Desire

1172 Words
"IIyah.. Non,'kan Boss saya," sanggah Layvi mencoba kabur dari tatapan Yesha, tapi tangan gadis itu lebih cepat memegangi kedua pipinya. "Bukan itu!" Keduanya saling menatap seakan enggan berkedip. "S-saya.., nyanyi aja, deh, Non. Iyah tadi minta saya nyanyi,'kan?" ucap Layvi seraya menormalkan suara jantungnya. "Boleh!" Yesha kembali keposisinya tadi merebahkan kepalanya dibahu Layvi. Ia mulai dengan reff lagu kesukannya, sedikit berdehem agar suaranya lebih jernih. "Sepanjang hidupku hanya ingin bersamamu. Disetiap waktu, disetiap waktu. Sepanjang hidupku tak ku relakan dirimu tuk tinggalkan aku.. tuk tinggalkan aku~~" (sepanjang hidupku - republik) Lelaki itu tak berniat merayu. Ia memang hanya hafal potongan lagu itu saja. Yesha menautkan jemarinya disela-sela jemari Layvi, perasaan damai kembali menyelimuti relung hatinya. "Non suka suara saya?" tanyanya setengah kaget. "Suka. Teruskan nyanyinya untukku!" Layvi tersenyum sambil ikut menggengam tangan Yesha erat. Kembali mengingat bait selanjutnya. "Sejuk kasihmu sampai ke tulangku, hingga detak jantungku kan berhenti. Senyum manismu sinari hatiku. Tulus cintaku hanya untukmu...!" Lanjutnya begitu merdu juga lembut, lagu yang sangat cocok untuk keadaan mereka sekarang. "Non.." "Hm..." "Non ngantuk lagi?" Layvi memperhatikan wajah Yesha seksama. "Iya," sahut Yesha yang sedikit merem melek. "Non tidur dirumah Non aja, deh." "Apa! kamu usir saya?" Mata Yesha langsung mendelik tak suka. "Bukan gitu di sini kan gak nyaman, gak ada AC terus kamarnya kecil lagi. Saya yakin wartawan di rumah Non juga udah pada pulang," katanya membela diri Yesha mengangguk setuju. Ia memang sudah cukup lama dirumah pengawalnya itu. Tapi kok rasanya masih enggan beranjak pergi. "Iyah makanya Non pulang ajahnya." Suara Layvi setengah memohon. "Tapi aku masih boleh,kan kesini?" Tawarnya memasang wajah penuh harap. "Boleh kok Non. Tapi hari ini sampai sini aja,ya." Lelaki itu tak ingin berlama-lama bersama Yesha, perasaan yang begitu nyaman kala bersama justru semakin membuatnya takut tak bisa menghentikannya. "Kalau gitu kamu anter aku,ya." Timpal Yesha mana.Ia sudah seperti cewek gebetannya Layvi. "Ya udah yuk!" Layvi berdiri mengulurkan kedua tangannya sebagai pegangan Yesha bangun dari duduknya. "Assalamuaikum!" Suara Emma dan Erick yang sudah pulang. Kali ini Layvi tak bisa mengelak, ia justru membukakan pintu untuk adik kecilnya itu. Layvi langsung tersenyum kearah Emma, menggendong gadis kecil itu, mendekat kearah Yesha, karena Layvi tahu Emma sangat suka wanita cantik. "Tante cantik" gumam Emma, baik Layvi dan Erick saling pandang. "Ini Tante cantik yang beliin aku es krim waktu itu kak, Tante cantik baiiiiiikkkk banget sama aku!" Tambah Emma lebay. Yesha hanya tersenyum kuda, ia tak menyangka es krim pemberiannya waktu itu masih di ingat oleh sikecil Emma, apalagi ternyata Emma adik pengawal tampannya. "Kakak mau nganterin Tante cantik pulang duluyah!" ucap Layvi mengikuti panggilan Emma, Yesha hanya mengulum senyum dan menautkan helaian rambutnya ke belakang telinganya, salah tingkah. "Yah.. kok Tante cantik cepet banget pulangnya," sahut Emma ngambek. "Tante cantik udah dari tadi disini sayang!" Layvi langsung melotot saat sadar ia salah bicara. Ini sama saja ia menggali kuburannya sendiri. "Bukan maksud kakak, Tante cantik capek dan mau istirahat," ucapnya merevisi perkataannya sendiri. "Aku gak capek kok," balas Yesha yang malah tak mau kerjasama dengan Layvi. "Kalau gitu aku boleh gak main sama Tante?!" Harap Emma, ia sampai minta diturunkan dari gendongan Layvi. "Boleh sayang yuk! tapi jangan panggil aku Tante dong. Eemm gimana kalau panggil aku Kak Yesha" Tawar Yesha seraya memajukan bibirnya imut. Layvi hanya tertawa sambil menutup mulutnya sendiri. Yesha betul-betul lucu juga cantik. ahk gemees. "Oke Kak Yesha, yuk!" Emma menggengam tangan Yesha. "Tunggu...!" "Kenapa Lav?!" "Maafin adik akuyah, jadi ngerepotin Non gini" Sahutnya sambil menggaruk tengkuknya, Yesha tersenyum lembut kearah Layvi. Matanya berkedip lembut, Tanda jika wanita itu sama sekali tidak keberatan. Rasanya sudah begitu lama Yesha tak pernah bermain-main seperti sekarang, ia bahkan terlihat sangat antusias dengan boneka-bonekaan milik Emma, sementara Layvi sedang mengajarkan Erick belajar. Meski sesekali matanya curi pandang ke arah Yesha yang terus tertawa riang dari kejauhan. "Ini Non, minum dulu!" kata Layvi menyodorkan es sirup buatannya dan langsung duduk disamping Yesha. "Kamu lagi main apa sih dek, kok dari tadi ketawa terus?" tanya Layvi kepo. "Ini kak, aku lagi main rumah-rumahan sama kak Yesha, kak Yesha lucu kak!" jawab Emma riang. "Masa? Kamu bisa main rumah-rumahan?" tanyanya kagum. "Bisa, main rumah tangga-rumah tanggaan juga aku mau kok. Asal kamu yang jadi imamnya!" ucapnya nakal, reaksi Layvi langsung berubah jadi tidak biasa. gugup, itu pasti. "Ha ha ha... Ya ampun Lav. Kamu tuh gak pernah digombalinyah. Masa gitu aja. mukanya langsung kayak kepiting rebus!" Kekeh Yesha Layvi memegangi wajahnya masa sih kayak kepiting rebus? "Ha ha ha.. kakak kayak kepiting! Kayak tuan crab." Lanjut Emma ikut-ikutan, gadis itu bahkan menari-nari merasa begitu bahagia. Layvi yang malu langsung menangkap tubuh Emma, dan menggelitiki pinggangnya sampai gadis itu teriak gelian. "Geli Kak, geli.. Kak Yesha tolong aku!" Yesha menarik Emma kuat, tak hentinya wanita itu ikut tertawa melihat penderitaan Emma. "Haha.... terus kak, terus!" teriak Erick yang tiba-tiba ikut-ikutan, tadi ia bingung kenapa kakaknya Layvi tak kunjung balik mengajarinya. Saat mendengar suara teriakan Emma membuat jiwa keponya menguar begitu kuat. Pemuda tanggung itu mengambil bagiannya, ikut menarik Emma agar keluar dari siksaan tangan lincah Layvi, Layvi memang sangat lihai mengelitiki seseorang. Saat Emma berhasil ditarik oleh Erick dari samping, spontan Yesha menubruk tubuh Layvi yang di depannya. Erick hanya termanggu melihat keduanya saling tatap tanpa peduli keadaan sekitar. Apalagi dengan kurang ajarnya Yesha memajukan bibirnya dengan gerakkan begitu sensual. Yah emang iseng aja! "Haha... jatoh, jatoh, Dek!" ucap Layvi sambil cengar cengir, kenapa juga jantungnya langsung berdebar kencang gini, mana muka Non merah lagi, bibirnya cemberut gitu, kira-kira itu Non lagi marahya? Runtuk Layvi dalam hati. Yesha melepaskan dirinya dari Layvi, kembali duduk seperti semula, meski jantungnya tak berdetak seperti sedia kala. Dan yang paling memalukan adalah pikirannya yang berharap dikecup Layvi. Ia sampai menutup matanya rapat. 'Bego banget sih lo Yes, keep clam, Yes.. jual mahal, jual mahal. Inget itu!' Suara hatinya mengingatkan dirinya sendiri. Matanya terbuka, melihat Layvi yang biasa saja, sedikit lega karena Layvi bukan lelaki yang punya fikiran buruk dengan orang lain. Kali ini, terselip perasaan nyaman, dan bahagia saat dirinya berada bersama Layvi, sebuah perasaan yang sudah lama Yesha tinggali. Wanita itu kembali melirik kearah Layvi, benarkah ia sudah jatuh cinta pada pengawalnya sendiri? Entahlah.. tapi yang Yesha tahu ia ingin terus dekat dengan lelaki itu. "Non jadi mau pulang? atau mau ikut makan dulu disini?!" Tanya Layvi lembut. "Kak Yesha ikut makan ajah, kak Layvi bisa bikin telor ceplok enak banget, terenak sedunia" Adu Emma. "Hahhaa.. dimana-mana telor ceplok sama rasanya Dek!" Sahut Layvi malu, ia memang hanya bisa masak seadanya. "Aku mau makan disini, bolehyah..!" Balas Yesha seakan memohon, tak mungkin Layvi menolaknya. Hanya saja lelaki itu malu jika hanya menyediakan telor ceplok andalannya. Layvi mulai memutar otaknya, masak nasi goreng ditambah telor ceplok sepertinya tidak buruk. "Yaudah Non lanjut main lagi ajah sama Emma, sebentar lagi juga adik aku satu lagi pulang!" "Ooh... iyah!" Sahut Yesha, wanita itu ingat cerita Layvi yang memiliki tiga adik tiri, dan ternyata Emma adalah salah satu adik tiri lelaki itu, tapi bisa dilihat kasih sayang Layvi sangatlah jelas ke ketiga adiknya. Layaknya adik kandung sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD