SAUDADE #Chapter 1

853 Words
ALEXANDRIA DION. "Dasar tidak berguna! kau hanya membebani keluarga kita!" teriak Elenor ibu tiri Aria. Elenor terus saja memukuli anak tirinya itu tanpa memiliki belas kasihan sedikitpun. "Aduh... sakit mah...! sakit!!" teriak Aria mengaduh kesakitan, pukulan Elenor membekas merah dan biru di kulit Aria. Padahal, Aria sama sekali tidak melakukan kesalahan, yang dia lakukan hanyalah memakan sisa kue yang berada di meja, itupun hanya rempah-rempahnya saja, tapi Elenor bereaksi sangat berlebihan. "Jika saja kau tidak ada, Angie mungkin sudah menikah sekarang!!" teriak Elenor lagi. Memang apa salah Aria jika pria yang datang untuk melamar Angie, setelah melihat Aria langsung mengurungkan niatnya dan lebih memilih untuk melamar Aria? Aria sama sekali tidak pernah dan tidak memiliki niat sedikitpun untuk merebut apa yang dimiliki Angie. Dan Elenor selalu saja mengungkit masalah itu. Kejahatan Elenor terhadap Aria semakin menjadi ketika ayah Aria meninggal dunia, Elenor semakin semena-mena dengan Aria. Aria bisa saja pergi dari rumah, tetapi dia tidak tahu harus kemana nantinya dan lagipula rumah itu penuh kenangan ibunya, dia tidak ingin meninggalkan rumah itu. Sementara ini dia hanya bisa bertahan hidup dengan mengikuti aturan dari ibu tirinya, yaitu bekerja menjadi salah satu barista belum lama ini, dan membiayai kebutuhan mereka. Angie sangat boros dalam hal berbelanja kebutuhannya, entah itu pakaian atau perawatan tubuh yang harganya tidak murah. Sehabis Elenor memukuli Aria, Aria pergi kedalam kamarnya, membersihkan diri serta bersiap-siap untuk pergi bekerja, hari ini mendapatkan shift malam. Dan di shift inilah yang bisa Aria harapkan untuk menambah omsetnya. Pernah sekali Aria berharap jika ibu tiri dan saudara tirinya itu tidak hadir kedalam hidupnya, mungkin saat ini dia sedang kuliah dan bermain dengan teman-temannya. Tapi semua itu hanya harapan yang tidak akan pernah terkabul, nyatanya Elenor dan Angie memang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Karena masalah biaya dan harus bekerja, Aria tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke Universitas. Dia juga tidak memiliki banyak teman, yang hanya dimilikinya saat ini hanyalah Elenor dan Angie. Jika harus melepaskan mereka, Aria takut untuk hidup sendiri, semoga saja dia akan mendapatkan jodohnya dengan cepat, dan membantunya pergi dari masalah kehidupan yang cukup rumit. Setelah dia menikah, dia yang akan memastikannya sendiri, ibu dan saudara tirinya itu tidak akan menghancurkan kehidupannya untuk kedua kalinya. *** Saat ini Aria tengah berada di sebuah Cafe, matahari kini tepat berada diatas kepala mereka, hawa diluar cafe begitu panas, sinar matahari begitu terik. Aria menyeruput minuman yang dipesankan oleh satu-satunya sahabat yang ia miliki, Angeline. Gadis keturunan Italia itu bersikap begitu baik padanya sejak dia masuk Junior high school. Padahal keluarga Angeline termasuk keluarga kaya. "South Beach, Miami Florida." kata Angeline, dia tersenyum penuh arti pada Aria. Tangannya dia dekap kan pada dadanya, menunggu respon Aria pada ucapannya barusan. "Florida, Kenapa sangat jauh? Tidak bisakah kau memberi ku pekerjaan yang dekat daerah sini saja?" Angeline menggeleng keras. Tuk! Tuk! Beberapa pria mengetuk kaca jendela dari luar Cafe yang berada di samping mereka, sontak Angeline dan Aria menoleh. Salah seorang pria memberinya kecupan dengan tangannya kepada mereka berdua. Angeline sedikit terkekeh namun membalas kecupan jarak jauh itu. Seakan-akan hal itu adalah hal besar, pria itu menangkap udara lalu menempelkan tangannya pada dadanya seperti sedang menaruh sesuatu pada hatinya. Dia pura-pura terjatuh, beberapa temannya menangkap tubuhnya dan tertawa. Aria menatap canggung interaksi Angeline bersama beberapa pria asing itu. "Ah.. Pria itu manis juga." seru Angeline. Aria hanya menggelengkan kepalanya sebagai respon terhadap sikap sahabatnya yang menurutnya aneh. Beberapa pria tadi mengucapkan 'selamat tinggal' melalui bahasa tubuh yang Angeline mengerti, Angeline mengangguk tanda mengizinkan. Lalu tatapan Angeline kembali fokus pada Aria. "Aku tidak mengirim mu kesana untuk bekerja, tapi untuk menemaniku. Kau tahu pesta? Aku mengadakan pesta besar disana." Aria mengangguk tanda mengerti, namun kening Aria berkerut setelahnya. "menemanimu?" Angeline mengangguk mantap, "tentu saja. Aku akan mengadakan acara terbesar yang pernah ku adakan seumur hidup, aku mengundang banyak pengusaha kaya dan selebritis. Dan aku ingin di acara yang paling istimewa ku, aku ingin kau ikut andil di dalamnya." Angeline berbinar-binar saat mengatakan keinginannya itu. Aria menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "ah.. Aku tidak tahu, rasanya canggung jika aku datang ke pesta itu. Kau tahu aku belum pernah datang ke pesta sekalipun." Angeline tahu jika Aria berniat menolak ajakannya. Gadis itu selalu saja menolak jika diajak ke pesta, tapi tidak kali ini. Kali ini Angeline bertekad untuk membawa Aria bersamanya. "Ayolah.. Aku berjanji ini pertama dan terakhir kalinya aku mengajakmu, kali ini saja..." bujuk Angeline pantang menyerah. "Entahlah.." jawab Aria ragu. "Apa kau tidak ingin mencoba menjadi wanita bebas dalam sehari? Kau bisa bersenang-senang tanpa memikirkan apapun. Tertawa lepas dan bahagia, menikmati indahnya dunia." "jika kau melewatkan kesempatan ini, mungkin kau akan menyesal seumur hidupmu Aria. Ini adalah kesempatanmu untuk bahagia, apa kau mau seumur hidup menjadi barista dan disiksa keluarga tiri mu itu? Kau berhak bahagia Aria. Sekali ini saja, aku ingin kau datang bersamaku." jelas Angeline. Membuat Aria sedikit tergoda untuk menerima ajakannya. "Baiklah." jawab Aria pada akhirnya. Angeline berteriak gembira, akhirnya permohonannya diiyakan oleh sahabatnya itu. "Oke, pukul 3 sore nanti aku akan menjemputmu. Kita akan segera terbang menuju Miami, sampai jumpa!!" kata Angeline langsung menghambat jaketnya dan berdiri lalu meninggalkan Aria yang masih duduk ditempatnya. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD