REYSAM - 7

1085 Words
Sam sedang berdebat dengan penjaga rumahnya. Tentu saja neneknya tak mengijinkan Sam untuk sembarangan keluar masuk tanpa ada orang rumah yang menemani di sisinya. "Pak, ayo lah. Aku laper banget nih. Tadi udah bilang Nenek kok. Katanya nggak apa-apa keluar sendiri" bujuk Sam pada Agus, Satpam rumah Sarika. "Lho? Kalau gitu biar saya tanya sama Nyonya dulu Non. Nanti saya yang dimarahin" tolak Agus. "Aku udah laper banget nih, Pak. Bapak mau diomelin Nenek gara-gara biarin aku kelaperan?" Tanya Sam. Dengan berat hati, Agus akhirnya mengijinkan Sam untuk keluar rumah. Tadinya, Agus ingin mengantarkan Sam. Tapi gadis itu terus bersikukuh ingin keluar sendiri. Tanpa Sam sadari, sifatnya sebelum kejadian enam bulan lalu kembali muncul. Sifatnya yang berisik, pemaksa, dan cerewet. Sifat yang tak Dixton sukai namun malah pemuda itu rindukan semenjak Sam jadi pemurung dan pendiam. Bahkan alasan utama Dixton semakin gencar mengganggu Sam hanya satu. Agar sifat itu terus muncul. Karena saat Sam marah, sifat aslinya sering kali keluar begitu saja. Sam pun akhirnya keluar dari rumah neneknya. "Jangan kunci pintunya, Pak. Tunggu aku pulang" Sam melemparkan cengirannya yang hanya dibalas gelengan kepala oleh Agus. Semua perdebatan yang terjadi itu ternyata terdengar sampai ke rumah sebelah. Membuat tuan muda dari rumah itu penasaran dan keluar. Tentu Rey kaget bukan main menemukan gadis yang sedari tadi menghantui kepalanya keluar dari gerbang rumah sebelah. Karena yang ia tahu, hanya seorang wanita tua kaya raya yang tinggal di rumah itu. Cepat cepat Rey mengeluarkan motor besar kesayangannya dari rumahnya. Beruntung ia memang ingin pulang ke rumah neneknya sehingga pakaiannya memang sudah rapi. Sam pun berjalan menelusuri perumahan mewah itu. Yang Sam dengar dari Reno saat mengantarnya pulang tadi, ada banyak penjual makanan di depan komplek ketika malam hari. Maka tujuannya sekarang adalah kesana. "Sam" panggil Rey dari atas motor besarnya. Tentu Sam tidak mendengarnya karena Rey memakai helm full-face apalagi suara berisik dari knalpotnya lebih kencang dari suara Rey sendiri. "Saamm!!!" Rey kembali memanggil Sam yang lagi-lagi tidak mendengarnya. Karena tidak sabar, akhirnya Rey turun dari motornya dan menarik tangan Sam. "Aaaaaaaaaa" Sam berteriak histeris karena melihat sosok misterius yang menarik tangannya. Apa lagi orang yang menarik tangannya itu menggunakan helm. "Ini gue. Rey. Sam! Oy! Jangan teriak!" Akhirnya Rey membuka helm yang ia gunakan setelah menyadari kenapa Sam berteriak. "Kamu! Ngapain kamu narik-narik tangan saya?!" Ujar Sam marah. "Gue manggilin lo dari tadi. Tapi lo nggak denger. Yaudah gue samperin, lah" Rey beralasan. "Ya, ngapain kamu manggil saya?!" "Lo mau kemana?" "Ngapain kamu pengen tau?!" "Bisa nggak lo ngomongnya santai aja?" Tanya Rey yang mencoba bersabar. "Enggak bisa! Siapa suruh kamu ngagetin saya!" Jawab Sam ketus. "Yaudah, yaudah. Gue minta maaf" "Saya nggak mau maafin" "Lah? Kok gitu?!" Tanya Rey tak terima. "Kamu ngapain sih tanya-tanya saya terus?! Saya lagi sibuk sekarang!" Kruyuukk Wajah masam milik Sam berubah menjadi merah padam kala suara perutnya terdengar begitu memberontak ingin di isi. Rey yang mendengarnya pun langsung tertawa terpingkal-pingkal. "Awas, kamu!" Ancam Sam yang langsung meninggalkan Rey. Sam kesal karena ternyata ia masih belum bebas dari pemuda menyebalkan. Di New York, Dixton selalu saja menyebalkan. Sekarang, Sam malah bertemu pemuda lain yang menurutnya sama menyebalkan dengan Dixton. "Eh, tunggu! Mau cari makan kan, lo? Ayo gue anter sebagai permintaan maaf gue" Rey mengejar Sam setelah tawanya reda. "Ngga usah! Saya bisa sendiri!" "Tunggu disini. Nanti di culik, lho" ujar Rey menakut-nakuti Sam. Rey lalu berlari mengambil motornya yang sempat ia tinggal. Tentu saja Sam menjadi takut karena nyawanya bisa saja terancam saat sedang sendirian. "Ayo, naik!" Perintah Rey. "Saya nggak mau!" "Beneran nih?! Ngeri lho malem-malem gini keluar sendirian. Bisa-bisa....diculik" Rey makin gencar menakut-nakuti Sam saat dilihatnya gadis itu berdiri ketakutan. Rey pun menarik tangan Sam dan menyuruh gadis itu untuk cepat naik ke atas kuda besi miliknya. Dengan berat hati, Sam pun menuruti keinginan pemuda itu. ***** Mereka akhirnya sampai di depan komplek perumahan setelah melalui lima menit perjalanan dalam keheningan. Namun ada yang berbeda dengan keheningan kali ini. Untuk Sam, entah kenapa ia merasa familiar dengan keheningan yang menyenangkan ini. Seakan ia berada di ruang kedap suara dengan orang yang ia sukai. Tak perlu bicara tapi saling mengerti. Begitu juga dengan Rey. Dari semua keheningan malam yang selalu menemaninya, keheningan malam kali ini entah mengapa menjadi keheningan yang paling ia sukai. Sam turun dari atas motor Rey saat motor itu berhenti lalu berjalan meninggalkan Rey yang masih memarkirkan motornya. Rey yang melihat itu pun bergegas untuk menyusul Sam setelah motornya selesai ia parkirkan. "Lo mau makan apa?" Tanya Rey saat langkah mereka mulai sejajar. "Nasi Uduk" jawab Sam singkat. "Disini nggak ada Nasi Uduk. Adanya Nasi Goreng" jelas Rey. Sam yang mendengar penjelasan Rey itu menghentikan langkahnya lalu membalikkan tubuhnya menghadap Rey. "Kamu tau jalan Kenanga Barat?" Tanya Sam. "Tau. Lumayan jauh dari sini. Kenapa?" "Nggak apa-apa" Sam lalu berbalik dan meneruskan langkahnya yang sempat terhenti. "Lo....mau makan Nasi Uduk di Warung Bu Yanti, ya?" Tanya Rey yang seolah mengerti maksud Sam. "Kok kamu tau?!" Sam kaget mendengar Rey yang seakan bisa membaca pikirannya. "Lo tadi tanya Nasi Uduk. Terus tanya jalan Kenanga Barat. Ya di Kebar kan tempat makan yang terkenal Nasi Uduknya enak Warung Bu Yanti" "Jalannya jauh ya dari sini?" "Jauh lah. Bisa sampe satu jam kali. Dulu gue sekolah di dekat sana. Jadi ya gue tau" "Kamu emang sekolah dimana?" Tanya Sam yang malah menjadi penasaran dengan latar belakang pemuda di hadapannya. "Sekarang lo jadi pengen tau tentang gue, ya?" Rey menaik-turunkan alisnya menggoda Sam. "Nggak jadi!" Sam lagi-lagi meninggalkan Rey. "Hahaha. Lo sensian banget, sih! Gue dulu sekolah SD di Jaya Nusa. Cuma satu tahun sih. Terus pindah karena kejauhan dari rumah" Mendengar penjelasan Rey yang berjalan dibelakang tubuhnya itu membuat Sam berhenti mendadak. Tubuhnya seketika kaku mendengar nama Sekolah Dasar Jaya Nusa disebut. "Lo kalo jalan yang beneran dikit kenapa?!" Omel Rey. Bersama dengan Sam, Rey benar-benar menjadi dirinya sendiri. Ia tak perlu bertingkah layaknya seorang badboy atau memasang tampang sok cool seperti yang ia lakukan di sekolahnya. "Nama kamu siapa?!" Tanya Sam. "Kan udah gue bilang. Nama gue Rey. Masa lo lupa udah gue ajak jalan-jalan gini" Rey mendengus sebal. "Nama panjang kamu?!" Jantung Sam berdetak kencang menunggu jawaban Rey. Mendengar nama sekolah lamanya di sebut, ia jadi mengingat seseorang. Seorang bocah nakal yang selalu mengganggunya namun diwaktu bersamaan menjadi orang yang juga melindunginya. "Harey Antonio Veto" jawab Rey bingung. Deg. Jantung Sam seakan ingin melompat keluar. Pemuda di hadapannya ini adalah bocah yang sama dengan yang baru saja ia pikirkan. Kebetulan macam apa ini, Sam? Batin Samantha. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD