3. Amarah

822 Words
"Saya sudah bilang berulang kali, harus benar-benar kamu revisi!" bentak Erick Pegawai pria tersebut hanya bisa menunduk penuh ketakutan. Sudah dua kali dirinya kembali keruangan ini. Pemimpinnya tersebut selalu tak terima dengan hasil revisinya padahal yang dikerjakannya sudah benar-benar teliti. "Maaf pak, sudah saya periksa ulang dan memang benar tak ada yang salah dengan data-data penjualan." Ujar pria tersebut dengan kaki yang gemetar Erick menatap pegawainya tersebut penuh amarah, ketegasan di wajahnya semakin terlihat. "Keluar!" bentaknya sekali lagi. Tanpa menyaut, pria tersebut keluar dari ruangan dan mengelus d**a ketakutan. "Hallo Frengky, tolong keluarkan Heru Santoso dari perusahaan kita." "Kenapa pak?, Bukannya pekerjaan pak Heru itu sangat baik?" "Cepat lakukan!" "Baik pak." Ahkirnya Erick tersenyum senang. °°°°°° "Kenapa Her?" Sarah berdiri dari kursinya, mengamati Heru yang menampilkan wajah sedih dan menenteng tas kerjanya "Aku di PHK Sarah." "Hah?" Sarah terkejut bukan main "kok bisa?" Heru mengedipkan bahunya tak tahu. Karena selama ini yang ia tahu kinerjanya selalu baik bahkan banyak dari mereka yang memuji. Entahlah, yang jelas Heru tahu ada dalang di balik ini semua. "Aku gak bisa jelasin disini. Lain kali aja aku jelasin. Pamit dulu." Kata Heru, sebelum pergi, menyempatkan memeluk Sarah terlebih dahulu. Wanita itu hanya terdiam, masih bingung dengan yang terjadi. Ia harus menghubungi Erick dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. "Hati-hati." Nasehat Sarah, sekaligus salam perpisahan. Heru mengangguk To MsE. Kamu di mana mas?, Kita ketemu di kafe-kafe MsE. Aku sibuk. To MsE. Ya sudah Menghela nafas lelah, lalu merapikan berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya. Memikirkan semua yang barusan terjadi membuat ia merasa bersalah. Sarah paham betul, semua yang terjadi pada Heru adalah ulah Erick pemilik perusahaan ini. Ia tahu Erick cemburu padanya. Tetapi sikapnya terlalu kekanak-kanakan untuk seumurannya. Sarah bingung, harus bagaimana. Heru di PHK dan akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Sebenarnya wanita itu ingin sekali bertemu dengan Erick dan menanyai, sebenarnya alasan apa yang membuat Heru di keluarkan. Sayangnya, Pria tiga puluh tahun tersebut enggan bertemu. Tak ingin berdebat Sarah menyetujuinya saja. "Sarah gak makan siang?" Tanya Yuli salah satu teman di kubikelnya "Duluan aja." Kata Sarah sembari tersenyum, dibalas anggukan oleh Yuli. Tak nafsu makan, yang ia inginkan sekarang hanyalah bertemu dengan Erick memintanya untuk membatalkan PHK tersebut. Hanya itu. °°°°°° Pulang bekerja, ia tak di jemput oleh Erick bahkan pria itu tak mengabarinya. Dengan terpaksa Sarah memesan ojek online agar cepat sampai ke rumah. Cukup lima belas menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai di rumahnya. Tepatnya rumah pemberian Erick. Setelah membayar ojek online, Sarah lalu membuka pintu yang terkunci dan menuju kamarnya. Sungguh hari yang melelahkan Ia lalu masuk kedalam kamar, betapa terkejutnya Sarah melihat siapa yang tengah duduk di sisi ranjang sembari menatapnya penuh amarah. "Kamu kok disini?" Tanya Sarah ketakutan "Salah aku disini?, ini kan rumahku." Kata Erick meremehkan Betapa tertusuknya perasaan Sarah dengan kata-kata sarkas yang pria itu layangkan. Ia menggeleng tak percaya. "Aku tau. Kenapa kamu disini?" Tanya Sarah sekali lagi penuh penekanan Erick berdiri, mendekati Sarah yang terdiam. Pria itu menatap Sarah penuh intimidasi. Sialnya wanita cantik tersebut justru menunduk ketakutan. "Sudah puas dengan Heru hmm?" Bisiknya tepat ditelinga. Sarah mendelik tak suka lalu menampar pipi Erick Plak! Memegang pipinya yang perih, meninggalkan bekas kemerahan. Erick tersenyum meremehkan , menatap Sarah penuh kemarahan "Aku tau, aku jadi yang kedua. Tapi aku gak semurahan yang kamu pikir mas. Semuanya tulus kulakukan tapi kamu menganggap aku wanita murahan." Ujarnya penuh kekecewaan Erick tersenyum miring, lalu mengangkat dagu Sarah dengan jari telunjuknya. "Aku gak bodoh, kamu masih sayang dengan mantanmu." Cuiihh.. Sarah meludah tepat di depan wajah Erick. Pria itu semakin geram mengepalkan tangannya. Tak terima dengan perlakuan Sarah kepadanya. Erick lalu menerjang wanita itu, melemparnya di ranjang dan terus berbuat tak baik. Sarah mencoba memberontak, mencoba bangkit dari Kungkungan Erick yang tengah kesetanan. "M..mas..." katanya tak jelas, air mata membanjiri pipinya. Pria itu terus melakukan aksinya dengan brutal. Erick geram, sungguh ia tak terima dengan penghinaan yang dilakukan Sarah. Berdekatan dengan Heru membuatnya sakit hati dan merasa di sia-siakan. Terlebih lagi ia melihat Sarah yang bergandengan tangan dengan Heru membuatnya semakin emosi. Erick memulai aksinya, tanpa memakai perasaanya. "Mas.." Lirih Sarah dalam.kesakitan. karena ia benar-benar tak menikmatinya. Erick seperti kerasukan setan Terus menghujam, ia sengaja tak memberikan kesempatan Sarah untuk beristirahat. Hingga ahkirnya mereka sampai pada titik kepuasan. Dan terjatuh di atas d**a Sarah yang sedang mengatur nafasnya dengan air mata yang mulai membanjiri pipinya. Apa semurahan ini menjadi pelakor?, Bukankah yang ia berikan adalah ketulusan. Jangan menyalahkan ku jika kau tertarik padaku. Siapa suruh menyukaiku. Kau memberikan kemanisan tak mungkin aku buang, tak ada orang yang menginginkan sesuatu yang pahit saat ada yang manis. Jangan memandangku buruk, cobalah untuk mengoreksi dirimu. Kekurangan apa yang membuat kamu di acuhkan. Semua yang salah tak serta merta karena kesalahan orang lain. Lihat dirimu dan kenali keburukanmu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD