Chapter 4. Anak Sultan Bebas

1102 Words
Jika pada pagi harinya di sekolah Lova sering diusilin oleh teman-temannya berbeda jika pulang sekolah tiba. Sorenya Lova merasa dihibur oleh kedatang Ne yang sangat baik dan manis terhadapnya. Ne menunjukan perilaku berbeda dengan teman di sekolahnya. Padahal Ne merupakan anak tampan dan sangat kaya. Apapun pasti dapat ia miliki. Tapi Ne tidak bersikap nakal pada Lova. Bahasa yang Ne pakai juga tak biasa dan tak pernah sedikit pun Ne menggunakan bahasa kasar seperti yang anak-anak nakal di sekolahan Lova pakai, Ia juga tak pernah bersikap jumawa di depan Lova walau ia sering kerap kali mendatangi rumah Lova sesuka hatinya, Seperti rumahnya sendiri, karena Ne sangat suka dengan Lova makanya ia tak sungkan untuk selalu mengunjunginya suka atau tidak sukanya Lova. Jika sore hari tiba Lova yang selalu kedatangan Ne merasa terobati hatinya yang sedari pagi pasti ada-ada saja kelakuan temannya yang mengiris hatinya, Kenapa begitu teman-teman Lova selalu jutex padanya hingga memarahinya dengan melototi Lova kecil yang tak tahu apa-apa. Tapi kini senyuman manis Ne yang bertubi-tubi menghilangkan ingatan buruknya di sekolah dan beralih pada kebahagiaan memiliki seorang teman. Ia tak menyangka memiliki sahabat seperti Ne akan merasa bahagia bila dekat dengannya. Kenapa tidak? Ne kecil itu walaupun masih kecil ia sangat romantis sekali, Tak tahu darimana Ne bisa berkelakuan bagaimana semestinya jika berhadapan dengan wanita. Begitulah perbedaan antara pagi dan sore hari. Dan Lova masih bersyukur karena jika paginya ia selalu menangis karena tak ada lagi warna yang menyelimuti waktunya tapi Sore harinya Engkau turunkan cahaya pelangi setelah hujan di sore hari ketika awan mendung tak henti-hentinya menuruni air hujan membasahi pipinya. Lova pun sempat berfikiran bahwa pelangi itu sengaja dimunculkan untuk dirinya setelah hujan. Kemudian sinar mentari memantulkan cahayanya ke cerminan air hujan membawanya ke langit angkasa dan membiaskannya menjadi warna pelangi yang indah. Air mata Lova kini telah berubah menjadi cahaya pelangi yang indah di sore hari. Kini setelah beberapa tahun, usia Lova mulai menginjak 11 tahun dan Ne setahun lebih tua darinya yakni 12 tahun. Dan sebentar lagi Lova akan masuk ke SMPN favoritenya dan tingggal menunggu pengumuman dari sekolahnya. Di mana ia telah menunggu-nunggu dari kecil agar dirinya bisa keluar dari SD yang muridnya sangat bandel itu. Ne begitu saja masuk ke rumah Lova seperti biasanya dan mencarinya. "Aku pasti datang kan hari ini menemui mu?" kata Ne tiba-tiba yang telah mendapati Lova di suatu ruangan dalam rumahnya. "Ne kau benar datang kupikir kau akan sibuk selalu ... " batin Lova dan terlihat ia hanya menjawab perkataan Ne dengan senyuman. Lova pun menjadi kikuk karena Ne telah begitu saja masuk menerobos rumahnya. "Ayo kita pergi bermain?" ajak Ne. Ne pun menarik tangan Lova agar dirinya mengikuti kemana pun ia pergi. Dalam hati Lova, "Mau kemanakah kita?" tanya Lova dalam hatinya. Tarikan tangan Ne membawanya ke suatu tempat. Kali ini Ne membawa Lova ke sebuah rumah gedung putih yang tidak jauh dari rumah mereka yang hanya beberapa blok saja. Saat pintu pagar yang juga berwarna putih dibuka oleh Ne. "Rumah siapa ini ... Kenapa Ne mengajakku ke rumah ini?" pikir Lova. Saat pintu pagar berhasil terbuka. "Kita akan mencari sesuatu di sini ... " kata Ne sambil cengengesan. "Apa? Mencari sesuatu apa?" tanya Lova yang sedikit tersentak dan terheran-heran. Ne masuk membawa Lova yang masih keheranan ke dalam. Rumah gedung putih memang sering dilewati oleh Lova jika ia pergi ke taman bermain, tapi tak sampai ia masuk ke rumah putih itu. Makanya Lova merasa agak asing di sana. Lova mengikuti Ne yang sangat santai sekali masuk ke dalam sana. Ia pun membuka pintu tanpa mengetoknya terlebih dahulu. Setelah terbuka pintu rumah itu terlihatlah ruangan yang besar di depan mereka. Ne langsung masuk saja ke dalam rumah itu, walau aku agak takut ke dalam karena tidak begitu tahu rumah siapakah ini? Tapi tampak kosong isi dari rumah besar itu. Ne seperti menengok-nengok mencari sesuatu di dalam. "Biasanya ada sesuatu yang ajaib di sini? Tapi di manakah itu?" tanya Ne sambil terus menerus mencari. Setelah memasuki setiap ruangan di sana. Ia pun mendapati meja makan yang ada di depannya beserta makanan yang enak-enak. "Waw sudah kubilang pasti sudah tersaji banyak makanan di sini, ayo kita makan ... Aku sudah lapar sekali ... " kata Ne girang. Ia langsung duduk di sana dan membuka piring lalu menyendokan makanan yang telah tersaji. Sambil senyum-senyum Ne memakan makanan itu. Ia pun menawariku untuk ikut makan bersama. Tapi diriku menolak, karena begitu asing makan, tanpa tahu ini sedang di rumah siapa? Tapi Ne begitu santai makan di sana. "Ayo kita makan Lova?" ajak Ne. Aku hanya menggeleng dan berkata, "Aku tidak mau ... " jawabku. Ne hanya tertawa melihatku yang enggan. "Kalo begitu kau harus menemaniku makan di sini ... " kata Ne. Aku yang masih binggung dengan yang Ne lakukan, rasa penasaran akhirnya membuatku bertanya pada Ne. "Ne apakah ini juga rumahmu?" tanya Lova hampir menahan jeritnya jika saja Ne tidak berkata jujur. "Hmm ... Hhaha ... Bukan ..." jawabnya santai. "Apa ini bukan rumahmu? Lalu bagaimana bisa, kau makan di sini? Ini pasti milik orang lain, jika pemiliknya tahu kita pasti akan celaka, ayo Ne sebaiknya kita pergi ... " ajak Lova yang panik setelah mendengar jawaban dari Ne yang menyebalkan itu. Karena setelah dipikir-pikir Ne memang termasuk anak orang kaya yang bebas, itu terlihat dirinya yang tak takut masuk-keluar rumah Lova, hanya untuk mencarinya. "Hhaha ... Tidak mau ... Aku ingin makan di sini?" kata Ne sambil tertawa santai. "Tapi Ne pemilik rumah ini akan marah jika tahu makanannya kau habiskan?" kata Lova agar Ne menurut perintahnya. "Marah? Siapakah yang berani memarahiku? Ini kan cuman makanan biasa ... Mereka pasti memaklumi ku ... " kata Ne yang tak mau pergi dari sana juga. Lova tersentak kaget mendengar jawaban dari Ne yang tak peduli itu. "Ayo Ne cepet pergi ... " kata Lova sambil berusaha menarik tangan Ne. "Ne memang orang kaya bebas ... Tapi tak begini caranya ... " batin Lova sambil berusaha menarik lengan dengan Ne, sebelum pemilik rumah itu datang marah-marah pada mereka. Suara berisik antara Lova dan Ne membuat seseorang dari dalam rumah keluar. "Ada apa ini seperti ada berisik-berisik ... " kata seorang ibu paruh baya. Mereka yang sedang tarik-tarikan berdua menengok ke arah sumber suara itu. Lova terkejut dirinya terlihat tergep duduk di meja makan. Sepertinya milik orang itu. Tapi tidak bagi Ne dia biasa saja dan Lova dengan sedikit mulut yang menggangga mendapati wanita paruh baya itu memergokinya. Posisi mereka sedang tarik-tarikan dengan mulut Lova sedikit tergangga panik. "Hah??!" kata Lova kaget dengan posisi masih menarik lengan Ne hingga ke baju kemeja Ne yang juga ikut ditarik Lova saking paniknya melihat pemilik rumahnya datang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD