REYSAM - 6

746 Words
Mobil yang ditumpangi Samantha berhenti tepat di depan pintu utama rumah mewah Sarika. Seperti perjanjian tak tertulis yang Sam dan Reno buat tadi, kini Reno pun membukakan pintu mobil untuk Sam. "Silahkan, Nona" ujar Reno saat pintu mobil itu ia buka. Sam pun turun dari mobil itu lalu memberikan senyuman tanda sopan santun pada Reno. Baru saja Reno menutup pintu mobil itu dan ingin kembali masuk ke mobil untuk parkir, Sam membalikkan tubuhnya dan berbicara pada Reno. "Besok kita berangkat jam tujuh kurang lima belas menit ya, Kak." "Bukannya sekolah Nona baru mulai pelajaran pukul delapan?" Reno mengernyitkan alisnya, bingung. "Aku mau datang sebelum sekolah ramai" jelas Sam. "Baik, Nona" Reno membungkukkan tubuhnya lalu pamit untuk memarkirkan mobil. Sam pun bergegas masuk ke dalam rumah. ***** Perdebatan sedang terjadi di dalam kamar Sarika. Mario datang kerumah Sarika setelah mendapat kabar penting dari anak buahnya. Tadinya mereka hanya berbicara santai di taman belakang, namun akhirnya mereka pindah ke kamar Sarika saat Mario mulai berbicara serius. "Apa Arin tinggal disini sekarang?" Tanya Mario membuka suara. "Jangan panggil dia Arin. Namanya Sam. Kamu harus ingat itu Mario!" Jawab Sarika ketus karena Mario menyebut Sam dengan nama Arinda. "Arin atau Sam, bukan kah dia tetap orang yang sama?!" "Kamu tau alasan Raga mengganti namanya, bukan?" "Tidak! Aku tidak tau apa pun!" "Jangan mengelak, Mario! Kamu tau nyawa Sam bisa dalam bahaya jika Benito mengetahui kabar tentang Sam!" Sarika mengambil tempat duduk di sudut ranjangnya. "Apa bedanya jika Raga memberikan Arin nama Andreas di belakang namanya?!" "Andreas itu banyak! Siapa pun bisa bernama Andreas!" "Kalau begitu, siapa pun bisa bernama Arinda! Kenapa kalian tidak menghargai Maura yang memberikannya nama?" Tanya Mario. "Jangan sebut nama Maura!" Air mata meluruh di kedua pipi Sarika. "Jangan bilang kalian belum memberitahu Arin tentang kebenarannya?!" Tebak Mario yang tepat sasaran karena Sarika hanya menangis tanpa berniat untuk mengelak Mario. "Gila! Kalian benar-benar gila! Dia harus tau tentang Maura!" Mario mengacak rambutnya frustasi karena tak percaya dengan permainan yang sedang terjadi sekarang. "Jangan pernah memberitahunya apa pun! Sam sudah memiliki banyak trauma di sepanjang masa kecilnya. Jangan tambahkan lagi!" Perintah Sarika. "Baik lah. Jangan pernah meminta bantuan apa pun padaku!" Mario meninggalkan Sarika yang masih menangis. Tanpa mereka sadari, Sam sayup-sayup mendengar perdebatan mereka dari balik pintu meski tidak tahu dengan siapa neneknya berdebat. Saat terdengar langkah kaki mendekat, Sam cepat-cepat menjauh dari pintu kamar Sarika dan bertingkah seolah tak terjadi apapun. Mario pun keluar dari kamar Sarika. Sam yang pura-pura ingin bertemu Sarika akhirnya malah berpapasan dengan Mario. "Om Iyo?!" Pekik Sam kaget karena ternyata pria yang tadi berdebat dengan neneknya adalah Mario, saudara ibunya yang dulu sering mengantar-jemput dirinya. Mario hanya memandang Sam sekilas lalu meninggalkan Sam sendiri, sama sekali tidak berniat untuk menjawab sapaan keponakannya itu. Sungguh hati Sam sangat terluka mendapat perlakuan seperti itu dari Mario. Mario merupakan sosok yang sama pentingnya dengan Maura dan Raga untuk Sam. Jangan kan berbicara dengan kamu, Arin. Menatap wajah kamu aja Om Iyo enggak kuat. Batin Mario saat keluar dari rumah Sarika. ***** Sam kini berada di dalam kamarnya. Ia sedang menata barang-barang yang dibawanya dari New York. Tak banyak barang yang Sam bawa karena seperti biasa, Raga tetaplah Raga. Ayahnya itu sudah menyiapkan segala keperluannya selama di Indonesia. Bahkan bisa dibilang keperluan yang di penuhi ayahnya itu sangat berlebihan. Contoh yang benar-benar masih tersangkut didalam ingatan Sam adalah mobil yang tadi mengantarnya ke sekolah. Sungguh tidak perlu untuknya menaiki mobil seharga milyaran rupiah ke sekolah. Dia benar-benar tidak ingin mencolok disini. Tapi ayahnya malah memberikannya mobil itu. Peraturan ketiga, tidak boleh menolak pemberian Papa. Sam telah selesai menata barang-baranya dan merapikan bukunya. Sejujurnya buku yang di berikan sekolah sama saja dengan yang Sam miliki di New York, hanya bahasanya saja yang berbeda. Jadi Sam merasa tidak perlu belajar lagi karena dia sudah menguasai semua pelajarannya. Sam menyalakan layar ponselnya. Ternyata sudah jam sepuluh malam. Perutnya terasa sangat lapar karena telah melewati jam makan malam. Tadi saat memasuki jam makan malam, Darti datang mengetuk kamarnya. Namun Sam pura-pura tertidur dan akhirnya Sarika makan malam sendirian seperti biasa. Sam mengganti bajunya dengan baju main. Ia ingin sekali mencoba makanan Indonesia yang dijual pada malam hari di pinggir-pinggir jalan. Setelah selesai mengganti bajunya, Sam bergegas turun untuk pergi keluar. Namun hatinya sedang bimbang. Haruskah Sam membangunkan Reno yang mungkin sudah tidur untuk mentantarnya? Tentu Sam tidak tega melakukannya. Maka dengan modal nekat, ponsel, dan beberapa lembar uang seratus ribuan, Sam memutuskan untuk pergi sendirian mencari makan malam. *****  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD