2 | galau anthem

2254 Words
Seharusnya hari ini Gema senang. Sedari awal dirinya bangun dari tidur tadi pagi, ia sudah memikirkan dan merencanakan di dalam kepala apa-apa saja yang akan dilakukannya hari ini. Dan semuanya merupakan sesuatu yang menyenangkan karena bersifat produktif dan dapat membuat Gema sibuk seharian. Pagi-pagi, Gema akan sarapan dengan makanan yang sehat, kemudian dilanjutkan dengan olahraga. Menjelang siang, akan mulai shooting video klip untuk single barunya yang akan menjadi sebuah soundtrack utama dari sebuah series yang katanya sedang ramai diperbincangkan masyarakat sekarang ini. Lalu, shooting akan selesai menjelang malam hari dan setelahnya Gema sudah berencana untuk langsung pulang ke rumah untuk lanjut malakukan aransemen lagu untuk album baru yang sedang digarap dan akan rilis dalam waktu beberapa bulan lagi. Gema sudah sangat tidak sabar untuk merilis album pertamanya itu setelah dari debut hingga sekarang, ia baru merilis beberapa single saja. Walau jadwalnya terkesan padat, namun Gema merasa sangat bersemangat untuk menjalaninya. Sejak debut beberapa bulan lalu dan namanya melejit sebagai penyanyi yang lagunya memuncaki beberapa tangga lagu, dijadikan galau anthem oleh masyarakat, serta sering diputar di tempat-tempat umum, Gema sangat menikmati pekerjaannya sebagai penyanyi sekarang. Sedari dulu, mimpi besar Gema memang menjadi seorang penyanyi yang menghasilkan karya yang disukai oleh banyak orang. Jadi, mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaannya itu sangat lah dinikmati oleh Gema. Hanya saja, di penghujung harinya, suasana hati Gema yang telah bertahan dalam kondisi sangat baik tiba-tiba saja hancur. Gema jadi bete abis, tanpa bisa dicegahnya. Dan itu semua karena setitik kemunculan dari seseorang yang kalau bisa, selamanya tidak ingin ditemui oleh Gema lagi. Walaupun pertemuan itu sebenarnya sudah ditebak oleh Gema akan terjadi cepat atau lambat karena Gema tau project yang mereka ambil bersinggungan, tetap saja bertemu lagi dengannya tidak mengurangi rasa kesal Gema sama sekali. Padahal sudah belasan tahun berlalu. Terakhir bertemu, mereka masih sama-sama bocah SD yang baru mau masuk SMP. Tapi entah kenapa, rasa sebal, jengkel, dan tidak suka itu tetap ada dan masih menggebu-gebu. Terlebih lagi ketika melihatnya menyeringai menyebalkan, rasanya detik itu juga Gema ingin meminjam sarung tangan Thanos dan menjentikkan jari hanya untuk menghilangkan sosok laki-laki bernama Harlan Jagat Erlangga itu. Jika dibandingkan dengan dulu, tentu saja banyak perubahan yang terjadi pada laki-laki itu. Jika dulu Gema menyebutnya sebagai Jagat, kini dirinya lebih dikenal dengan nama Harlan. Secara fisik, tubuh laki-laki itu pun sudah jauh lebih menjulang, kulitnya yang dulu kecokelatan karena sering bermain bola di lapangan kini sudah jauh lebih cerah, dan pembawaannya jauh lebih dewasa. Yang tidak berubah hanya lah lesung pipinya, serta sifat songongnya yang selalu saja bisa membuat Gema emosi. "Wow. Just wow, Gemani Artanya Danakitri. Long time no see and... you've changed a lot. I almost can't recognize you." Ketika disapa Harlan begitu, rasanya Gema ingin mencabik-cabik bibirnya. "Apa kabar? Masih kutuan?" Oke, ini adalah pertemuan pertama mereka setelah belasan tahun lamanya tidak saling bertatap muka secara langsung. And he already got the audacity to annoy her this much. Padahal, katanya waktu bisa merubah sesuatu, tapi sepertinya waktu bahkan tidak mampu untuk mengikis sikap menyebalkan seorang Harlan Jagat Erlangga. Gema pun memilih untuk pura-pura tidak mengenal Harlan. Tetapi, Gema sudah terlanjur bete karena bertemu laki-laki itu dan ia nyaris tidak fokus ketika shooting karena Harlan yang memilih untuk menonton dengan tatapan menilai selama beberapa saat. Tapi untungnya, Gema masih bisa bersikap profesional dan menyelesaikan shooting-nya hari ini dengan baik dan Harlan pun pergi sebelum Gema selesai. Kini shooting Gema untuk hari ini sudah berakhir dan ia sudah berada di dalam mobil, siap untuk kembali ke apartemennya. Di dalam Alphard miliknya, Gema tentu saja tidak sendirian. Selain supir, ada pula Nichelle yang merupakan manajer Gema, serta Keanu sang asisten yang selalu ikut Gema pergi kemana-mana. Setiap hari, mereka-mereka inilah yang menemani Gema menghadiri jadwal pekerjaannya yang bisa dibilang padat. Nichelle dan Keanu jadi yang terakhir masuk ke mobil, sementara Gema sudah duduk manis dengan raut wajah tertekuk masam sejak beberapa menit lalu. Melihat betapa kusutnya ekspresi Gema sekarang, Nichelle dan Keanu jadi berpandangan. Keduanya bertanya-tanya, apa gerangan yang telah membuat Gema terlihat bad mood sekarang, padahal sebelum shooting dimulai, Gema justru sangat riang. Tetapi, mereka tidak perlu bertanya. Karena tepat setelah Nichelle duduk di samping Gema, sementara Keanu di belakangnya, dan mobil pun mulai berjalan, Gema langsung menoleh ke samping dan menatap pada Nichelle. "Kenapa lo kasih gue job ini sih, Chel?!" Baik Nichelle maupun Keanu sama-sama kaget mendengar protes Gema yang tiba-tiba. "Hah? Maksudnya apa sih, Kak?" Tanya Nichelle yang benar-benar heran. Nichelle pun mengulurkan tangan untuk memegang kening Gema. "Lo sakit ya?" Gema mendengus keras. "Gue nggak sakit," jawabnya sebal. "Gue lagi emosi karena udah terima job ini." "Lah? Kan lo sendiri yang nerima tawarannya karena lo bilang lagunya bagus dan cocok sama suara lo. Kenapa tiba-tiba jadi nyesel gini deh?" "Waktu itu mana gue tau siapa yang main series ini. Kalau tau yang main si Jagat, gue mah ogah." "Jagat siapa?" "Harlan, maksud gue." Mendengar nama Harlan, Keanu yang ada di belakang langsung mencondongkan tubuh ke depan hingga kepalanya muncul di antara Gema dan Nichelle. "Kenapski nih, Bun, sama my baby Harlan?" Gema langsung menatap Keanu julid. Lelaki berbadan gempal itu memang centil, dan kini sedang senyam-senyum tidak jelas. "Kenapa lo senyam-senyum gitu hah?!" Tanya Gema galak. "Dia kan ngefans sama Harlan, Kak." Nichelle yang menjawab. "Idih, nggak boleh ngefans sama dia!" Protes Gema. "Awas aja ya, Nu, kalau lo bahas-bahas dia di depan gue lagi. Jatah makan lo gue kurangin!" "Kok gitu sih, Bun? Apa salahnya ngefans sama my baby Harlan?! Doi kan ganteng buangeeett, kayak pangeran. Baik hati lagi! Eike ini salah satu Valentines veteran yang udah ngefans sama my baby Harlan dari jaman dia masih jadi figuran!" "Dia bahkan salah satu admin fanbase-nya Harlan, Kak." Nichelle menambahkan. "Kalau Kakak nggak tau, Valentines itu nama fans-nya Harlan. Karena tanggal lahirnya kan pas hari Valentines." Gema pura-pura muntah. "Ew, najis." "Kenapa sih, Kak? Kok kayaknya sensitif banget sama Harlan?" Tanya Nichelle heran. "He's my nemesis, just so you know. Makanya gue bete banget abis ketemu dia." Gema menjawab sembari mengacak-acak rambutnya sendiri karena geram. "Kenapa sih dia harus jadi pemain di series yang soundtrack-nya gue nyanyiin?! Dan kenapa juga gue nggak tau in advance gitu?! Sebel!" "Berarti udah lama kenal sama my baby Harlan dong?" Udah dari orok! Gema menjawab dalam hati. "Tapi kenapa kayaknya benci gitu? Nggak baik loh, Kak, kemusuhan. Apalagi kalau sampe netizen tau. Bisa jadi gosip tuh." "Bodo amat," gumam Gema acuh. Mau netizen tau jika Gema tidak suka dengan Harlan dan menghujatnya untuk itu, ia tidak peduli. Gema juga tidak peduli jika di industri hiburan ini, Harlan bisa dibilang jauh lebih senior darinya dan seharusnya Gema menghormati laki-laki itu. Rasa tidak sukanya pada Harlan jauh lebih besar sehingga ia bisa tidak peduli seperti ini. Cukup satu kali ini saja mereka terlibat dalam sebuah project yang bersinggungan. Setelah ini, Gema benar-benar berharap tidak akan bertemu Harlan lagi, seperti yang terjadi selama belasan tahun ini. Jika mengingat apa yang terjadi pada mereka di masa lalu, kesannya memang sepele dan tidak seharusnya diingat atau diungkit lagi. Toh, sekarang mereka juga sudah jauh lebih dewasa dan seharusnya tidak bersikap kekanak-kanakkan lagi. Tapi entahlah, bayang-bayang Harlan yang menyebalkan tetap tidak bisa lepas dan masih membekas dengan lekat. Sehingga membayangkan harus kembali bertemu dengannya apalagi sampai harus berkomunikasi, sudah membuat Gema muak duluan. Gema mendengus keras memikirkannya. Ia semakin merasa bete dan perasaannya pun tidak membaik ketika tiba-tiba saja sebuah pertanyaan tercetus dari bibir Keanu. "Bun...jangan bilang, kamu sama my baby Harlan mantanan ya? Makanya kemusuhan gini?!" Oh, crap. Gema mencubit bibir Keanu hingga lelaki kemayu itu mengaduh kesakitan. "Nggak usah sotoy!" Sahut Gema galak. Lantas, Gema memilih melengos dan menatap ke luar jendela, sementara baik Keanu dan Nichelle sudah tidak berani lagi mengatakan apa-apa menyangkut Harlan. Padahal, mereka masih penasaran karena Gema belum memberikan jawaban ya atau tidak. Gema memang sengaja tidak memberi jawaban yang jelas. Rasanya konyol sekali jika ia mengaku kalau dirinya dan lelaki bernama Harlan Jagat Erlangga itu memang bisa dibilang berstatus sebagai mantan kekasih. Hanya saja, Gema tidak mau menghitung Harlan sebagai mantan kekasihnya di saat hubungan itu saja terjadi sewaktu mereka masih ingusan dan mengenakan seragam putih merah. Iya, Harlan Jagat Erlangga itu, yang dulunya dipanggil Gema sebagai Jagat, merupakan mantan pacarnya sewaktu SD. Dan andai saja bisa kembali ke masa lalu, Gema sangat ingin menghapus status menggelikan itu. *** Tidak sesuai rencana, malam ini Gema pulang ke apartemennya dengan suasana hati yang masih bisa terbilang buruk. Sehingga ketika sampai di tempat tinggalnya itu, bukannya langsung bersih-bersih, kemudian dilanjutkan dengan menyelesaikan lagu-lagu untuk albumnya, Gema justru memilih rebahan di kamar dan melamun sembari menatap langit-langit. Apa Gema masih bete? Jawabannya, iya, Gema masih sangat bete. Tapi rasa betenya itu sudah bukan lagi karena Harlan semata. Harlan tidak sepenting itu di hidup Gema sehingga bisa membuatnya terus kepikiran. Dibanding memikirkan pertemuan mereka tadi, Gema lebih terpikir tentang rentetan kejadian yang terjadi pada hidupnya dari terakhir kali bertemu Harlan lima belas tahun yang lalu hingga saat ini. Banyak hal yang sudah terjadi, termasuk Gema dan keluarganya yang pindah ke Melbourne dan menetap disana selama nyaris lima belas tahun lamanya, hingga Gema yang kembali ke Indonesia belum sampai setahun ini dan langsung menjadi penyanyi terkenal berkat cover-cover lagu yang sebelumnya sering Gema upload di Youtube. Sebenarnya, tujuan utama Gema kembali ke Indonesia setelah belasan tahun tinggal di Melbourne bukan karena dirinya ingin memulai karir sebagai penyanyi. Bisa dibilang, kesuksesan Gema ini hanya keberuntungan saja akibat lagunya yang tiba-tiba jadi viral. Aji mumpung lah istilahnya. Sementara tujuan utama Gema kembali ke Indonesia yang sebenarnya adalah untuk kabur. Tepatnya, kabur dari seseorang yang ingin Gema lepaskan untuk selamanya. "Ck." Gema berdecak keras dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Kesal karena kembali diserang oleh kumpulan perasaan menyesakkan yang kembali memenuhi dadanya. Di dalam hati, Gema menyalahkan Harlan. Pertemuannya dengan laki-laki itu lah yang pada akhirnya kembali mengingatkan Gema terhadap luka yang ingin dikuburnya dalam-dalam. Semenjak kembali ke Indonesia dan menyibukkan diri, Gema sudah berhasil melakukannya. Dan kemunculan Harlan justru membuat Gema teringat akan alasan kenapa ia berada di tanah kelahirannya sekarang. Diiringi helaan napas berat, Gema bangkit dari posisi rebahan. Ia tidak boleh terlalu lama bermalaa-malasan begini jika tidak mau tenggelam dalam perasaan sendiri. Gema harus selalu sibuk. Karena dengan begitu, pikirannya jadi tidak punya ruang untuk memikirkan sesuatu yang menyedihkan. Namun, sepertinya semesta tidak mau merestui keinginan Gema itu. Sebab di saat Gema ingin beranjak untuk mandi, tiba-tiba saja ponsel yang berada di dekatnya menyala dan menampilkan sebuah email yang baru masuk. Membaca nama pengirim email tersebut membuat Gema langsung membeku. Dan ketika dirinya membuka email tersebut, kemudian membaca rentetan kalimat yang ada di dalamnya, tanpa bisa dicegah rasa sesak itu kembali muncul. From : melvinjatmika.w@gmail.com To : gemartanya@gmail.com Subject : I miss you like hell. Dear, Gema. Wherever you're and whatever you're doing right now, I wish you're doing well and at your best state. I wish, you're not as torn out as I am without you. Aku nggak tau ini udah emailku yang ke berapa. Mungkin udah ratusan atau ribuan karena cuma lewat email inilah satu-satunya cara aku untuk ngomong ke kamu, di saat kamu sudah memutus seluruh akses komunikasi kita di hari kamu memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Dari semua email yang pernah aku kirim, nggak ada yang kamu balas satu pun. And I know, this one will be like that too. But I also know that you read all of it. Jadi, untuk yang ke sekian kalinya aku mau bilang ke kamu, I miss you. Every single day. Every fuckin' time. And I still love you too. Gema...aku harap aku bisa ketemu kamu, atau setidaknya bicara sama kamu lagi. To sort everything out. To beg on you for giving me another chance to start over what's left between us. Please...please give me a chance to talk to you. Aku tau kamu ada dimana sekarang, aku bisa samperin kamu sekarang juga. But I won't and can't do that without your consent. So, please...talk to me again and explain to me once more why did you say this separation was the best for us. Karena sampai sekarang, aku masih sama sekali nggak ngerti, Gema. I don't understand why you left. Why you drive me crazy and hurting me like this. I still love you so fuckin' much. And I miss you. I will always do. So please...talk to me... With love, — M. Usai membaca isi email tersebut, Gema sama sekali tidak memiliki niat untuk membalasnya, meski dari sudut terdalam hatinya, Gema sangat ingin untuk melakukan itu. Napas Gema terhela dalam dan ia memilih melemparkan ponselnya ke atas kasur, sementara dirinya pergi menuju kamar mandi untuk berendam di bathub yang dipenuhi oleh busa bath bom. "Ok Google, play I Love You But I'm Letting Go by Pamungkas," ujar Gema tepat sebelum dirinya berendam di dalam bathub. Dan setelahnya, Geme berendam ditemani oleh suara Pamungkas yang mengalunkan lagu I love You But I'm Letting Go lewat smart speaker yang sengaja diletakkan Gema di kamar mandinya. Lagu itu merupakan galau anthem bagi Gema sejak kepulangannya ke Indonesia. Karena lirik yang ada pada lagu tersebut sangat lah pas dengan apa yang dialami Gema bersama lelaki bernama Melvin Jatmika Wiratmaja alias alasan di balik kaburnya Gema dari Melbourne ke Indonesia. Can't you see? That you want someone that I'm not? Yes I love but I can't So I'm letting you go now Mendengar bagian lirik lagu yang itu membuat napas Gema kembali terhela panjang. Lagu itu benar-benar sebuah galau anthem buat Gema, sebab mendengarnya tak pernah luput membuat d**a Gema diliputi oleh sesak yang menyakitkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD