02. BERAKSI

1031 Words
Lentera sudah siap dengan pengamarannya kali ini. Dan Lentera juga yakin akan bisa langsung diterima di restoran Erinco. "Huh!" Membuang napasnya sejenak dan menatap ke arah pantulan cerminnya dengan lekat-lekat. Ia memperhatikan dirinya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dan merasa tidak nyaman sekali. Apalagi dengan rok ketat yang dikenakannya, tak lupa dengan make up dan juga rambutnya yang pendek. Lalu aksesoris lainnya. Sungguh Lentera tersiksa dengan pakaian yang serba ketat seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi. Ia harus terlihat seperti wanita feminim dan juga tidak ada orang yang bisa mengetahui dirinya sama sekali. "Apa gue harus jadi w************n kaya gini untuk menselancarkan rencana penyamaran?" ucapnya yang menatap dirinya sendirinya saja dengan aneh. "Ck." Berdecak kecil. Dan mengambil tasnya yang berisi baju ganti dan juga celananya. Karna sudah dipastikan Lentera sendiri tidak akan betah dengan pakaiannya saat ini. "Awas lo!! Erinco Signor!!!" Melayangkan tatapan tajamnya dengan mengepalkan kedua tangannya juga. "Nama yang akan selalu gue ingat dan tak pernah gue lupakan sedikit pun!!" Lentera tersenyum miring. Lalu ia sedikit membenarkan tatanan rambutnya. Dan memasang topinya. Setelah sudah siap semuanya. Lentera mengucapkan. "Beraksi." Lalu ia langsung saja keluar dari kamar yang memang tersedia di dalam markas ini. Ia sedikit tampak terkejut ketika melihat para anggotanya yang seperti sudah menunggunya di depan pintu. "Gila!!! Lo cantik banget kalau kaya gini!!" "Lo juga ternyata seksi!!" "Gue gak nyangka liat bidadari yang langsung aja turun di hadapan gue!!" Lentera yang mendengar lontaran-lontaran mereka sedikit risih. Apakah dengan dirinya berdandan seperti ini termasuk memancing napsu mereka semua. Entahlah. Ia juga melihat dirinya yang seperti ini malah menjijikkan menurutnya. "Temenin gue tidur malam ini!!" ucap Garson yang tiba-tiba saja terpukau dengan Lentera. Lentera yang mendengarnya. Tersenyum miring. "Berani bayar berapa?" "Gue bakal kasih apapun yang Lo mau." Garson mulai mendekat ke arah Lentera. Tetapi dengan cepat Lentera memundurkan langkahnya. "Gue tanya Lo berani gue bayar berapa!!!" "Lo maunya gue bayar berapa??!" Lentera terkekeh. Dan ia menatapnya secara lekat manik Garson. Lalu melangkahkan kakinya ke arah Garson. Memegang pundaknya. Dan juga mendekatkan wajahnya. Lalu Lentera berbisik. "Lo bukan level gue. Karna Lo udah...." Menggantungkan kalimatnya. "Pikir aja sendiri!! Lo terlalu banyak bermain dengan wanita-wanita malam ini." "Dikira gue sama gitu kaya mereka??!" ucap Lentera yang langsung saja melangkahkan kakinya. Tetapi tangannya ini malah dicekal oleh Garson. "Bilang aja Lo pengecut!!" "Ya!! Gue pengecut!! Sampai-sampai dengan bodohnya gue malah masuk ke geng Lo yang gak ada apa-apanya itu." "Sialan!!! Lo ngomong apa tadi??!" ucap Garson yang tidak terima dengan ucapan Lentera. Dan ia langsung saja mencengkeram tangannya Lentera. "Mau tau rahasianya gimana cara geng gue bisa untuk mengambil harta pria kaya raya itu?" "Bukan nyuruh gue untuk jadi w************n yang menjual diri kok." "Tapi dengan cara...." Lentera dengan cepat menginjak kaki Garson. Dan melepaskan cengkramannya. "Gue bakal kasih tau kalian semua. Tenang aja." "Tapi dengan syarat kalian harus bantu penyamaran gue ini dan juga menjalankan balas dendam gue dengan lancar!!" "Nurut perkataan gue!! Karna gue tahu banyak tentang rahasia Geng gue sendiri!!" "Dan gue berniat untuk membagi ke kalian semua." "Jadi jangan ada yang berani macam-macam sama gue!" ancam Lentera dengan melayangkan tatapan tajam ke arah mereka semua yang sedang menatapnya juga. "Kalian paham???!!" "Paham!! Gue bakal bantu Lo. Tapi Lo jangan ingkar dengan ucapan Lo tadi!" ucap Elden wakil dari geng ini. "Lo bisa pegang ucapan gue. Dan gue juga bakal pegang ucapan Lo!!" "Bilangin sama bos kalian. Kalau mau wanita malam jangan jadikan gue juga tumbalnya." "Cari yang lain. Gue terlalu berharga untuk Lo yang menjijikkan itu." "Apa semuanya yang semalam gue bilang sama kalian semua udah siap??!" "Udah gue siapin!!" Lentera melirikkan matanya ke arah Garson yang menjawab pertanyaannya tadi. "Good! Mana?!" Garson melemparkan kunci motor yang nantinya akan dipakai oleh Lentera untuk menuju ke restorannya Erinco. "Awas lo kalau macam-macam sama gue." ucap Lentera yang mulai melangkahkan kakinya keluar dari dalam markasnya ini. Diikuti oleh para anggotanya. "Good luck. Bro." Menepuk pelan pundak Lentera. Dan ia hanya menganggukkan kepalanya saja. Lalu Lentera mulai menjalankan motornya dengan kecepatan yang sedang. Membelah jalanan dengan tatapan mata yang terus saja menjelajah. Ia mengingat-ingat betul. Jalanan mana yang memang mengarah ke restoran tersebut. Lentera juga harus menyiapkan dirinya yang nanti akan berakting. Ah, lebih tepatnya bersikap lemah lembut dan seperti wanita feminim bukan urakan atau malah brutal. "Kayanya ini beneran restorannya deh," gumam Lentera yang memberhentikan laju motornya sejenak dan juga menengokkan kepalanya ke arah kanan dan kiri. Dengan mengeluarkan ponselnya untuk memastikan kebenarannya. "Bener! Gue gak salah." Lentera sangat yakin dengan restoran tersebut. Dan ia langsung saja melajukan motornya kembali. Memarkirkan restoran yang sepertinya masih sepi. Tetapi dengan begini bisa jadi kesempatan yang bagus untuk Lentera. "Huh. Jangan sampe gagal!" gumamnya yang sedikit membenarkan pakaiannya dan juga rambutnya. Setelah sudah Lentera melangkahkan kakinya masuk ke dalam restoran tersebut. "Selamat datang di restoran Noruenca." "Ada yang bisa kami bantu?" ucap pelayan yang tiba-tiba saja menyambutnya. Dan entah kenapa Lentera sendiri jadi dilanda kegugupan. "S-saya.... Orang yang mau melamar pekerjaan di sini." "Maaf Mba. Restoran ini sedang tidak memberikan lowongan pekerjaan kepada siapapun." jawabnya secara langsung. Dan itu membuat Lentera jadi terbungkam. Bukankan semalam ia sudah menyogok menejer ini untuk memasukkan dirinya ke dalam restoran ini. Tapi kenapa malah jadi seperti ini. Ah, Lentera harus tenang menghadapinya. Dan ia tidak boleh gegabah sedikit pun. "Tapi. Apa saya bisa dulu bertemu dengan pemilik ini?" "Atau..... Menejernya?" tanya Lentera kepada pelayan itu. "Maaf. Pemilik kita sedang sibuk. Dan belum datang juga ke sini." "Yaudah kalau begitu saya tunggu saja." "Saya beri tahu kembali kepada Mba. Bahwa di sini tidak ada lowongan jadi sebaiknya Mba pergi saja." "Saya ingin bertemu dengan pemiliknya. Atau tidak Pak....." Lentera berusaha mengingat nama menejer yang semalam ia suap. "Pak Hendri. Kalau tidak salah." Lentera benar-benar lupa. Kenapa ia tidak kepikiran untuk mengingatnya coba. "Maaf di sini tidak ada yang namanya Pak Hendri. Mungkin Mbanya salah orang. Jadi bisa keluar." usirnya dan itu sedikit membuat Lentera kesal. "Apa mau saya panggilkan satpam untuk membantu Mba keluar?" Lentera yang mendengarnya mengepalkan kedua tangannya kuat. Ia harus bisa menahan emosi. 'Sialan. Kenapa bisa kaya gini coba. Argh!!' gerutu batinnya yang memang melangkahkan kakinya keluar. Jika tidak aja pasti akan mengundang keributan di sini. Dan penyamarannya akan terbuka. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD