.
.
.
.
.
Dua minggu telah berlalu sejak kejadian Kaila memergoki Kevin dan seorang gadis di kamar. Kini Kaila semakin bertekad untuk melupakan saudara kembarnya itu.
Kaila duduk di taman atap kampus sambil sesekali melihat ke arah langit, ia bingung bagaimana caranya agar ia melupakan Kevin.
Di saat ia sedang begitu kalut, tiba-tiba seseorang menyapanya.
"Hai Kai, sendirian aja?" kata orang itu
"Eh kamu San, ia nih lagi pengen sendiri aja." kata Kaila tersenyum
"Boleh aku duduk di sini." kata Sandy
"Ya silahkan saja." kata Kaila
"Kai, ehmm sebernarnya aku..." kata Sandy sedikit gugup
"Kau kenapa San, apa ada masalah." kata Kaila
"Sebenarnya aku sudah lama suka padamu, aku jatuh cinta padamu Kai. Kamu mau gak jadi pacarku." kata Sandy
"San, jangan bercanda deh." kata Kaila sedikit tak percaya
"Aku bercanda Kai, aku serius. Kamu mau gak jadi pacarku." kata Sandy menggenggam tangan Kaila
Kaila terdiam sejenak memikirkan pengakuan Sandy, kemudian secerca harapan muncul dalam hatinya. Mungkin saja ini jalan yang tuhan berikan padanya agar ia melupakan cintanya pada Kevin.
"Hmm iya aku mau." kata Kaila tersenyum
"Beneran Kai ? Kamu serius nerima aku ?" kata Sandy
"Iya aku serius." kata Kaila
Mendengar jawaban Kaila, Sandy pun tersenyum dan langsung menarik Kaila kedalam pelukannya.
"Terima kasih Kai, aku janji akan berusaha membuatmu bahagia." kata Sandy
"Iya sama-sama." kata Kaila melepas pelukan Sandy
Tanpa mereka sadari sejak tadi ada seseorang yang memperhatikan mereka dengan tatapan yang sulit di artikan, sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah seringaian melihat kebersamaan Sandy dan Kaila.
"Time to play, kita lihat siapa yang akan memenangkan semuanya." gumam orang itu
✶⊶⊷⊶⊷❍ ?? ❍⊶⊷⊶⊷✶
[Kaila POV]
Waktu berlalu, sudah seminggu lebih aku dan Sandy menjadi sepasang kekasih. Aku pun selalu berusaha menerima Sandy dalam hatiku, aku berusaha agar bisa melupakan Kevin.
Aku duduk menikmati tontonan yang ada di tv sambil sesekali memakan cookies buatanku, akhir pekan kadang menjadi waktuku untuk bersantai dari penat yang menyerang otakku.
Di saat sedang asik dengan kegiatanku, suara bel berbunyi dan mengalihkan perhatianku.
"Tiga hari tak pulang dan dia pulang sekarang, dia pikir rumah ini hotel? Ingin ku cekik saja makhluk itu." monologku
Aku pun berdiri dan menuju ke pintu utama kemudian membuka pintu untuk orang yang ku pikir adalah Kevin, ketika pintu terbuka aku pun terkejut.
"Morning baby, apa aku mengganggu." kata orang itu
"Morning San, ah tidak aku pun sedang bersantai. Ayo masuk." ucapku tersenyum
Kami berdua pun masuk dan duduk di ruang tamu.
"Tumben kau bertamu, ada apa." kataku
"Ah tak ada apa pun, hanya ingin mengunjungi kekasih cantikku." ucap Sandy membuat semburat merah muncul di pipiku
"Kau ini, eh iya mau minum apa." tawarku
"Apa aja, asal jangan kau campurkan racun kedalamnya." cengirnya
"Hmm ide bagus, nanti ku buatkan minuman bercampur racun tikus untukmu." candaku membuatnya tersenyum
Aku pun kemudian berlalu ke dapur dan membuatkan minuman untuknya setelah sebelumnya singgah mematikan tv yang tadi ku tonton. Lima menit kemudian aku pun kembali dengan membawa jus mangga dan juga cemilan untuk kami berdua.
