu dibukakan pintu. Pak Parman pun melakukan apa yang diperintahkan tanpa bertanya apa-apa. Sedikit banyak ia tau apa yang sedang terjadi meskipun ia baru bekerja dengan Sarika tiga tahun. ***** Sam mengerjap-ngerjapkan matanya. Dahinya mengernyit bingung, kenapa ia bisa ada di kamar. Ia lalu menoleh ke nakas disebelahnya. "Ah, sudah jam sepuluh pagi ternyata" Sam pun bangkit dari tidurnya dan merenggangkan badannya, melupakan kenapa ia bisa ada di kamarnya. Sam mengedarkan pandangannya dan menjelajah kondisi kamar. Kamar itu masih dalam keadaan baik meskipun sudah lama tidak ditempati. Neneknya bilang, itu kamar ibunya dulu sebelum menikah dengan ayahnya. "Aku belum merapikan barang-barangku" gumam Sam. Tapi ia malah memilih untuk mandi dan pergi melihat sekolah barunya. Setelah selesai mandi, Sam pun membuka kopernya dan mengambil beberapa potong pakaian untuk dia pakai. ***** Sam menuruni tangga rumah mewah itu. Matanya menatap sekeliling mencari keberadaan Neneknya. "Hai, maaf" tegur Sam pada seorang wanita tua yang sepertinya pernah ia lihat tapi tidak tau dimana. "Pagi, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Darti, kepala pelayan di rumah itu. "Mmm, apa anda melihat Nenek saya?" Ujar Sam kaku. Ini pertama kalinya ia berbicara dalam bahasa Indonesia dengan orang lain selain keluarganya. "Jangan terlalu formal. Nenek anda sedang ada di taman belakang" jawab Darti. "O..oh. Baiklah. Sampaikan padanya nanti kalau a..aku pergi untuk melihat-lihat sekolah" "Baik, Nona. Biarkan saya memanggilkan supir untuk mengantar anda" baru Darti ingin melangkah, seseorang menekan bel rumah mewah itu. "Biar aku saja yang membukanya..Bu?" Sam pun segera meninggalkan Darti sebelum wanita itu menjawab. Sam membuka pintu rumah mewah itu. Nampak seorang pria dengan setelan jas rapih. Pria itu terlihat tidak berumur terlalu jauh dengan dirinya. Mungkin hanya berbeda lima atau enam tahun. "Nona, supir sudah siap" ujar Darti yang tiba-tiba datang. "Maaf, perkenalkan nama saya Reno. Saya diutus Tuan Raga untuk menjaga Nona Sam dan mengantarkannya kemana pun" Reno memperkenalkan dirinya. Reno adalah adik bungsu dari Doni, orang kepercayaan Raga yang menjadi kaki tangannya. Raga mengirim Reno yang memang bekerja untuknya sebagai bodyguard khusus untuk Sam dengan dalih supir pribadi. "Oh, ya?" Tanya Sam bingung. Pasalnya selama ia tinggal di New York, ayahnya membebaskannya. Ia bahkan terbiasa pulang dan pergi sekolah dengan menumpang mobil Dixton, meskipun harus menjadi tak kasat mata saat Bella memaksa Dixton untul bermesraan di hadapannya. "Iya, Nona. Apa anda mau pergi? Biar saya yang antar" tanya Reno. Sebenarnya Sam lebih ingin pergi diantar supir rumah neneknya karena takut di mata-matai. Namun jika ia tidak mendengarkan perintah Raga, ia pasti dikirim pulang hari ini juga. "Baiklah. Bu, aku pergi dengan utusan Papa saja. Terima kasih sudah menyiapkan keperluanku" Sam menundukan kepalanya membuat Darti merasa tidak enak. "Jangan seperti itu, Nona. Anda tidak perlu menundukan kepala pada saya" ucap Darti yang merasa tidak enak. Sam hanya membalas Darti dengan seulas senyum. "Ayo, pak? Jalan" perintah Sam yang langsung dibalas anggukan oleh Reno. Sam pun mengikuti langkah kaki Reno. Menuju sebuah mobil mewah dengan keluaran terbaru yang terparkir di pekarangan rumah Sarika. Sam mendengus kesal saat melihat mobil itu. Raga tetaplah Raga. Mobil mewah keluaran terbaru tentu tidak mencolok menurutnya. Aku harus telepon Papa nanti. Batin Sam. Reno pun membukakan pintu untuk Sam. Meskipun Sam merasa tak perlu di bukakan pintu, namun menolak Reno tentu bukan hal yang ada dalam pilihannya. Reno pasti akan bersikeras untuk tetap membukakannya pintu. "Anda ingin pergi kemana, Nona?" Tanya Reno. "Riverdale School, Pak" ujar Sam. Riverdale School adalah sekolah mewah yang berada di bawah yayasan yang sama dengan sekolah Sam di New York. Dengan kata lain, sekolah ini merupakan cabang dari sekolahnya. "Jangan panggil Pak. Umur saya baru dua puluh dua tahun" ucap Reno sopan. "Baik lah. Panggilan apa yang kira-kira pantas?" Tanya Sam. "Bagaimana dengan Kak?" Usul Reno. "Baik lah. Kak..Reno?" Sam tertawa. Ia merasa canggung sekali. Perjalanan Sam ke sekolah pun tidak menjadi membosankan karena Reno mengajaknya berbicara, meskipun Sam hanya bisa menjawab tanpa balik bertanya karena benar-benar canggung. Reno cukup mengerti akan hal itu. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD