03. DITERIMA KERJA

1002 Words
Lentera tak kenal lelah. Ia terus saja membujuk satpam yang memang malah tidak membolehkan dirinya untuk masuk padahal jelas-jelas. Lentera hanya ingin menunggu kedatangan Erinco atau pun menejernya. Tapi kenapa mereka malah tidak membolehkannya. Membuat Lentera kesal tengah mati saja. Dan ingin rasanya memukul wajah satpam tersebut dengan bogeman tangannya ini. Lalu Lentera memutuskan untuk menelpon Garson. Karna ia lupa nama menejernya tersebut. Dan lagi pula ia semalam menyuapnya ditemani dengan Garson. Ketika panggilannya diangkat. Ia langsung saja membuka pembicaraannya. "Halo, Garson." "Gue mau nanya nama menejer restoran ini siapa?" "Kenapa?" "Cepet!!! Gue diusir terus dari sini!" "Dan gue juga gak boleh ketemu sama pemiliknya." ucap Lentera dengan raut wajah yang ditekuk. "Rasanya pengen gue langsung buka aja penyamaran ini. Dan gak usah pake cara pengecut!! Kaya gini." Nada yang meninggi. Tidak peduli jika ia nantinya akan jadi pusat perhatian. "Lo sabar dong! Ini juga bukannya rencana Lo sendiri!" "Udah jalanin aja. Nanti juga Lo bakal diterima di restoran itu." "Bukannya semalam kita udah buat perjanjian juga sama menejernya. Jadi Lo gak usah khawatir kaya gitu." Ketika ia mendengar ucapan Garson ada benarnya juga. Seharusnya ia bisa lebih sabar lagi. Dan menjalankan sesuai dengan rencana. "Tapi masalahnya menejer itu gak datang—" Tin..... Bunyi klakson yang mampu mengagetkan dirinya. Dan juga memotong ucapannya. Dengan cepat Lentera mematikan panggilannya. Tatapannya tersita. Pikirannya jadi berkeliaran kemana-mana. Ketika melihat mobil merah yang menjadi mangsanya ini. 'Akhirnya datang juga mangsa gue.' gumam Lentera dalam hatinya dengan tersenyum miring. Dan ia juga terus saja memperhatikan lekat-lekat. Tin..... Tin.... Lagi dan lagi suara klakson tersebut dibunyikan membuat dirinya tersadar dan bingung. Kenapa mobil itu diam saja ke arahnya. Mungkin menyuruh menghindar karna ingin parkir. Lalu Lentera menggeserkan tubuhnya ke samping. Tetapi Mobil merah tersebut masih saja belum bergerak. Dan ia malah kembali menekan klaksonnya yang membuat Lentera jadi kebingungan. "Gue udah minggir!" sarkas Lentera dengan kesal. Tetapi ia langsung saja menuruki dirinya yang malah terbawa dengan emosi seharusnyakan ia bisa bersikap lemah lembut. "Ada apa ya?" Tiba-tiba saja datang satpam yang menghampirinya. "Mobil saja ingin masuk. Tetapi motor itu menjadi penghalang." "Dan gadis bodoh ini malah tidak mengerti maksud saya tadi?!!" Lentera yang dipanggil sebagai 'gadis bodoh' hanya bisa memakinya saja dalam hati. Tidak mungkin jika ia terang-terangan. Nanti akan ketahuan penyamarannya ini. Tiba-tiba saja perhatian Erinco tersita pada Lentera yang terus saja menatapnya. Dalam hatinya ia terkekeh, 'Gadis bodoh.' "Baik Tuan. Saya akan langsung memindahkannya," ucap Satpam tersebut yang bergerak memindahkan motor Lentera. Dan mobil tersebut langsung saja masuk ke dalam tempat parkir tersebut. "Lalu motor saya?" tanya Lentera ketika motornya ditaruh sembarangan. "Pergi. Bukanya Mba sudah saya suruh pergi?" "Tidak. Saya tidak akan pergi. Karna saya ingin bertemu dengan Tuan Erinco." "Tuan Erinco tunggu!!" Lentera langsung saja mengejarnya. Tetapi satpam tersebut langsung saja mencekal tangannya dengan kuat. "Lepas. Saya bunuh mau?" Memelototkan kedua bola matanya lebar dengan menepisnya secara kasar. Dan sebelum menyusul Erinco Lentera menyempatkan dirinya untuk menginjak kaki satpam tersebut agar tidak bisa mengejarnya lagi. "Tuan!! Erinco!!" Lentera kembali mengejarnya tanpa rasa malu sekali ketika diliatin oleh pengunjung. "Tunggu saya," ucap Lentera yang sudah berada di samping Erinco. Jika urusan kejar mengejar Lentera sudah handal dengan hal itu. "Saya ada keperluan dengan Tuan!!" "Tapi saya tidak bisa diganggu." jawab Erinco dengan nada dinginnya. "Saya sibuk!" "Sayangnya saya ada keperluan dengan Tuan. Apa tidak bisa mengobrol sebentar saja di ruangan Tuan?" "Tidak bisa. Lebih baik kamu pergi." usirnya dan tidak semudah itu untuk Lentera menurutinya. 'Enak aja nyuruh gue pergi!!' batinnya yang menggerutu. "Hanya sebentar. Karna saya ingin melamar pekerjaan di restoran Tuan." "Bukan urusan saya!!" ucap Erinco yang kembali melanjutkan langkahnya. Dan Lentera yang melihat itu hanya bisa menghela napasnya panjang. Lalu ia harus kemana. Kenapa bisa seperti ini coba padahal dirinya tadi sudah seperti wanita yang tidak punya harga diri. "Gagal!" gumamnya yang membalikkan tubuhnya dan menuruni anak tangganya satu-persatu. Tetapi ketika ia sudah berada di akhir anak tangga. Lentera tidak sengaja mendengar suara sayup-sayupnya yang memang dirinya. "Tera!!" panggilnya dengan nada yang sedikit kencang. "Ke sini." Lentera mengedarkan pandangannya ke segala arah. Dan akhirnya ia bisa menemukan siapa orang yang memanggilnya ini. "Cepat. Kamu ke sini?" Lentera menunjuk dirinya terlebih dahulu. Dan orang tersebut menganggukkan kepalanya. Lentera kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. "Saya?" tanyanya untuk memastikan bahwa dirinyalah yang dipanggil. "Beneran saya yang dipanggil?" Mengulanginya kembali. Dan ia juga merasa tidak asing dengan wajah yang memanggilnya itu. "Iya. Nama kamu Tera?" Dengan cepat Lentera menganggukkan kepalanya. "Ya..... Saya sendiri. Sepertinya Bapak ini yang—" "Benar. Saya Pak Heri. Mari ikut saya." Lentera yang mendengar hal itu sedikit menuruki dirinya sendiri yang salah menyebutkan nama. Coba saja jika tidak salah. Pasti dirinya ini tidak seperti tadi. Diusir-usir terus. "Bapak kenapa tidak dari tadi memangil saya." ketusnya raut wajah yang benar-benar ditekuk. "Saya sudah menunggu lama di sini. Sempat diusir segala. Dan tadi ketika ingin bertemu dengan Tuan Erinco dia malah tidak bisa diganggu." "Tuan Erinco orang yang sibuk karna harus mengurus Restorannya dan juga perusahaannya." ucap Heri yang berjalan ke arah ruangannya dan Lentera hanya bisa mengikutinya saja. "Ini berkas-berkas saya pak. Jika ingin lihat." Memberikan amplop coklat layaknya seperti orang yang ingin melamar bekerja. "Tidak! Tidak usah. Kamu sudah langsung diterima di sini. Dan nanti mulai besok bekerja jadi pelayan." "Kebetulan ada salah satu pelayan yang sedang bercuti. Dan kamu bisa menggantikan untuk sementara waktu." "Jadi, silahkan kamu boleh pulang. Semuanya saya akan atur dulu di sini sambil menunggu persetujuan Tuan Erinco dulu yang memang jadi pemiliknya." Lentera menggangukkan kepalanya. Dan ia juga mengucapkanya. "Terima kasih banyak. Saya permisi dahulu." Sebisa mungkin Lentera akan bersikap sopan kepada siapapun. Ia juga menurunkan punggungnya sejenak. Lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut. Ketika melewati ruangan Erinco tiba-tiba saja rasa bencinya muncul dalam dirinya dan ingin cepat-cepat membalaskan dendam kepada Ayahnya Erinco. Mungkin sebentar lagi juga dirinya ini akan bertemu dengan Tuan Reggie. Dan terus saja menyusun rencana-rencana selanjutnya. Pokoknya dendamnya ini harus terbalaskan. Mau bagaimana juga pun. "Cepat atau lambat Lo juga bakal masuk ke dalam perangkap gue. Erinco Signor!" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD