Arka menatap koleksi foto yang diambil pada waktu dia sekolah menengah atas dulu. Puluhan bahkan ratusan foto seorang gadis bersurai gelap lurus sepinggang menempel di dinding kamarnya. Mulai dari pose nya yang tersenyum langsung ke arah kameranya hingga pose Asa yang ia curi diam- diam untuk di foto menghiasi seluruh ruangan ini.
Arka tidak pernah melewatkan kesempatan untuk memfoto Asa seharipun kecuali saat mereka berpisah dan Asa menghilang.
"Hehehe..." tawa kecil Arka. Dia tertawa seolah - olah sangat bahagia. Hanya saja, pipinya lah yang menunjukkan emosi sesungguhnya dari Arka, dia yang sedang terkekeh ternyata mengalirkan air mata yang deras. Sudah dari kemarin malam ia memegang erat foto Asa yang ia ambil setelah mengikuti gadis itu.
Foto yang sangat menyakitkan, sebab di foto itu Asa sedang tersenyum manis pada Indra. Mereka saling bertatapan seperti sangat saling mencintai.
Biasanya dia akan sangat bahagia melihat senyum Asa yang manis tapi kali ini tidak. Hati Arka seperti ditancap ribuan pisau menghujam, saat melihat Asa tersenyum untuk pria lain. Dia tidak sanggup menerimanya.
"Asa..."
"Asa..."
"Asa..."
"Ini sakit sekali Asa..." Arka menggenggam erat baju di dadanya hingga kusut. Dadanya begitu sesak tak tertahankan. Inilah rasa yang dulu Asa rasakan tapi tak ia sadari.
Arka mengingat kembali kebodohan yang ia lakukan dua tahun yang lalu. Mungkin banyak pihak yang mengutuknya karena bermain gila bersama dengan sahabat Asa. Dia ikui itu bodoh dan menjijikkan, tapi jika dia bicara kepada masyarakat kalau dirinya bermain api demi Asa maka banyak pihak yang akan mencaci dan menyebutnya gila.
Masyarakat tidak ada yang tahu sakit hati yang ia tanggung selama ini . Luka yang ditorehkan sang ayah semenjak kecil. Ayahnya yang sedari kecil menghina Arka dengan ucapan ' tak berguna, menyedihkan' yang sangat membekas di jiwa Arka kecil. Farhan selalu membandingkan dirinya dengan Irgi, kakaknya. Setiap kali Irgi mendapatkan prestasi, Farhan hanya meliriknya dan mengucapkan kata ' Tidak berguna, dan Menyedihkan.' Kata yang sederhana namun sangat membekas di jiwa Arka. Masuk dan tertanam paksa pada jiwa Arka yang masih murni.
Sejak Arka kecil Farhan selalu mengucapkan secara terus - menerus penghinaan yang membuat Arka merasa hina dan tidak berguna. Setelah kenyang menerima hinaan ayahnya, Arka mulai berpikiran jika dirinya memang tidak berguna.
Demi menepis dan mendapatkan pengakuan dari sang ayah. Arka pun belajar mati - matian dan bekerja keras pagi siang dan malam. Apapun ia lakukan bahkan mengemis untuk menimba ilmu pada Indra, pria sukses yang ia kagumi sama seperti Irgi, dilakukannya.
Dan setelah bekerja dan belajar dengan waktu yang lama, segala perjuangan Arka akhirnya mendapatkan hasil. Berkat bimbingan dari Indra, Arka mampu mengolah perusahaannya sendiri. Dia mampu membuktikan jika dia bisa mengolah perusahaan hasil kerja keras dirinya sendiri. Dia juga tidak perlu iri pada Irgi yang menjalankan perusahaan Broto karena Farhan tidak mengijinkan dirinya masuk ke perusahaan itu. Farhan hanya memberikan saham kepemilikan perusahaan Broto.
Begitu Farhan melihat kemajuan Arka yang mampu mendirikan perusahaan sendiri àkhirnya Farhan mengakui kemampuan Arka. Dan hari dimana Farhan mengakui kemampuan dirinya, Arka langsung melamar Asa. Gadis yang ia cintai secara diam - diam. Sebab, dengan dukungan dan bantuan Asa. Arka mampu melewati tantangan pada saat mendirikan perusahaannya. Arka bersyukur karena Asa menjadi sahabat dan menerima cintanya. Gadis itu tidak pernah tahu jika Arka sebenarnya sudah memperhatikan dirinya sejak usia dua belas tahun.
Perkenalan Asa dan Arka bermula ketika Arla habis dimarahi Farhan diam di taman seorang diri. Karena perasaan minder, Arka tidak berani main bersama teman- temannya. Dia mengurung diri di atap gedung sekolah dan tak terasa hari sudah siang dan waktu makan siang sudah tiba. Arka yang lapar masih takut untuk kembali ke rumah. Di situlah Asa muncul. Gadis kecil bersurai panjang itu memberinya roti dan s**u. Lalu mereka bermain berdua hingga sore. Mulai saat itu, Arka mengikuti Asa diam- diam.
Tak terasa sudah lama Arka melakukan kegiatan tak biasa ini. Mengikuti Asa sudah bukan lagi karena ia penasaran akan tetapi sudah menjadi kegiatan rutin baginya menjadi stalker Asa. Tak satupun gambar kegiatan Asa yang ia lewatkan. Semua ia lakukan sebagai bentuk cintanya sehingga Asa sudah menjadi dunianya. Kecuali sedang ada urusan formal Arka tidak pernah jauh dari Asa.
Pada tahun ajaran baru Asa masuk perguruan tinggi di salah satu universitas Surabaya. Arka memberanikan diri untuk mulai mendekati gadis unik itu. Arka bersyukur dengan tindakan berani yang pertama kali ia lakukan. Sebab mulai saat itu, mereka menjadi sahabat. Tentu saja Arka bersyukur dengan persahabatan dirinya dan Asa. Gadis itu begitu cerdas dan kreatif. Segala macam persoalan terasa kecil di depan gadis itu.
Arka sangat menikmati kebersamaan dirinya dengan Asa.
Sayangnya, ucapan Farhan masih menghantui pikirannya. Dia merasa tidak cukup baik untuk Asa. Walaupun segala macam ia lakukan untuk membahagiakan Asa. Tapi jiwa Arka merasa itu tidak perlu pernah cukup.
Dan pada akhirnya ia melakukan hal terbodoh dengan meminta pendapat dari sahabat terdekat Asa untuk memberikan saran agar gadisnya bahagia. Hal itu terus berlanjut hingga dia menikah dengan Asa. Tanpa menyadari jika sudah dipermainkan oleh Nata.
Meski ia hidup berumah tangga dan tak memiliki masalah, Arka terus meminta saran dari Nata mengenai kehidupan ranjang. Awalnya ia begitu bersemangat mengikuti saran dari Nata, mulai dari menyelipkan mawar di meja makan, menempel puisi di kulkas, memberi kado kejutan semua ia lakukan. Namun ucapan Nata yang memprovokasi membingungkan jiwanya dan menyentuh kembali bagian luka yang ia tanggung.
"Bagaimana kehidupan ranjangmu? Jangan-jangan Asa tidak puas dengan permainan mu di ranjang."
"Apa, bukankah pembahasan ini terlalu jauh Nata?" Arka awalnya risih dengan pertanyaan Nata.
"Hubungan di ranjang adalah hal terpenting untuk membahagiakan wanita. Jangan bilang kau hanya melakukan gerakan misionaris semata." Nata tetap memprovokasi Arka. Sejujurnya dari dulu ia menyukai pria yang memiliki wajah ala opa opa Korea ini.
Arka terpukul atas ucapan Nata karena yang ia katakan memang benar. Dia yang jarang melihat hal - hal pornoo tidak tahu berbagaj gaya yang menyenangkan wanita. Mulailah rasa rendah diri Arka sehingga ia berpikir jika Asa sebenarnya tidak puas dengan permainan ranjangnya. Tapi karena tidak ingin mengecewakan dirinya, Asa pura -pura puas dan mencapai klimaks.
"Melihatmu diam aku yakin kau tidak pernah melakukan gaya apapun selain yang biasa - biasa saja. Kau tahu itu membosankan. "
"Jangan khawatir, aku bisa memberimu saran, tentu saja aku harus tahu terlebih dahulu seperti apa permainan mu." Nata menyebar jaring yang dengan mudah menjerat Arka.
"Baik, kau bisa merasakan permainan ku," ucap Arka.
Nata menyeringai karena puas akan bisa merasakan tubuh sempurna Arka. Pria ini memang labil, dia tidak pernah menyadari jika dirinya bak dewa Adonis yang luar biasa. Ratusan wanita di luar sana memuja dirinya tapi anehnya pria ini terus tidak percaya diri.
Tak pernah Arka sadari jika ia dijadikan dildoo oleh Nata. Jadi walaupun permainan Arka luar biasa, Nata tidak mau bicara sejujurnya. Dia masih tidak ingin kehilangan kehangatan Arka jika mengatakan bahwa permainan Arka luar biasa. Hingga kejadian itu terjadi, Asa mengetahui kegilaan mereka dan membalas perbuatan dirinya dan sahabatnya.
Arka sangat frustrasi karena bukan ini yang ia rencanakan. Surat cerai yang datang bersama dengan kaset itu begitu menghancurkan dirinya. Pada saat ia ingin menjelaskan semuanya, Asa menghilang bersama dengan Indra.
Hidup Arka bagai berada di dalam kegelapan. Dalam rasa putus asanya Arka mengamuk pada Farhan dan menyalahkannya atas kelainan mental yang ia derita. Farhan pun menyadari hancurnya Arka adalah akibat mulut jahatnya sehingga ia merasa bersalah. Ternyata sesuatu yang ia anggap hal wajar menimbulkan luka yang mengerikan. Apalagi Arka meluapkan emosi yang ia pendam saat mabuk. Irgi dan ibunya terkejut dengan apa yang dilakukan Farhan pada Arka hingga menimbulkan trauma yang luar biasa.
Mereka berniat meninggalkan Farhan karena merasa kecewa. Tapi niat itu urung dilakukan karena Farhan berlutut dan minta maaf pada putranya.
Tetap saja penyesalan Farhan tidak bisa membawa Asa kembali. Dengan putus asa Arka menabrakkan mobilnya pada pohon. Akibat kejadian itu, Arka koma enam bulan.
Sekarang setelah dua tahun berlalu Arka seperti robot yang tak berjiwa. Hanya melakukan apa yang ia lakukan tanpa keingingan darinya sendiri. Walaupun ia bangkit dari komanya tapi semangatnya sudah mati sejak lama.
Begitu ia melihat Asa, Arka melihat harapan kembali. Tapi ketika ia menghampiri Asa bukannya pelukan hangat dari wanita itu. Justru persahabatan yang ia tawaran pada Arka. Padahal pria itu begitu tergila -gila pada Asa, ia merasa ini tidak adil. Asa dalah miliknya, Indra atau pria lain tidak berhak atas Asa. Dirinya lah yang mencintai Asa begitu dalam bukan Indra yang baru mengenalnya.
Dan malam - malam setelah pertemuan dengan Asa, kejiwaan Arka mulai menunjukkan gejala dengan jelas.
"Asa..."
"Asa kau akan menjadi milikku..hanya milikku."
***
Setelah dua tahun berlalu, Asa tinggal di sebuah apartemen mungil yang tidak jauh dari butiknya. Sebagai desainer sekaligus model untuk busana rancangannya, Asa harus bekerja lebih keras dari pada sebelumnya.
"Asa.."
"Hm, Kak Indra? Bagaimana mungkin. Ya Tuhan aku mengira kau akan kembali Minggu depan."
Asa bangkit dan memeluk sosok pria yang menemaninya selama ini. Entah apa hubungan mereka yang pasti bukan pernikahannya. Wanita itu sudah trauma dengan hal yang bernama pernikahan.
"Baiklah, untuk menyambut kedatangan ku, kita rayakan di apartemen ku," ucap Indra.
"Tentu, kau pulanglah dahulu. Aku akan kembali setengah jam kemudian. Busana ini harus dikirim besok. "
"Jangan lama-lama, Sayang."
"Tidak akan. Tinggal memberikan alamat pada masing- masing kotak tempat busana ini."
"Baiklah."
Indra mencium pipi Asa sekilas. Lalu ia menuju apartement miliknya yang berada di pusat kota.
1 jam...
2 jam...
3 jam telah berlalu.
Indra merasa khawatir dengan Asa yang belum muncul di apartemen miliknya. Berkali- kali ia menghubungi Asa tapi tidak ada jawaban.
Asa di mana dirimu...
Indra pun mulai melakukan pencarian pada Asa. Asa yang selalu tepat waktu tidak pernah terlambat seperti ini.
Dan sesuai dugaan, butik Asa kosong tapi tidak ada orang di sana. Yang mencurigakan, ada sandal yang lepas dan tergeletak di jalan depan butik. Perasaan buruk pun menghampiri Indra, dia segera menghubungi polisi untuk melaporkan kemungkinan terjadinya penculikan.
Tbc.