Arka menggendong Asa menaiki jalanan menanjak seolah hal itu hal yang sangat mudah dilakukan. Otot pria itu dari dulu tak pernah membuatnya kecewa. Mereka bekerja dengan baik saat dibutuhkan. Tubuh kekar dibalik wajah Androgini menipu begitu banyak orang yang mengira ia lemah. Sebab saat Arka melepas pakaiannya, akan terpampang otot sixpack bersama dengan garis V seksi di bawah otot sixpack Arka. Tak heran jika Natalia bisa tergila- gila pada pria ini.
"Arka lepaskan aku!"
Jeritan putus asa dari Asa agar dilepaskan tak dihiraukan oleh Arka, dia menulikan telinga dan mematikan indra perasa untuk membawa Asa ke Villa. Mengikatnya bersama dirinya selamanya, takkan terpisah oleh apapun walaupun Asa sendiri yang menolaknya. Niatan yang dipicu oleh cinta yang terlampau besar hingga membuatnya tak berdaya melawan kegilaan yang mengerikan.
"Arka, lepaskan. Ini keterlaluan!"
Asa tahu teriakan - teriakannya tidak berpengaruh pada Arka. Dia nampak gigih membawanya ke tempat yang tidak ia inginkan, dan tidak beruntung lolos dari Arka secara baik - baik. Jadi Asa pun memutuskan untuk memberi tekanan pada mental Arka sehingga membuatnya menghentikan langkah ke arah Villa.
"Apa kau berpikir jika kau mengikatku di Villa maka kau bisa mendapatkan hatiku lagi Arka? " tanya Asa. Nada sinis ia tunjukkan sebagai cara menunjukkan ketidak sukaannya pada Arka. Dia tidak bisa lagi menjaga perasaan pria yang membawanya secara paksa ini.
Arka diam, tetap melangkah seolah tak terganggu dengan ucapan Asa. Langkahnya masih tetap tegap, kokoh tanpa riak sedikitpun. Niatnya adalah mengikat Asa tanpa perduli gadis ini mau atau tidak. Yang penting ia bisa melihat Asa dan tidak melihat Asa bersama pria lain selain dia.
"Apakah kau tahu apa saja yang telah kau lakukan selama lebih dari setahun ketika berhubungan dengan Nata? " ucap Asa yang mengungkit masalah rumah tangga mereka dulu.
Karena Arka masih diam, maka Asa ingin membuat Arka merasa bersalah atas tindakannya. Siapa tahu ucapannya menjadi efek kejut di otak Arka sehingga ia sadar dari kegilaan. Di dunia ini tak ada yang tak mungkin kan.
"Apa kau masih ingat saat mengajakku untuk melihat - lihat perhiasan di toko emas Gajah? Kalau nggak salah waktu itu kau mencari gelang. Waktu itu aku sangat berbunga - bunga mengira jika kau akan memberikan gelang itu padaku sebagai hadiah aniversarry kita. Apalagi modelnya sangat bagus dan merupakan keluaran terbaru. Namun begitu aku melihat gelang yang sudah kau tunjukan padaku ada di tangan Nata, saat itu hatiku sangat hancur. Betapa tega kau melupakan aniversarry kita tapi justru mengingat ulang tahun Nata. Apa kau tidak tahu aku begitu sakit hati kala itu Arka!?" teriak Asa. Dia kembali mengungkit kejadian yang membuatnya malu pada diri sendiri.
"Kau jahat, kau jahat. Kau pengkhianat menyedihkan. Tapi malah tak mau sadar."
Arka sebenarnya mendengarkan ucapan Asa, hanya saja ia bertekat akan membuat Asa bahagia setelah ini dengan memberikan semua pakaian, tas, makanan atau barang mahal dan juga perhiasan pada Asa. Dia berniat menebus semua kekecewaan yang pernah ia lakukan dulu.
"Tidak hanya sekali dua kali kau mengutamakan Nata. Saat aku sakit pun mau lebih memilih menghibur Nata yang bertengkar dengan Raga. Suami macam apa yang melakukan hal itu! Kau tidak pernah menghargaiku tapi kenapa kau tak mau melepaskanku!"
Yah, benar tapi bagi Arka hal itu merupakan masa lalu yang kelam dan dia siap membuka lembaran baru bagi mereka berdua. Jika hidup hanya berdua maka tak akan ada kecemburuan atau hal yang menyakitkan lagi kan. Arka bersumpah akan memulai kembali kehidupan rumah tangga yang harmonis, indah dan penuh kebahagiaan. Delusi seperti itu muncul di otak Arka seolah semuanya sangat mudah dilakukan.
"Kini kau ingin aku bersama mu? Jika aku melakukan hal serupa bagaimana reaksimu heh? Saat aku bersama dengan kak Indra, kau juga memaki ku kan? Mau menceraikanku kan?"
Asa jengah karena Arka sama sekali tidak mengatakan apapun, Asa terus mengoceh dan mengungkapkan semua kekecewaan yang ia pendam.
"Di pesta rekan - rekanmu kau justru membawa Nata kesana kemari seolah memamerkan tropi kemenangan, sedangkan aku? kau tinggal sendirian di kursi tamu bersama makanan. Kau anggap aku ini sapi?" Geram Asa.
Sayangnya Arka sama sekali tidak bereaksi dan hanya diam melewati jalan yang menanjak menuju ke arah Villa. Dia sama sekali tidak terlihat seperti kelelahan padahal Asa tadi melihat pria ini terjatuh dari lantai satu. Sangat mengerikan mengetahui staminanya yang seolah tanpa henti dan juga tidak kesakitan. Seolah seluruh tubuhnya mati rasa.
'Sepertinya aku harus mengatakan hal lain agar dia berhenti,' batin Asa. Villa mulai terlihat dan Arka tidak boleh mencapai Villa jika dirinya mau selamat.
"Kau sama sekali tidak seperti Kak Indra."
Deg.
Nampaknya nama Indra membawa pengaruh besar pada Arka. Langkah Arka melambat, dia juga gemetaran seolah ada sesuatu yang menahan langkahnya.
"Dia sama sekali tak pernah mengecewakan ku seperti yang telah kau lakukan. Kak Indra memperlakukanku seperti putri, dia tidak pernah membuatku menunggu, tidak pernah membuatku memasak karena semuanya sudah tersedia sendiri. Dia selalu membawaku ke tempat - tempat yang indah, membelikanku perhiasan. Apakah kau pernah melakukannya Arka? Tidak pernah. Sebab yang kau lakukan adalah memanjakan Nata, selingkuhanmu bukannya istrimu sendiri. "
Langkah Arka menjadi goyah. Entah mana yang lebih mendominasi perasaannya sekarang. Apakah Asa yang memuji Indra, kecemburuannya pada Indra, kemarahan pada Nata yang sangat mudah memperdaya dirinya ataukah penyesalan dan kebodohan dirinya yang datang terlambat sehingga menyebabkan kehilangan Asa. Indra adalah bentuk kesempurnaan yang tak pernah ia raih. Otak brilian yang mirip dengan kakaknya juga fisik blasteran dengan pria asing. Wanita manapun pasti jatuh cinta padanya, apalagi jika diperlakukan dengan istimewa. Ketakutan Arka adalah jika Asa mencintai pria itu.
"Bersama Kak Indra, aku merasa lebih hidup daripada bersama denganmu. Aku tahu apa itu kebahagiaan sejati dan mencintai diri sendiri," puji Asa pada Indra saat menyadari jika hal itu mempengaruhi langkah Arka. Asa tahu jika Indra adalah titik lemahnya.
"Kak Indra juga sangat romantis..." desis Asa.
"Berhentiii!" teriak Arka. Dia pun menjatuhkan Asa sampai p****t gadis itu membentur tanah yang basah. Yang memang inilah tujuan dari Asa.
Brug.
"Akh!"
Asa segera berdiri karena mendapatkan hasil yang ia inginkan. Dia kini tinggal memikirkan cara melarikan diri lagi. Akan tetapi Asa tahu jika harus membuat Arka menjadi lebih tremor lagi sehingga lengah.
"Hentikan, jangan kau sebut nama itu Asa," desis Arka mengancam.
Asa kini bertindak soalnya dia juga sama -sama menjadi gila seperti Arka. Asa menyeringai kejam dan matanya menatap lurus pada Arka. Menantang pria di depannya yang memiliki keinginan tak masuk akal.
"Kenapa tidak boleh? asal kau tahu inilah yang aku rasakan saat kau lebih mementingkan Nata. Jadi bagaimana rasanya Arka? Sakit kan?!"
Arka menutup telinganya, dia menggelengkan kepalanya keras - keras. Matanya memerah sebagai isyarat ada banyak emosi yang terpendam di dadanya yang tak mampu ia tahan. Dia ingin melupakan hal itu tapi Asa justru mengungkit tanpa ampun. Membuatnya tak mampu lagi menahan amarah.
"Aku melakukan itu agar bisa belajar memuaskanmu di atas ranjang Asa! Aku tidak percaya diri dengan hubungan ranjang kita!"
Alasan yang konyol sama sekali. Tak akan ada yang mau percaya pada alasan semenjengkelkan itu sebagai alasan berselingkuh.
"Kau kira aku percaya dengan kata - katamu? Itu alasan terkonyol yang pernah aku dengar," cibir Asa. Raut wajahnya pun sangat muram.
"Tapi inilah kenyataannya Asa. Aku sama sekali tidak percaya diri. Ayahku selalu mengatakan aku tidak berguna dan itu mempengaruhi ku hingga detik ini. Kau tidak tahu rasanya direndahkan setiap hari oleh orang tuamu."
Jika memang hal itu terjadi bukankah ia bisa membaginya bersama istri agar mencari solusi bersama. Bukannya malah selingkuh.
"Seharusnya kau mengatakan hal itu padaku Arka tapi kamu mengambil keputusan yang terburuk. Kau kira aku juga tidak pernah mengalami masa-masa tidak percaya diri? ada kalanya aku merasa tidak percaya diri karena terlalu gendut ada kalanya aku juga tidak percaya diri karena tidak bisa make up untuk menyenangkanmu. Semua itu wajar dan banyak dilalui oleh banyak pasangan. Namun bukan berarti kau harus berselingkuh untuk membuat dirimu percaya diri. Kamunya aja yang doyan."
Arka menggila karena alasannya tidak bisa diterima oleh Asa dan meninju pohon di sampingnya sebagai pelampiasan kekesalahnya. "Sudah aku bilang aku menyesalinya!
Lengahnya Arka dimanfaatkan Asa untuk kembali lari. Dia memacu kakinya menuju ke jalan beraspal yang tadi ia lalui. Arka yang memukul pohon tidak memeprhatikannya jadi tidak ada kesempatan sebaik itu.
"Asa! Aku akan mematahkan kakimu agar kau tidak lagi melarikan diri!" ancam Arka.
"Dasar gila," gerutu Asa.
Hal itu justru membuat Asa semakin takut dan lari secepat yang ia bisa. Dia tidak mau lagi tertangkap oleh Arka yang sudah kesetanan. Raungan pria itu bahkan menerbangkan burung - burung di bukit.
"Kau butuh pertolongan Arka!"
"Kaulah yang tidak mengerti! Seharusnya kita bisa hidup bersama seperti dulu."
"Aku ngak mau hidup dengan pria yang suka berselingkuh!"
"Asa!"
Karena Asa terlalu panik menghindari Arka yang mengejarnya di belakang, dia tidak melihat mobil Irgi yang datang.
Ciiit!
Tabrakan pun tak terhindarkan, karena Asa yang menabrak mobil Irgi, membuat tubuhnya terpental ke tanah bukit pinggir jalan beraspal. Asa pun pingsan di tempat.
Irgi menganga melihat apa yang terjadi. Sedangkan Indra merasa nyawanya ditarik melihat Asa tergeletak di tanah.
"Asa!" teriak Arka, Indra dan Irgi.
Tiga orang dalam satu lokasi. Irgi dan Indra segera keluar dari mobil menuju ke arah Asa yang pingsan. Sedangkan Arka membeku melihat gadis yang ia cintai tergeletak.
"Asa, Asa..." panggil Indra. Dia mengangkut Asa ke dalam mobil agar mendapatkan pertolongan.
Irgi mendekati adiknya dengan tatapan marah. Rupanya kesadaran pria itu kembali setelah melihat Asa yang pingsan. Dia bahkan mengenali Irgi dan terkejut dengan apa yang ia lakukan.
"Kak Irgi... Asa..." ucap Arka terbata - bata.
Irgi yang marah memberi tamparan dan pukulan di perut Arka. Arka membungkuk akibat pukulan kakaknya, dan di sambut dengan Irgi yang memukul tengkuk Arka hingga membuatnya pingsan. Lalu memanggul adiknya di bahu untuk diletakkan di mobil. Tidak pernah sedikitpun Irgi menyangka jika adiknya bisa menimbulkan kekacauan seperti ini. Apalagi menculik mantan istri yang ia kecewakan.
"Kita ke rumah sakit," ucap Irgi.
"Cepatlah," perintah Indra datar. Dia memangku Asa yang pingsan di mobil. Sama sekali enggan membiarkan Asa berdekatan dengan Arka meski pria itu pingsan. Indra yakin jika Asa juga tidak mau dekat dengan Arka.
"Sebelumnya aku ingin kau melakukan sesuatu untukku," ucap Indra. Dia sudah tidak bisa membiarkan Arka mengganggu Asa lagi. Sikapnya yang nekat menculik Asa merupakan indikasi berbahaya dan tanda - tanda pria psikopat. Pria seperti ini jauh lebih berbahaya karena bisa saja melukai Asa bahkan membunuhnya dengan mengatas namakan cinta.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Irgi. Dia sebenarnya ingin masalah ini selesai sehingga adiknya bisa normal.
"Setelah Asa mendapatkan perawatan aku akan membawanya pergi dari Indonesia. Dan katakan pada Arka jika Asa sudah meninggal."
Deg.
Keputusan Indra sangat radikal. Namun Irgi tahu jika Arka tidak akan berhenti mengganggu Asa jika gadis itu masih berada di sini.
"Baiklah. Bawa Asa pergi jauh. Dan sampaikan salamku pada adik kembarmu itu."
Hanya ini jalan satu - satunya agar Arka bangkit dan memulai kembali hidupnya. Meski butuh waktu tapi Irgi yakin Arka akan baik - baik saja.
"Terima kasih."
Keputusan Indra sudah memutus hubungan antara Asa dan Arka selamanya. Mereka kini akan hidup berjauhan sehingga tak akan lagi bertemu.
Tbc.