"Nah silahkan di nikmati." kataku
"Tidak kau campurkan apa pun kan di dalamnya." katanya
". Ah racun tikusnya habis, tadi aku mencampur sedikit sianida jadi tak apa kan." kataku menatapnya datar membuatnya tertawa
"Kau masih tak berubah Kai." kekehnya
Kami pun mengobrol banyak hal sambil menikmati cemilan. Tak sadar waktu mulai beranjak siang, aku pun memintanya untuk tinggal sebentar dan makan siang bersamaku. Setelah ia mengiyakan permintaanku, aku pun memintanya menunggu sambil menonton tv di ruang keluarga sementara aku memasak di dapur.
Setelah masakanku siap, aku pun mengajaknya makan siang.
"Ayo Sam, makan siang dulu." kataku membuatnya mengalihkan perhatian dari tv
Ia kemudian mengikutiku ke dapur, ketika ia melihat masakan ku ia pun angkat bicara.
"Ini beneran masakanmu baby ?" katanya
"Iya lah emang masakan siapa lagi." kataku sambil duduk di sampingnya
"Ku kira kau tak bisa memasak." celetuknya
Plakkk
"Aku seorang gadis tentu saja bisa memasak, jika tak mau memakan masakanku makan saja cemilan sana biar ku habiskan makanan ini sendiri." kataku cemberut
"Aku bercanda sayang." kekehnya kemudian mengambil makanan
Kami makan siang dengan tenang tanpa ada pembicaraan apa pun di antara kami.
Setelah makan siang, kami pun kembali ke ruang keluarga dan menonton tv bersama. Aku duduk di sampingnya sambil satu tangannya melingkar di bahuku, sedangkan aku bersandar di bahunya. Di saat sedang menonton tiba-tiba ku rasa ia mengecup pucuk kepalaku, sontak aku pun memandangnya dan membuat tatapan mata kami bertemu.
Perlahan dikikisnya jarak antara kami, di lumatnya lembut bibir tipisku membuatku sontak mengalungkan tangan di lehernya dan membalas lumatannya. Sedikit demi sedikit tangannya mengelus pahaku ke arah hot pans yang ku gunakan, tiba-tiba sebuah suara menghentikan kegiatan kami.
"Ekhmm apa-apaan ini." interupsi seseorang membuat kami saling menjauh
"K...Kevin." kataku terkejut
"Siapa kau ?!" kata Kevin menatap tajam Sandy
"Hai Vin, masih ingat padaku? Aku Sandy." kata Sandy
"Sandy Williams ? Oh hai, apa yang kau lakukan di rumahku." kata Kevin dingin
"Emm hanya berkunjung." kata Sandy
"Kevin jangan bersikap seperti itu padanya, dia..." kataku terputus
"Ah tak apa Kai, aku balik dulu nanti ku hubungi." kata Sandy
Sandy pun kemudian pergi meninggalkan aku dan Kevin yang saling menatap dengan tatapan membunuh.
"Apa hubungan kalian ? Mengapa dia mencium mu." kata Kevin dingin
"Bukan urusanmu." kataku datar
Plakkkkkk
Sebuah tamparan melayang di pipiku dan membuatku tersentak, Kevin tak pernah menamparku kecuali jika ia begitu marah.
"Aku baru tak pulang tiga hari dan kau berani membawa pria lain ke rumah ini." katanya
"Mengapa? Kau bisa membawa jalang dan meniduri mereka di rumah ini, dan aku tak boleh membawa kekasihku sendiri?" kataku
"Kekasih ? Dia kekasihmu ?" katanya dingin
"Ya dia kekasihku." kataku
"Putuskan dia, dia b******n dan tak pantas untukmu." katanya
"Kau berbicara seolah kau sendiri bukan b*******n." kataku tersenyum sinis
Plakkkkkk
Sekali lagi tamparan itu melayang mengenaiku.
"Hiks hiks mengapa?!! Mengapa kau mengatur hidupku, kau bisa berbuat sesukamu dan aku tak boleh?!!" tangisku
Melihat air mataku, ia menarikku dalam pelukannya. Perlahan ia mengusap kepalaku, membuatku menyembunyikan wajahku di dadanya. Aku terus terisak dalam pelukannya, hingga ia merasa aku mulai tenang ia pun menganggat wajahku dan menatap dalam mataku.
"Jangan salah paham, aku hanya tak mau kau terluka kak." katanya mengecup pipiku yang memerah akibat tamparannya
"Tapi bukan berarti kau bisa semena-mena mengatur hidupku, aku pun punya kehidupanku sendiri." isakku
"Ku mohon dengarkan aku kak, putuskan dia. Dia tak baik untukmu." katanya
"Tidak akan pernah, sudahlah tak akan habisnya pembicaraan ini. Aku ingin ke kamarku." kataku kemudian pergi
[Kaila POV end]
Kaila pergi menginggalkan Kevin yang menatapnya dengan tatapan mematikan, entah apa yang di sembunyikan oleh Kevin dari Kaila.
✶⊶⊷⊶⊷❍ ?? ❍⊶⊷⊶⊷✶
Dua bulan berlalu sejak kejadian itu, hubungan Kevin dan Kaila pun perlahan merenggang.
Libur kuliah telah tiba, Kaila dan Sandy berencana akan berlibur ke villa milik Sandy. Setelah mempersiapkan semuanya, Kaila pun keluar dari kamarnya dan berjalan santai membawa tas berisi beberapa pakaian yang akan ia pakai seminggu ke depan.
"Mau ke mana kau." kata Kevin dingin
"Liburan ke villa." kata Kaila santai
"Villa ? Dengan siapa kau pergi, apa dengan b******n itu." kata Kevin
"Dia bukan b******n dan dia punya nama, sudahlah malas berdebat denganmu." kata Kaila kemudian berlalu pergi
Kevin menatap tajam pada Kaila yang pergi begitu saja, tangannya mengepal kuat menandakan betapa marahnya ia saat ini.
Kaila melajukan mobilnya ke luar kota tempat di mana villa milik Sandy berada, ia dan Sandy memang sepakat untuk bertemu di sana karena Sandy sudah lebih dulu ke sana untuk mengurus beberapa hal.
Sesampainya di villa ia pun memarkirkan mobilnya kemudian turun dan berjalan masuk kedalam, ketika masuk ia di sambut oleh Sandy yang langsung memeluknya dan melumat bibirnya sekilas.
"Kau pasti capek, ayo ku tunjukan kamarmu." kata Sandy tersenyum
Keduanya pun berjalan ke kamar yang telah di siapkan oleh Sandy untuk Kaila, mereka memang telah sepakat tak akan tidur sekamar karena permintaan Kaila.
Setelah membereskan bawaannya, Kaila pun keluar dan menuju ke dapur untuk menyiapkan makan siang.
Dengan terampil tangannya mengolah bahan makanan yang memang telah di siapkan oleh Sandy menjadi makanan yang enak, di saat ia sedang memasak tiba-tiba sebuah lengan melingkar di pinggangnya.
"Apa yang sedang kau masak baby." kata Sandy
"Hanya membuat sup untuku dan juga pasta untukmu, duduklah makanannya sudah hampir masak." kata Kaila
"Hmm kau tau baby, kita seperti pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu." kata Sandy mengecup bahu Kaila yang sedikit terbuka
"Enghh benarkah." kata Kaila menyelesaikan masakannya
"Ya tapi sayangnya pasangan pengantin baru tidur sekamar sedangkan kita tidak." kata Sandy membuat Kaila terdiam
"Hmm maaf aku masih belum siap untuk itu." kata Kaila
Sandy pun membalikkan tubuh Kaila, di tatapnya manik indah milik kekasihnya itu kemudian tersenyum.
"Tak apa aku akan menunggu." kata Sandy
Selama beberapa menit suasana canggung menyelimuti keduanya, tak ada kata yang keluar dari mulut mereka. Hanya detakan jantung tak beraturan yang di rasakan keduanya.
"Ehmm lebih baik kita makan, sebelum makanannya dingin." ucap Sandy memecah kecanggungan
"Iya ayo, kau duduklah. Aku akan bawa makanannya ke meja." kata Kaila
Suasana canggung menyelimuti makan siang mereka, setelah makan siang Kaila pun memutuskan untuk masuk ke kamarnya dan beristirahat.
✶⊶⊷⊶⊷❍ ?? ❍⊶⊷⊶⊷✶
Sudah dua hari Kaila berlibur bersama Sandy, tiba-tiba saja ia merasakan firasat buruk pada Kevin. Hal itu membuatnya merasa panik dan kemudian berniat kembali sebentar untuk menjenguk Kevin. Setelah mendapat persetujuan Sandy, Kaila pun pergi.
"Apa lagi yang di lakukan b*******n itu." batin Kaila
Ia melajukan mobilnya membelah jalanan sepi.
Sesampainya di rumah, dilihatnya mobil Kevin ada di garasi. Ia pun turun dari mobil dan langsung masuk ke rumah, dengan cepat ia berjalan ke kamar Kevin untuk melihat kondisi saudara kembarnya itu dan benar saja Kevin sedang mabuk berat. Kamar Kevin juga sangat berantakan.
"Astaga apa yang kau lakukan pada kamarmu b******k !!! Kau mabuk lagi hah!!" amuk Kaila
Kevin memandang Kaila dengan tatapan dingin dan menusuk, kemudian senyuman muncul di bibirnya.
"Apa urusanmu mengurusiku, pergi saja kau berlibur dan menjadi jalang si b******n itu." kata Kevin
Plakkkkkk
Satu tamparan di layangkan pada Kevin oleh Kaila, rasanya sakit ketika di rendahkan oleh saudaranya sendiri apalagi orang itu adalah orang yang di cintainya.
"Aku tak semurahan jalang mu tuan Kevin Ardiansyah Jackson, jangan sama kan aku dengan mereka dan jangan samakan kekasihku dengan dirimu karena dia bukan b******n sepertimu." ucap Kaila terisak
Kaila kemudian pergi meninggalkan Kevin yang mulai tersadar akan kata-kata yang di lontarkannya.
Kaila melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, hatinya sakit mendengar Kevin menghinanya. Perih terasa begitu dalam mendengar apa yang Kevin ucapkan.
Sesampainya di villa ia pun masuk ke dalam, namun ketika sampai di dalam ia menangkap sesuatu hal aneh di dalam villa.
"Tas milik siapa ini." monolog nya ketika melihat sebuah tas gucci di sofa
Ia semakin terkejut ketika sayup-sayup terdengar suara desahan dari kamar Sandy.
"Apa ia sedang bermain solo sambil menonton video dewasa?" monolog Kaila
Ia berjalan mendekati kamar Sandy dan suara itu semakin keras, tak menunggu waktu ia pun membuka pintu kamar Sandy. Air matanya sontak jatuh ketika melihat di dalam sana seorang wanita yang ia tau sebagai jalang yang pernah di bawa Kevin sedang mendesah di bawa kungkungan Sandy.
"Apa-apaan ini, jadi ini yang kau lakukan di belakangku !!" ucap Kaila membuat dua manusia yang sedang di landa nafsu itu pun terkejut
Tanpa memperdulikan panggilan Sandy, Kaila berjalan ke kamarnya dan membereskan barangnya kemudian pergi meninggalkan villa.
Di lajukannya mobil kesayangannya dengan kondisi kalut, ia menerima dua rasa sakit yang benar-benar membekas di hatinya. Hingga pada satu titik ia kehilangan kendali mobilnya dan mengakibatkannya menabrak pembatas jalan.