1.Incident

1647 Words
..... "AISYAH..!" teriak seseorang dari kamar yang bersisian dengan kamar si punya nama,yaitu Fatimah yang tak lain kakak dari gadis bernama 'AISYAH. "Iya kak?.." jawab 'Aisyah saat sampai di depan pintu kamar Fatimah yang terbuka,melihatkan Fatimah yang tengah sibuk mengobrak abrik isi lemari."ada apa ?"tanya 'Aisyah. "Kamu lihat hijab syar'i kakak yang warnanya hitam tidak?" tanya Fatimah yang masih belum mengubah posisinya.Fatimah sudah terlihat pusing mencarinya,pasalnya hijab yang dicarinya akan dipakai untuk hari ini. 'Aisyah mengingat kembali "ah iya,ada di kamar 'Aisyah kak, habis 'Aisyah angkat dari jemuran" jelasnya. Fatimah berhenti dari aktifitas mengacak lemari,gadis itu berdiri kemudian berbalik menghadap 'Aisyah, menghembuskan nafas lega "syukurlah,kakak fikir hilang.Tolong ambilin ya,soalnya mau kakak pake hari ini!" ucap Fatimah meminta tolong. 'Aisyah mengangguk "sebentar " katanya dan langsung pergi mengambil hijab milik Fatimah yang ada di kamarnya. Menit kemudian. " ini kak" 'Aisyah memberikannya,Fatimah tersenyum ke arah 'Aisyah seraya berterimakasih dan dibalas anggukan serta senyuman dari 'Aisyah. Hingga sebuah teriakkan nyaring terdengar oleh mereka " FATIMAH CEPAT TURUN,WAKTUNYA SARAPAN!" teriak wanita baya dari arah dapur. Wanita baya itu adalah ibu dari kakak beradik dikediaman rumah Akbar,umi Rahma namanya.Dan nama Akbar adalah nama dari seorang pengusaha yang merupakan ayah dari Fatimah dan 'Aisyah. "IYA MI,SEBENTAR!" jawab Fatimah melirik 'Aisyah sekilas "ayo syah!" ajak Fatimah setelah semua persiapannya selesai, 'Aisyah hanya mengangguk sebagai balasan. ---- "Shobaahal khoir umi,abi?" ucap Fatimah seraya duduk di kursi meja makan,tepat disamping sang umi. "Shobaahunnuur Fatimah!" jawab umi dan abi kompak.Berganti dengan 'Aisyah yang baru datang untuk ikut bergabung. "Shobaahalkhoir umi,abi?" ucap 'Aisyah. "Shobaahunnuur 'Aisyah!" hanya abi yang menjawab,sedang umi hanya diam,kemudian mengangguk pelan tanpa menoleh barang sedikitpun. 'Aisyah cukup mengerti dengan sikap uminya,yang memang sudah biasa terjadi setiap hari. Keluarga kecil itupun melaksanakan sarapan dengan keheningan, hanya suara antara sendok yang bertubrukan dengan piring yang terdengar.Setelah berakhir, Fatimah dan 'Aisyah melihat jam dalam waktu yang bersamaan,keduanya berdiri bersiap untuk pergi kuliah. "Umi,abi,Fatimah berangkat,assalamu'alaikum?" pamit Fatimah dan mengecup punggung tangan abi dan uminya,begitupun dengan 'Aisyah .Yang membedakan,saat 'Aisyah akan menyalami tangan uminya,tiba-tiba..... "oh iya,umi lupa kalau umi lagi masak air" ucap umi dan menyegerakan diri pergi dari meja makan. Hal itu langsung membuat 'Aisyah terdiam,dengan tatapan sendu kearah umi Rahma. "Sabar sayang!" ucap abi. 'Aisyah menatap abinya "iya bi,kalau gitu 'Aisyah berangkat, assalamu'alaikum!" pamit 'Aisyah setelah bersalaman dengan tuan Akbar "wa'alaikumussalam" 'Aisya berjalan keluar rumah,matanya kini melihat Fatimah yang sudah lebih dulu berangkat menggunakan kendaraan pribadi. Berbeda dengan 'Aisyah yang memilih kendaraan umum sebagai transportasi nya.Bukan pilih kasih, 'Aisyah sudah pernah ditawari abinya untuk membeli kendaraan,tapi 'Aisyah menolak,lebih tepatnya tidak tertarik. Lagi pula,'Aisyah juga bisa menumpang pada Fatimah,tapi tidak ia lakukan juga,mengingat perbedaan jurusan yang ia dan Fatimah ambil. Fatimah, Hukum dan 'Aisyah ,kesehatan (Dokter). ---- Menit demi menit berlalu, 'Aisyah masih terdiam dengan kegiatannya menatapi jalan lewat kaca jendela angkot, 'Aisyah masih senantiasa menikmati lantunan qori yang ia dengar dari ponselnya menggunakan headset. Hingga kemudian merasa bingung karena angkot yang berhenti, 'Aisyah berfikir lampu merah menghentikan perjalanan, tapi ia merasa ada yang aneh. "Kenapa berhenti bang?" tanya 'Aisyah kepada sisupir angkot. "Macet neng?" jawabnya. 'Aisyah mengangguk kemudian memilih memainkan ponsel sebagai pengusir kejenuhan. Sampai 'Aisyah merasa benar-benar bosan,angkot yang ia tumpangi masih belum kembali bergerak."masih lama bang? "Tanya 'Aisyah. " iya neng, masih lama,katanya didepan sana ada kecelakaan, apalagi ambulance dan para medis belum ada yang datang!" jelas abang supir membuat 'Aisyah tertegun mendengarnya, ia menatap keluar jendela,kendaraan sudah sangat banyak mengantri diluar sana,sangat parah kah?-fikir Aisyah. Sisi kemanusiaan nya sudah mulai memberontak,ia tidak mungkin hanya duduk terdiam saat tahu ada musibah didepan sana,sedang dia mampu membantu dengan ilmu kedokteran yang ia miliki,sungguh manusia yang buruk jika 'Aisyah sampai mengabaikannya. 'Aisyah beranjak dari duduknya "kalau gitu saya turun saja bang..." ujar 'Aisyah dengan nada cemas. Abang supir menoleh ke arah 'Aisyah "gak nunggu aja neng?" tanyanya yang dijawab dengan gelengan kepala dari Aisyah sebagai penolakan. "ini uangnya bang,makasih ya?" ucap 'Aisyah seraya memberikan bayaran pada si abang supir "makasih neng!" teriak si supir pada Aisyah yang sudah berlari keluar dari angkot. Mata 'Aisyah membelalak seketika, hatinya merasa berduka melihat banyak korban yang tergeletak bersimbah darah,menjerit,meraung, menangis histeris,hal paling mengerikan yang pertamakali 'Aisyah bayangkan. Dan kini ia tak boleh hanya berdiam diri menonton apa yang seharusnya tidak ia tonton. Yang pertamakali Aisyah lakukan adalah membantu seorang gadis kecil yang kini tengah menangis dengan tangan menangkup dahi berlumur darah, yang tak jauh dari posisinya saat ini. "Adek manis jangan nangis,sini kakak obati! "Ucap 'Aisyah mencoba memangku sang gadis,walau awalnya menolak tapi akhirnya gadis itu menurut,Aisyah membawa sedikit lebih jauh dari posisi kecelakaan,mencari tempat aman dan tenang,kemudian dengan telaten membersihkan luka sigadis,dan menempelkan plester sebagai penutup luka sementara.saat Aisyah akan beranjak untuk kembali menolong,gadis itu menahan tangan Aisyah kuat" jangan tinggalin Nina!" lirih gadis itu dengan mata berkaca-kaca. Hati Aisyah tercubit,bukan ia tak perduli,tapi masih banyak nyawa yang harus ia tolong juga,mengingat bantuan medis yang belum juga datang,itu semakin menambah kepanikan 'Aisyah. "Adeek...kakak harus menolong yang lain,kamu tunggu disini ya?... Nanti kakak kembali kalau bisa ya?..jangan nangis dan jangan takut!.." ujar Aisyah berusaha menenangkan,walau ia tidak tahu berhasil atau tidak.Dan pada akhirnya,gadis itu mengangguk"kalau gitu,kamu ambil ini..." Aisyah mengambil sesuatu dari dalam tasnya, memberikannya pada si gadis. Beberapa buah permen,setidaknya membuat gadis itu tidak terlarut dalam rasa sakit dan mungkin trauma yang dialaminya. Aisyah berdiri,menghembuskan nafasnya, kemudian berbalik dan berlari,melangkahkan kakinya lebih melihat kedepan,Aisyah dilanda panik luar biasa,kecelakaan beruntun ini sungguh sangat menyeramkan,hingga Aisyah merasa ini seperti sebuah bencana. Peluh memenuhi dahinya, ia merasa tenang saat medis datang beberapa saat lalu. Aisyah mengusap peluh,berganti dengan cairan warna merah yang menempel didahi akibat bekas daras segar dari korban yang Aisyah tolong. Aisyah kembali bergerak,ini bukan saatnya beristirahat, masih ada nyawa yang harus ia bantu. Aisyah berhenti di dekat sebuah mobil karena mendengar sebuah erangan kesakitan kemudian menghilang begitu saja. Rasa penasaran menyelimutinya,Aisyah memberanikan diri untuk mengecek, iris matanya melebar kala melihat seorang pria tergeletak disamping mobil. Aisyah dilanda takut,khawatir,panik. Semua rasa yang kini sudah bercampur,ia bingung, pasalnya sedari tadi ia belum mendapat korban seorang pria,Aisyah sedikit mendekat, berjongkok menatap pria didepannya "yaa allah...Aisyah harus gimana?" lirih nya. Aisyah menghembuskan nafas kasarnya,dengan keputusan yang pasti, ia mengulurkan tangannya "maafkan Aisyah yaa allah,karena menyentuh laki-laki yang bukan mahram,tapi ini menyangkut nyawa manusia...maaf!" ucapnya dalam hati dengan berkali-kali meminta maaf. Lagi-lagi kepanikan Aisyah membuat pikirannya blank,Aisyah terus berusaha menenangkan pikiran dan jiwa nya yang sudah berkecamuk tak jelas "yaa Allah selamatkan pria ini!". Aisyah dengan teliti membersihkan luka,kemudian kembali mengecek detak nadi yang mulai melemah itu,mata Aisyah mulai berair " Aisyah mohon...selamatkan dia..." gumamnya dalam hati. "Tolong bertahanlah tuan!" ucap Aisyah walau tahu tak akan ada jawaban dari pria didepannya,Aisyah mulai melakukan tahap medis pada korban. Hingga seseorang menyerukan namanya,membuat Aisyah menoleh dan merubah wajah bahagia. "mas Fahmi!" panggil nya pada pria yang kini mendekat,Aisyah merasa tenang saat pria yang kini sangat ia kenal menghampirinya. Aisyah melihat pria itu,terlihat jelas sama-sama terlihat khawatir, baju yang juga terkena noda darah "Astagfirullah...Fahri!" teriak Fahmi,Aisyah melirik Fahmi "mas kenal pria ini? " Tanya Aisyah,Fahmi mengangguk dan membantu " dia temanku, kita harus segera membawanya kerumah sakit!" ujar Fahmi,mengangkat korban,memasukkannya kedalam mobil dengan bantuan Aisyah. Dengan perasaan yang sama-sama panik,Fahmi melajukan mobil begitu cepat,sedang Aisyah terus menerus melapal istighfar,menatap pria yang ada dipangkuannya terus mengeluarkan darah dari belakang kepalanya. "Yaa Allah...selamatkan pria ini!' Hingga saat sampai di rumah sakit,Fahmi segera turun,meminta bantuan kepada para petugas yang ada,korban di baringkan diatas brankar,dan dibawa kedalam salah satu ruangan. Aisyah terdiam,ia terduduk di salah satu bangku,menghembuskan nafas kasar dan lelah,ia menutup matanya mengingat kecelakaan yang banyak menelan korban. Ia mengalami syok parah,semua terasa mati rasa bagi Aisyah, menakutkan. " syah?"panggil Fahmi. Aisyah terkejut,detik berikutnya mendongak menatap si punya suara "ya?" "Kamu baik-baik saja kan?" tanya Fahmi cemas, Aisyah mengangguk sebagai jawaban. "Nih minum,kamu pasti haus!" ujar Fahmi seraya mengulurkan sebotol air, Aisyah tersenyum dan mengangguk "terimakasih mas!" ucap Aisyah kemudian meminumnya hingga tersisa setengah. Kedua nya terdiam,tak ada yang berniat memulai pembicaraan. Detik kemudian,seorang pria bersneli putih keluar dari ruangan dimana Fahri ada didalamnya.Aisyah dan Fahmi berdiri, menghampiri dokter tersebut,berharap mendapat berita baik "gimana keadaan teman saya dok?" "Syukurlah,pasien sudah terbebas dari masa kritis nya, kita hanya tinggal menunggu pasien sadar,jika kalian ingin menjenguk silahkan,saya permisi..." jelas sang dokter membuat Aisyah dan Fahmi menghela nafas lega. "Terimakasih dok!" ujar Fahmi. Kini hanya tinggal Fahmi dan Aisyah,pria itu menoleh "mau ikut masuk?" tanya Fahmi. Aisyah bingung,matanya melihat kearah jam yang bertengger di tangan kirinya,sudah menunjukkan jam 1 siang. Aisyah terkejut,ia sampai lupa kuliah saking sibuknya membantu. "Sekalian mas kenalkan!" Aisyah menggeleng, memutuskan untuk pulang saja,dia juga sudah mulai merasa lelah. "Aisyah pulang saja mas!" "Mau mas antar?" tanya Fahmi. Aisyah menggeleng,Fahmi tersenyum dan mengangguk "terimakasih dan hati-hati! " Aisyah mengangguk "sama-sama mas,Aisyah pamit,assalamualaikum!" "Waalaikumussalam"jawab Fahmi,matanya menatap lekat kearah Aisyah yang kini sudah melenggang pergi menjauh dari rumah sakit. Fahmi pun berlalu untuk melihat keadaan temannya itu. " selelah apapun dirimu,kamu akan mendapatkan balasan yang setimpal atas semua kerja keras yang kamu lakukan" ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD