NT 4

1675 Words
Disaat jam istirahat, Fiyah menuju kekelas Sasya untuk mengajaknya bertemu kepala sekolah terkait pembentukan organisasi baru. "Kok ada kak Bima" Sasya kaget melihat laki-laki yang sangat populer disekolah. Apalagi pesonanya mampu membuat kau hawa terjerat akan pesonanya. "Maaf Kakak lupabilang, Kak Bima mau bantuin kita ngomong sama bapak kepala sekolah" jawab Fiyah tersenyum. Dia tau bahwa adik kelasnya takut ditambah kagum. Bagaimana Matanya berbinar melihat kearah Bima. "Assalamu'alaikum" salam Fiyah dan Sasya. "Wa'alaikumsalam" balas Bima dengan tersenyum. Debaran terjadi didalam dirinya apalagi melihat senyum manis Fiyah. Dia baru tau kebucinan seseorang apabila telah jatuh cinta. "Kata orang Kak Bima gak pernah senyum sama cewek. Lah ini senyum mulu. Duh tambah ganteng lagi" ~batin Sasya. "Udah lama nunggu ya Bim" "Enggak kok santai aja, gue baru sampai juga" Mereka bertiga mengetuk pintu ruang kepala sekolah, dan memasuki ruang dengan sopan. "Ada perlu apa sama bapak" tanya Bapak kepala sekolah dengan Ramah penuh wibawa. "Begini pak, mereka berdua ingin mendirikan organisasi keagamaan. Apakah Bapak memperbolehkannya" jelas Bima mewakili Fiyah dan Sasya. "2 hari yang lalu Zaid juga kesini, dia ingin mendirikan organisasi keagamaan. Alhamdulillah kalau ada yang mau mendirikan organisasi keagamaan, bapak mendukungnya" jawab Bapak kepala sekolah. Fiyah dan Sasya tersenyum, ternyata tidak hanya mereka berdua yang ingin mendirikan organisasi keagamaan. "Zaid anak Ipa 2 ya pak" tanya Bima dengan sedikit tidak suka. "Iya betul sekali Bim, kalian berdua coba komunikasi dengan Zaid. Surat izin sudah bapak berikan kepada Zaid" jawab Bapak kepsek. "Iya pak, terima kasih banyak" balas Fiyah sopan. Mereka pamit meninggalkan ruangan kepala sekolah. Fiyah dan Sasya tentu saja bahagia tapi tidak dengan Bima, ada keganjalan dihatinya. "Ayo gue temanin ke tempat zaid" pinta Bima. "Eh gak usah Bim, aku pergi sama Sasya aja. Udah cukup kami merepotkan kamu" ucap Fiyah menolak. Dia tidak enak hati merepotkan orang lain, apalagi mereka hanya sekedar kenal saja. Bima menjadi tambah murung melihat penolakan Fiyah, selama ini tidak ada yang mau menolaknya. Fiyah dan Sasya meninggalkan Bima dan berjalan menuju kekalas Zaid. Mereka belum mengetahui yang mana bernama zaid. Dengan sedikit keberanian Fiyah mencoba bertanya kepada penghuni Ipa 2 tentang keberadaan Zaid. Mereka memberitahu kalau Zaid biasanya akan duduk dikantin. Mereka pun kearah kantin dengan mencari orang yang bernama zaid. Diliatnya Anjel sedang duduk sendiri sesekali memainkan smartphone nya. Dia ingin bertanya kepada Anjel tentang Zaid tetapi niat itu diurungkan karena Anjel masih sangat kesal padanya. "Waah tumben lo sendiri Jel, Anak baru kemana" lagi dan lagi Sesil memancing emosi Anjel. "Lo punya dendam apa sama gue, gangguin gue mulu" kesal Anjel. Dia padahal sedang menunggu balasan chat dari sang pujaan hati yaitu Revan. "Siapa juga yang dendam sama lo, buang waktu gue aja. Kayaknya lo punya masalah sama anak baru hahaha. Kasihan benget" sindir Sesil. Dia sudah cukup peka kalau Anjel dan Fiyah mempunyai masalah. "Gak usah ngurusin gue, kalau gak punya teman jangan nyari masalah. Udah lo sana buat malu kelas aja punya spesies kayak lo" sinis Anjel kembali melihat smatphonenya. "Gue juga ogah disini lama-lama, seharusnya spesies kayak lo yang punah" Sesil meninggalkan kantin dengan wajah sombong. "Dasar nenek lampir, ini Revan kemana si" keluh Anjel merutuki sang kekasih. "Beb udah lama" Revan datang dengan binar binar cinta yang terpancarkan. "Udahlah, kemana aja sih udah lama ni nunggu" kesal Anjel. "Maaf-maaf beb, tadi ada urusan sebentar. Mau makan apa beb" Revan mengelus pucuk kepala Anjel. "Gak usah makan, udah gak mood" "Lah beb jangan ngambek dong, maafin ya ya" lagi lagi Revan melakukan kontak fisik dengan cara menggenggam tangan Anjel kemudian menciumnya. "Ih ngapain lagi cium-cium" risih Anjel. "Apa salahnya sih beb, Cuma cium tangan doang kalau cium yang lain iyalah" tatapan mata Revan mengarah ke wajah Anjel. Dia menatap dengan intens dan hal itu membuat Anjel Risih sendiri. "Lepas deh" Anjel berusaha melepaskan genggaman Revan saat matanya melihat ke arah Fiyah yang juga berada dikantin. Fiyah masih bingung mencari orang yang bernama Zaid. Walaupun tanpa sengaja matanya melihat Anjel sedang berpegangan tangan, dia tidak bisa berbuat apa-apa. "Adek tau kak Zaid yang mana" "Sasya rasa tau sih Kak, tunggu Sasya coba liat dulu soalnya lupa-lupa ingat" Sasya mengarahkan pandangannya keseluruh penjuru kantin. Di dalam kantin hanya berisikan anak kelas XII karena begitulah peraturannya. Fasilitas kelas XII lebih bagus dibanding juniornnya. "Kayaknya itu deh kak" Tunjuk Sasya pada sekumpulan laki-laki. "Yakin itu dek" "Kayaknya sih Kak, tapi Sasya takut kesana" lirih Sasya. Dia tidak berani menghampiri seniornya. "Gak perlu takut, niat kita baik. Bismillah aja" Fiyah melangkah dengan Sasya berada dibelakangnya. Genggaman tangan Sasya tidak terlepas malahan genggaman itu mencengkram dengan kuat. "Maaf Zaid ya" tanya Fiyah gugup. Sekumpulan laki-laki menoleh, belum pernah mereka melihat perempuan yang berada didepan mereka. Apalagi penampilan mereka terlihat berebda dibanding yang lain. "Iya, ada perlu apa" "Boleh ngobrol sebentar" tanya Fiyah. Sebenarnya dia sangat risih dipandang beberapa laki-laki. Lain dengan Sasya yang malah takut dan hanya berdiri dibelakang Fiyah. Interaksi mereka berdua tidak terlewatkan sedikitpun oleh Bima. Dia tidak paham kenapa begitu kesal melihat pemandangan itu. "Cie, pak ustadz dicariin buk ustazah" goda teman-teman Zaid. "Boleh, disini atau dimana" Zaid merasa tidak enak karena banyak teman-temannya. "Disini aja, kami juga mau pergi kok. Ayo guys pak ustadz ada urusan sebentar" seru salah satu teman Zaid. Setelah kepergian teman-teman Zaid, Fiyah dan Sasya segera duduk didepannya. "Begini, maaf sebelumnya. Tadi aku keruang kepala sekolah untuk menyampaikan bahwa ingin mendirikan organisasi keagamaan tapi kata bapak Fandi surat izin sudah sama kamu makanya aku nyari kamu" jelas Fiyah panjang lebar. "Oh iya, berarti kita bertiga mempunyai niat yang sama. Aku juga senang ternyata bukan hanya aku sendiri yang ingin berdakwah"balas Zaid senang. "Oh ya nama aku Fiyah dan ini Sasya" ucap Fiyahmemperkenalkan diri. "Salam kenal, semoga jalan yang kita tempuh diridoi Allah. Aku juga punya kenalan Ustadz yang akan mengisi kajian kita kalau ingin membuat kajian" seru Zaid begitu antusias. "Masya Allah, Alhamdulillah. Kita bisa membuat program peningkatan moral dan akhlak remaja setiap minggu dengan kajian" balas Fiyah tidak kalah antusias. "Maaf kak, tapi lebih baik kita cari dulu nama organisasi kita, visi dan misi baru deh program kita" ucap Sasya memberi usul. "Bener juga kamu dek, ada usul untuk nama" tanya Zaid. Mereka berpikir sejenak apa namayang cocok untuk organisasi yang akan mereka dirikan. "Gimana kalau Ghiroh remaja IHS" usul Fiyah. "Boleh sih, kalau Sasya Gimana?" tanya Zaid. "Setuju kak, kalau disingkat jadi GR IHS" Jawan Sasya sambil tertawa. Zaid dan Fiyah pun tertawa dengan sebutan GR IHS. "Karna waktu kita mepet, besok kita bahas lagi. Nanti dirumah kita cari visi dan misi kemudian kita remukkan menjadi satu" ucap Zaid memberikan intruksi. "Oke kak, nanti Sasya buat deh grub Wa biar kita lebih mudah untuk berkomunikasi dalam pembentukan GR IHS" balas Sasya. Mereka berbincang-bincang membahas segala keperluan yang dibutuhkan untuk menjalankan organisasi. Apalagi keadaan mushola yang tidak berfungsi dengan baik karena tidak begitu banyak penghuni. Kebanyakan orang hanya menjadikan untuk shalat saja padahal dizaman Rasulullah tempat ibadah dijadikan sebagai pusat segala kegiatan baik. Mungkin rintangan dalam berdakwa sudah menunggu mereka karena keadaan disekolah berbeda disekolah lain. Sekolah dengan visi dan misi menuju ke internasional membuat budaya barat sangat kental didalamnya. Zaid bersyukur masih ada orang yang mau berdiri dijalur yang sama dengannya, padahal kalau dipikir kenapa harus membuang waktu kalau hasilnya tetap tidak ada. Sasya mencatat hal-hal penting untuk srategi dakwah mereka, sebenarnya organisasi ini bukan hanya untuk orang lain tetapi lebih tepat untuk diri mereka sendiri supaya bisa istiqomah dalam syariat islam meskipun lingkungan tidak mendukung. Ditempat lain ada seorang laki-laki yang menggeram kesal melihat interaksi Fiyah dan Zaid. Ingin sekali dia mendekat kearah mereka tetapi dia segera sadar untuk apa kesana? "Bidadari lo ketemu sama pangeran Bim" goda Andi sambil tetawa. "Anj*ng lo" balas Bima dengan emosi. "Santai eleh, cemburu jangan dilampiasin ke kita elah" seru Andi. "Lo bego banget, udah bucin" ketus Kahfi tiba-tiba. "Siapa yang lo bilang bego" kesal Bima. "Ya lo lah" jawab santai Kahfi. Bima yang tidak terima dikatakan bego karena menyukai Fiyah mengepalkan tangannya berniat melayangkan kepada Kahfi, tetapi sebelum itu terjadi Andi lebih dulu menahan. "Lo gila Bim, teman lo itu mau nonjok nonjok aja" kesal Andi heran. "Teman lo tu, apa salahnya gue suka sama orang" seru Bima. "Suka boleh tapi jangan jadi bucin lah bego" balas Kahfi dengan emosi. "T*ik lo Kaf" ucap Bima dengan melayangkan pukulan yang dapat dihindari Kahfi Sontak perbuatan mereka dilihat penghuni kantin, tidak biasa mereka berkelahi. "Gue kasihan sama lo, Jangan jadi bucin yang buat lo bego dong" ucap Kahfi sebelum meninggalkan Bima dan Andi. "Udah Bim, si Kahfi kayaknya ada masalah. Tadi pagi dia juga nonjok Ray " jelas Andi menenangkan Bima yang tersulut emosi. . . . "Assalamu'alaikum Fi, mau kemana" ucap Bima tiba-tiba. "Wa'alaikumsalam Bim, Mau kemushola ketemu Zaid sama Sasya" jawab Fiyah seadanya. Dia merasa aneh kenapa selalu saja bertemu dengan Bima. Sorot mata berbinar yang dikeluarka oleh Bima mendadak langsung sirna seketika mendengar nama Zaid. "Gimana organisasinya" "Alhamdulillah sejauh ini lancar, Bima tertarik untuk gabung gak" meskipun ditolak, Fiyah harus mencoba. "Eh gak usah Fi, Gak pentes rasanya" tolak Bima yang merasa tidak pantas sama sekali ke mushola. Dia tau betul bagaimana sudah terlalu jauh meninggalkan ajaran agamanya sendiri. "Gak boleh bilang gitu, Bima tau kalau mesjid atau mushola itu bukan tempat untuk orang baik" "Kok gitu, Mushola ya untuk orang baik Fi. Aku mah apa bandel gini" seru Bima keheranan. Yang dia tau ya mushola atau mesjid pasti yang mendatangi orang yang alim dan baik-baik. "Bim, mesjid atau mushola itu bukan buat orang yang baik tapi buat orang yang ingin menjadi baik. Kita ke sana ingin lebih dekat dengan Allah dengan meminta ampun atas dosa dosa kita. Manusia itu sumbernya salah dan Khilaf Bim. Ke mesjid tidak harus jadi baik dulu tapi kemesjid perintah Allah untuk menjadi baik" jelas panjang Fiyah. Bima mendengarkan dengan sangat baik. Entah kenapa setiap ucapan Fiyah mampu masuk kedalam pikirannya. "Aku pikir-pikir dulu deh Fi, malu soalnya" lirih Bima tidak enak hati. "Iya, semoga hidayah sampai dihatimu Bim. Aku pergi dulu ya soalnya udah ditungguin. Assalamu'alaikum" balas Fiyah dengan penuh harap. "Iya, Wa'alaikumsalam. Kapan ya Fi bisa ngobrol lama" ucap Bima dengan tatapan kosong.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD