01
Karin, perempuan berambut panjang dengan dua kacamata bulat yang bertengger di pangkal hidungnya itu, menghentikan langkahnya saat seseorang berdiri di depannya. Siapa lagi jika bukan Rico, lelaki yang di mata semua murid sekolah sangat membenci Karin.
“Belikan aku minum. Kutunggu di kelas.”
Rico dan temannya segera pergi, namun langkah lelaki itu terhenti saat Karin memanggilnya.
“Rico! Aku... Aku tak punya uang, bagaimana jika pinjam uangmu dulu.”
Senyum miring terukir di bibir Rico. Lelaki itu berbalik dan menatap Karin.
“Kau bisa jual diri, untuk bisa membelikanku minum.”
“Tapi-”
“Aku tak mau tau, kau harus membawa pesananku ke kelas.”
Rico pergi begitu saja diikuti temannya yang menatap Karin remeh.
“Aku akan meminjamkanmu uang.”
Karin menoleh dan mendapati Tian yang sudah berdiri di sampingnya, sejak kapan lelaki itu berdiri di sana?
“Tidak perlu, aku sudah banyak berhutang padamu.”
“Sudahlah, kau bisa mengganti uangnya dengan menemaniku ke toko buku nanti.”
“Tapi pulang sekolah nanti aku-”
“Ayo cepat, sebelum tukang ngomel itu nyerocos.”
Tian menarik tangan Karin menuju kantin untuk membelikan minuman pesanan Rico. Sesampainya di kelas, Karin langsung menaruh sekaleng coca-cola ke atas meja Rico.
“Tunggu.” Cegah Rico saat Karin akan pergi.
Rico ngambil coca-cola yang ada di hadapannya dan mengocok nya lalu memberikannya pada Karin.
“Bukakan.”
Karin mengambil kaleng itu dan membukanya, hingga semburan cola menyembur ke tubuhnya. Hal itu sontak membuat seisi kelas tertawa.
Mereka memang sering tertawa akan tingkah Rico yang memperlakukan Karin seperti sampah. Ya, semua orang memperlakukan perempuan itu bak sampah yang tak berguna. Rok yang panjang, baju yang kebesaran, dan kacamata bulat, membuatnya terlihat seperti orang yang pas untuk dijadikan mangsa pembulian.
Tian yang melihat kejadian itu segera menghampiri meja Rico.
“Kau tak pernah bisa menghargai usaha orang ya?!”
Rico menatap Tian tak suka. “Kau tak udah ikut campur.”
Tian mengambil kaleng soda dari tangan Karin dan menaruhnya di meja Rico dengan kasar.
“Aku berhak ikut campur!”
Rico tersenyum miring. “Memang kau siapanya Karin? Pacar? Ah atau kau pemuas nafsunya?”
“Jaga ucapanmu ya!” Karin langsung menghalangi Tian ketika lelaki itu akan memukul Rico.
“Jangan halangi aku Karin!” Teriak Tian karena emosinya udah tak tertahan.
“Aku tak papa. Jadi jangan membuat keributan lagi..”
Tian menghela napasnya kasar dan mengusap wajah Karin yang terkena soda.
“Aku tak suka kau menghalangiku untuk menghajarnya.”
Rico yang melihat adegan itu tersenyum sinis. Lelaki itu mengeluarkan kunci mobilnya. “Hei ingusan!” Panggilnya pada Karin.
Karin sontak menoleh dan saat perempuan itu melihat Rico yang memegang kunci mobilnya, tubuh Karin langsung membeku. Perempuan itu sontak menangkis tangan Tian yang masih berada di pipinya lalu mengambil jarak dari Tian.
Rico yang melihat itu hanya tersenyum kecut.
“Habis kau.” Bisik Rico saat melewati Karin.
Lelaki itu menatap sinis Tian dan menekan tombol yang ada di kunci mobilnya. Di saat yang sama, tubuh Karin langsung menegang dan kakinya lemas saat ia merasakan bagian kewanitaannya di kocok.
Karin mengepalkan tangannya menahan sesuatu di bawah sana.
“Kau sakit? Wajahmu pucat.” Karin mengisyaratkan dengan tangannya bahwa Tian tak perlu mendekat.
“Aku.. baik-baik saja..”
Napas Karin memburu, dan ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Rico. Ternyata lelaki itu sedang duduk di meja guru sembari memainkan remote yang tergantung di kunci mobilnya.
Rico tersenyum saat mata sayu Karin terarah padanya. Dan ketika Rico menekan tombol itu kembali, Karin langsung memejamkan matanya menahan gejolak di bawah sana.
“Kau yakin Karin?” Tian ragu untuk mendekat.
“Aku baik.. baik saja..” Karin menatap Rico dengan wajah memohon dan hal itu membuat Rico menyudahi permainannya.
Karin mengambil napas panjangnya. Namun belum berapa lama, ia kembali merasakan sesuatu mengocok kewanitaannya dengan cepat.
“Ahhh..”
Beberapa orang tampak menatap Karin dengan pandangan yang berbeda-beda. Karena tak bisa menahannya lagi, perempuan itu langsung berlari keluar kelas menuju toilet.
Di toilet ia bisa merasa lega karena alat itu sudah tak mengocok kewanitaannya lagi. Sialan Rico!
Setelah membenahi penampilannya dan membersihkan diri, Karin kembali ke kelas saat pelajaran sudah dimulai. Mata Karin bertemu dengan Rico namun perempuan itu segera mengalihkan pandangannya.
Ponsel Rico berbunyi dan ada sebuah pesan masuk.
Sweety:
Pulang sekolah aku pergi ke toko buku
Re:
Langsung pulang, tunggu gue
Sweety:
Aku sudah janji menemaninya ke toko buku
Re:
Batalkan
Sweety:
Bukankah kau pergi bersama Bella?
Re:
Hukuman
Dari bangkunya, Rico menatap Karin yang saat ini tengah menahan sesuatu saat ia menekan remote di kunci mobilnya.
Sweety:
Hentikan!!
Sweety:
Aku mohon...
Rico menekan tombol full saat membaca pesan manis itu. Dan dia hampir tak bisa menahan tertawa saat melihat gelagat tersiksa Karin.
Sweety:
Aku tidak akan pergi! Aku mohon hentikan!!
Rico menurunkan kecepatannya dan kembali menaikkannya hal itu membuat Karin terkejut dan memejamkan mata. Perempuan itu terus menggigit bibirnya, menahan desahan yang makin lama, makin tak tertahankan.
Re:
Anak pintar
Balas Rico kemudian, dan penyiksaan itu terhenti saat Rico memasukkan kunci mobilnya. Wajah lelaki itu tampak puas karena bisa melihat wajah tersiksa Karin.
Mungkin semua orang tak akan menyangka jika di balik rok selutut Karin terdapat vibrator yang tertancap di kewanitaannya, dan kontrol dari vibrator itu ada di tangan Rico.
Sudah lama, Karin terpaksa menggunakannya hanya karena perintah Rico, dengan adanya alat itu, ia tak akan bisa membantah perkataan Rico di sekolah karena jika ia membantah, kejadian tadi akan terulang. Bahkan parahnya, Rico mempermainkan kecepatan alat itu sesuka hatinya hingga membuat Karin frustasi.
Seperti pesan yang Karin kirimkan pada Rico, ia langsung pulang ke apartemen. Karin sudah membuat alasan kepada Tian bahwa dirinya ada acara mendadak dan harus segera pulang. Ia bahkan menolak saat Tian menawarkan akan mengantarnya.
Sembari menunggu bus di depan sekolah, Karin bisa melihat mobil Rico pergi keluar dari area sekolah. Terlihat bukan hanya Rico yang berada di dalam mobil, namun ada Bella, pacar Rico.
Sore hari, Karin tiba di apartemen. Perempuan itu langsung masuk dan membersihkan dirinya yang lengket.
Karena terlalu lelah, Karin tertidur hingga tak sadar hari sudah beranjak malam dan beberapa lampu di ruangan itu belum menyala.
Pintu apartemen terbuka, menampilkan Rico dengan seragam sekolahnya. Lelaki itu menggeram saat melihat lampu yang belum menyala.
Rico, menyalakan lampu dan menuju kamar, ia menemukan sosok Karin yang terlelap di tempat tidur.
Rico melepas baju seragamnya, menyisakan celana panjang. Lelaki itu duduk di pinggir ranjang dan membelai wajah Karin yang sudah tak terhalang kaca mata.
Mata tajam itu jatuh pada bibir Karin yang sedikit terbuka, membuatnya tergoda. Dengan cepat, Rico melumat bibir Karin hingga sang empunya terbangun.