Mobil melaju meninggalkan g**g pedesaan, masuk ke jalan raya yang lebih lengang. Faten sengaja memutar playlist berisi lagu-lagu instrumental lembut melodi yang mengalun seperti aliran sungai. Udara pagi segar masuk dari kaca yang dibuka sedikit Taran duduk di sampingnya, masih terbungkus selimut menatap keluar jendela. Wajahnya tampak lebih tenang, seperti anak kecil yang baru saja bangun dari mimpi Faten menyetir dengan satu tangan, tangan lainnya sesekali menepuk paha Taran dengan lembut “Sayang,” ucap Faten perlahan “waktu kamu sekolah dulu, SMP kelas satu… kamu punya teman dekat nggak? Suka main ke rumah temen atau gimana?” Tubuh Taran yang tadi rileks, tiba-tiba menegang “Yang?” panggil Faten lembut, jantungnya berdetak sedikit lebih cepat Taran menggeleng pelan “Nggak… nggak

