01. 강씨의 가족 [Kang Family]

2113 Words
ᴬ ᶠᵃᵐⁱˡʸ ˢʰᵒᵘˡᵈ ᵘⁿᵈᵉʳˢᵗᵃⁿᵈ ᵉᵃᶜʰ ᵒᵗʰᵉʳ ᵇᵉᵗᵗᵉʳ . . . Sudah dua bulan berlangsung Yoongi benar-benar telah melampaui masa semua para guru-guru yang pernah mengajar Ella. Dia yang paling bertahan dari semuanya. Iya bisa dianggap Yoongi orang yang paling sukses mengajar di rumah ini, bahkan saat ini dia bisa melunasi cicilan mobil dari dua bulan dia bekerja sebab gaji yang ditawarkan tidak main-main, ini asalkan dia sanggup mengajar lebih lama. Mungkin ada yang bertanya padanya, ada yang memuji, bahkan ada yang menghardiknya dengan kata bodoh. Oh Yoongi tidak bodoh itu, dia merampungkan sarjana magisternya pada usia dua puluh empat tahun di universitas ternama di California berkat beasiswa dan itu penuh bahkan sampai bisa membuatnya hidup cukup makmur disana. Jadi katakan siapa yang bodoh? Yoongi bahkan tahu jarak pandang pikirannya terhadap pekerjaan ini. Dengan gaji yang lebih dari dia inginkan meski hanya satu murid saja yang diam dan tenang, tidak bertingkah layaknya anak-anak perempuan yang nakal, ini berbeda saat dia mengajar di sekolah. Anak-anak perempuan itu selalu mendapat hukuman pukulan darinya hingga dia mendapatkan julukan 'Ssaem killer'. Mungkin Yoongi rindu dengan kata itu tapi lebih baik tidak sama sekali sebab meladeni tingkah mereka apalagi guru wanita—Yoongi sudah pusing. Matanya melihat Ella masih mengerjakan beberapa tugas matematika yang dia berikan. Gadis itu dengan cekatan mengerjakannya setelah diberi rumus baru yang lebih mudah. Yoongi penasaran selama dia di rumah ini, Yoongi tidak pernah tahu watak anak pertama tuan Kang. Apa wanita dalam foto itu memiliki sifat yang sama seperti Ella? Yang manis dan pintar. Ya, dia masih penasaran dengan kakak pertama dari Ella yang tidak pernah ditemuinya selama ini. Jam menunjukkan angka hampir pukul tiga, biasanya camilan terakhir untuk Ella datang tepat setelah selesai. Namun, sepertinya pembantu rumah itu tidak segera datang ke kamar nona mudanya. "El, ssaem tadi meminta Ahjumma membawakan buah persik untukmu tapi dari tadi belum diantar-antar Ahjumma pasti lupa, ssaem ambil sebentar ya" ucap Yoongi. Ucapan ini sebenarnya hanya basa-basi, nyatanya dia ingin keluar melihat keadaan rumah serta mencari tahu informasi. Gadis itu melihatnya, lalu menangguk seolah mengiyakan. Ini bagus. Segera Yoongi pergi keluar dari kamar gadis itu. Menutup pintu dan kembali berjalan menelusuri lorong rumah sebelum menuju dapur mengambil persik. Mengamati tiap lukisan dan foto yang jelas terpasang di tiap dinding, Yoongi menyadari jika Tuan Kang menyukai hal klasik, terbukti dengan lukisan yang dimilikinya. Di lorong itu ada satu pintu yang tidak boleh di buka kecuali tuan Kang sendiri, katanya semenjak nyonya Kang berpulang kamar itu menjadi kramat. Yoongi tidak percaya dengan itu semua melihat sekitar Yoongi berusaha membukanya. Tidak bisa, kamar itu di kunci. Seolah di sengaja agar tidak ada yang bisa memasukinya. Yoongi berniat untuk turun dari lantai atas, suara wanita menggema mencari sosok tuan Kang. Wanita mabuk bahkan dipertegas dengan tubuhnya yang oleng. Yoongi bergegas turun dari tangga. Dia setengah berlari ketika melihat wanita itu sempoyongan sebab hak sepatu tinggi yang di pakai wanita itu. Mungkin enam atau tujuh, perkiraannya. Jika keseleo pasti sakit sekali. "Nona kau tidak apa?" tanyanya ketika wanita itu hampir jatuh kebelakang, Yoongi datang bak pangeran berkuda yang menyelamatkan. "Kau siapa?" wanita menghardiknya, seperti tidak menyukai kehadirannya. "Aku hanya ingin Papa!! Papa!!" teriak histeris wanita itu melepas genggaman tangan dari lengannya. Yoongi sedikit menjauh. Melihat wanita itu, dia seperti sedikit tidak asing lagi wanita itu sedikit mirip gadis di foto keluarga Kang. Masih berteriak hingga membuat semuanya orang dirumah tiba-tiba keluar. Para pembantu rumah dengan tatapan takut serta Ella yang ada di dalam kamar pun juga ikut keluar dan turun menghampiri. Semuanya kacau karena wanita ini hadir. Yoongi hanya melihat bagaimana tubuh mungil itu terhuyung dan jatuh di atas karpet. Terlihat menyedihkan, tapi masih berteriak dengan histeris, tidak tahu malu jika ada orang asing disini. "Papa! Jenna sudah pulang!! Jenna butuh uang!!" Ah Yoongi baru menyadari jika di bawahnya ini putri sulung dari tuan Kang yang tidak pernah ditemuinya. Jenna Kang yang terlihat manis dan lugu di bingkai foto ternyata berbanding balik dengan dia lihat saat ini. Wanita itu kacau bahkan pakaian yang dikenakannya pun tidak mencerminkan bagaimana anak tuan Kang sesungguhnya. Blouse hitam mini serta riasan yang terkesan menonjol pantas saja dia hampir tidak mengenalinya. "Papa!" "Kak, papa masih diluar, pergi" kini Ella mencoba menenangkan Jenna. Wanita itu langsung diam dan melihat adik bungsunya, lalu memeluk erat sang bungsu. "Ayo kekamar kak, biar nanti Ahjumma buatkan sup pegar untukmu" Ella masih membujuk Jenna untuk diajaknya pergi ke kamar sang sulung. Memapah dengan bantuan satu pembantu rumah yang usianya mungkin sekitar lima puluh tahunan. Yoongi ingin mengikuti mereka untuk mencari tahu lebih banyak namun seorang mencegahnya, itu membuat dirinya bingung. "Sebaiknya jangan tuan, biarkan nona lebih tenang dulu. Tapi kalau sudah sadar nanti dia jadi seram. Dia sering memecat banyak pembantu disini, itu yang membuat tuan Kang marah" ucap pembantu muda itu. "Aku tidak suka tatapannya, kenapa dia kemari lagi?" sahut lainnya. "Lebih baik jangan coba-coba untuk berdekatan dengan nona Jenna, dia seperti orang tidak waras saat ditinggal ibunya pergi apalagi tidak direstui menikah dengan kekasihnya yang kaya raya." yang lain menyahut seolah memberikan penjelasan lebih tentang sosok Kang Jenna. Ini lebih dari sekedar informasi baginya, meski benar atau tidak. Yoongi masih terdiam di tempatnya. Memang lebih baik tidak ikut-ikut dalam masalah keluarga ini, lebih baik bekerja saja untuk memenuhi kewajibannya pada sang ibu. Yoongi mengangguk mengerti, dia akhirnya kembali ke kamar Ella untuk mengambil tas miliknya sebab jam belajar gadis itu sudah habis lima menit lalu. Di kamar Jenna masih berteriak histeris memanggil sang ayah. Ella dengan cepat memanggil nomor telepon sang ayah agar cepat pulang karena sang sulung ada dirumah berteriak dan tertawa tiada henti seperti orang kesetanan padahal Jenna hanya mabuk. "Papa! Papa panggilkan papa! Jenna butuh uang! Jenna tidak mau disini!" Dan beberapa menit kemudian Tuan Kang datang untuk melihat kelakuan putrinya yang berantakan seperti ini. Dia ingin marah namun melihat putri bungsunya di kamar Jenna jadi dia urung melakukannya. Kasihan Ella, pasti akan membencinya jika sampai melakukan itu sama seperti Jenna padanya. "Papa datang" dengan senyum sumringah Jenna perlihatkan pada ayahnya. Seolah dia akan mendapatkan apa yang dia mau sekarang. "Uang Jenna habis papa. Mau minta lagi" ucapnya dengan lemah gemulai. "Tidak putriku. Berhentilah menghamburkan uang untuk menutupi kesedihanmu. Tetaplah di rumah sayang, dan maaf papa sudah ambil hak apartemenmu bahkan papa juga blokir atmmu" ucap tuan Kang. Mendengar itu Jenna langsung melempar buku yang tertata rapi di nakas kecil. Berantakan di bawah lantai. "Apa yang papa lakukan setelah mama meninggal? Jenna merasa sedih dan uang menjadi Jenna senang." ucapnya memelas namun sesaat itu hanya tipuan Jenna kembali menatap nyalang sang ayah dengan rasa benci yang ditanamkannya. "Bahkan papa tidak mengizinkan Jenna untuk menikahi kekasih Jenna. Dia orang yang dewasa dan tentunya kaya bisa membuat Jenna bahagia." Plak. Satu tamparan mengenai pipi Jenna, Ella yang melihat itu hanya terdiam membisu seolah dia baru tahu bagaimana batas kesabaran ayahnya menangani sang kakak yang sudah kelewatan. Ella tidak mau melihat ini, dia lalu berlari keluar pergi ke kamarnya. "El ada apa--" Yoongi yang terkejut melihat Ella yang setengah menubruknya itu membuat dia melihat kearah pintu kamar Jenna, dia berjalan pelan kesana sembari mendengarkan ucapan-ucapan itu. "Sadar nak! Uang tidak akan membuatmu bahagia! Dunia yang kau jalani tidak akan membuatmu bahagia nak!" Jenna menangis, memegang pipi kirinya yang memerah. Matanya menatap nyalang pada sang ayah hingga dia melihat sosok pria yang tadi mencoba menyelamatkannya. "Tuan maaf saya pamit pulang." ucap Yoongi. Dia masih termangu, ini sungguh mengejutkannya sebab dia datang saat tuan Kang menampar putrinya sendiri itu terdengar saat dia turun dari lantai atas. Mata mereka bertemu, Jenna mendengus saat melihat Yoongi di luar kamarnya. "Guru baru El? Kupastikan beberapa minggu kedepan kau akan hangout dari rumah ini!" ucapnya dengan nada serius. "Jenna!" "Papa pasti membayar dia lebih agar dia bisa lebih lama disini? Seperti guru-guru El dulu?" tanya Jenna dengan muka kelewatan menyebalkan, dia seolah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Yoongi terkejut mendengar itu namun dia segera berlalu saja, memang tidak baik jika terus menerus melihat keduanya seperti ini. Sebab ini bukan urusannya, urusan Yoongi hanya mengajar saja tidak lebih. Keluar dari rumah besar ini dia benar ingin tahu apa yang dia katakan Jenna selama ini benar jika semua orang yang menjadi guru ajar Ella mendadak pergi sebab dipaksa menikahi putri tuan Kang yang seperti itu. Mewah dan semuanya harus terpenuhi, jika memang seperti itu, Yoongi tidak mau memaksa diri untuk memenuhi kebutuhan putri sulung tuan Kang. Dia ini sederhana tapi mencukupi untuk kebutuhan hidup dengan ibunya. Menelpon seseorang, Yoongi ingin bertemu dengan teman lamanya. "Hallo Kai kau bisa keluar malam ini? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Ini soal anak sulung tuan Kang" Mendengar jawaban dari pihak sebelah, Yoongi langsung pergi melajukan mobilnya keluar dari halaman rumah terkutuk ini. ? "Keluarga itu memang aneh, hanya Ella saja yang waras, mungkin." Kai meneguk mangeoli miliknya, rasa asam dan pahit langsung menyeruak dalam mulutnya namun itu membuat ketagihan. Mereka bertemu di salah satu kedai yang menjadi andalan mereka waktu sekolah dulu. "Tapi sungguh kasihan mental anak itu jika terus menerus berada di rumah. Seharusnya Ella bisa pergi ke sekolah, tapi nyatanya tuan Kang orangnya overprotektif. Itu sulit sekali membujuknya." lanjut pria muda itu. "Kau pernah berbicara dengan tuan Kang?" tanya Yoongi. Helaan nafas pemuda itu terdengar mengerikan di telinga. Kai seolah memberikan perspektif buruk tuan Kang padanya. "Iya, telingaku sampai panas, mangkanya aku keluar. Kabur" gerutunya. Yoongi kembali meneguk mangeoli miliknya yang tersisa, ini yang terakhir dari botol yang sudah kosong. Pikirannya mendadak kembali pada semua keluarga Kang yang tidak beres, mungkin kehilangan sosok paling berarti membuat semuanya berantakan. Sama seperti dirinya dulu. "Eh Yoongi. Kenapa kau masih bertahan di rumah itu? Biasanya banyak orang yang sudah tidak tahan, terutama menjadi guru Ella. Tuan Kang selalu menjodohkan putrinya dengan guru-guru Ella. Eh tidak juga sih, orang juga bilang jika disana seperti neraka. Pembantu wanita berkata seperti itu, aneh padahal dia baru seminggu keluar. Kok dia tidak mengalami hal buruk ya? Aku saja jatuh bangun." Kai mencoba ingin tahu tentang ini. Yoongi mengerutkan keningnya, jujur dia tadi mendengar masalah ini. Jika di jodohkan mungkin Yoongi tidak mau sebab dia tidak menyukai gaya Jenna yang terlalu mencolok baginya, Jenna bukan seleranya. Tapi jika di pikir kenapa tuan Kang melakukan itu? Apa ada sesuatu? Apa hanya demi kebaikan? Atau hanya tidak mau reputasinya dipandang buruk? Tapi ucapan Kai mengenai pembantu wanita yang keluar sepertinya Yoongi pernah menemukan sesuatu fakta yang sama. Dia pernah mendengar jika mereka yang keluar mengalami tekanan batin dan menjadi gila. "Seharusnya kau bersyukur tidak mengalaminya" Melihat jam tangannya yang sudah menunjukan pukul delapan malam. Yoongi merasa jika dia harus pulang kerumah untuk menemui ibunya yang sendirian dia tinggal dari pagi. "Aku rasa aku harus pergi. Kasihan ibuku dirumah sendirian. Terimakasih Kai kau sudah memberitahu informasi ini padaku." Yoongi merogoh sakunya untuk menggapai dompet lalu mengeluarkan beberapa lembar uang. "Ini uang untuk membayar dua mangeoli" ? Hera tidak sanggup untuk membawa satu janin yang tidak dia inginkan. Dia ingin sekali menggugurkan bayi ini, tapi sungguh dia tidak sanggup. Ibu mana yang akan tega membunuh bayinya sendiri meski mendapatkannya dengan cara yang salah. Oh bayi yang malang, tidak punya dosa apapun untuk di lenyapkan. Setiap kali Hera menangis ketika tidak bisa menelan makanan. Selalu dimuntahkan sebab lambungnya menolak. Perutnya lapar dari tadi pagi dia hanya s**u dan air putih saja. Tapi malam ini dia bisa memakan bubur jagung dari bibinya. Hera tidak bisa menangani ini sebab ibu dan ayahnya sudah tidak ada. Dia tinggal sendiri. Di rumah ini dia sendirian, terkadang bibinya datang untuk melihatnya. Setiap kali sang bibi datang beliau selalu menanyakan perihal kekasihnya untuk tanggung jawab namun Hera tidak mau, dia juga tidak ingin mengatakan jika pria b******n itu sudah membayar janinnya dengan harga yang tak masuk akal. Ah mengapa seorang janin di beli? Bukankan janin ini juga miliknya? Kalaupun nanti mantan kekasihnya datang untuk mengambil bayinya setidaknya Hera langsung memberikannya sebab dia tidak mau mengurusi anak dari pria itu. Tapi perasaan tega seperti itu terkadang membuatnya stress bukan main. Sanggupkah? "Kalau begitu besok bibi buatkan bubur lagi ya" ucap wanita paruh baya itu padanya. Bibi Lim juga sudah selesai mencuci mangkuk terakhirnya. Hera mengangguk, dia benar-benar lemas di atas ranjangnya. Kehamilan yang mengganggunya. Getaran ponsel yang membuat dirinya tidak bisa kembali beristirahat. Mengapa ponselnya dan melihat siapa yang mengirim pesan padanya. [Makanlah, aku dengar kau tidak mau makan. Kasihan anakku, kau tidak kasihan?] Membuang ponselnya, "b******n" umpatnya. Hera benar-benar muak tiap kali melihat pesan dari kekasihnya yang b******n itu. Hera merasa harus istirahat kembali. Jika keadaannya seperti ini berlanjut, dia ingin pergi ke rumah sakit saja menemui dokter kandungan untuk memeriksa keadaannya yang makin hari makin memburuk. [] Ahjumma(kor): Bibi Ssaem(kor) : guru
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD