Part 07

940 Words
Terkejutnya Anindiya Kilimanjaro Restauran Anindiya dan nenek Hamida sudah sampai di tempat pertemuan antar kedua pihak. Anindiya tetap seperti biasa. Cuek dan masa bodoh dengan sekitarnya. “Nin, yang anggun kalau berjalan. Perlihatkan kalau kamu adalah pewaris dari Aditama Grup,” ucap nenek Hamida dengan penuh penekanan pada Anindiya. Anindiya yang mendengar perkataan sang nenek cuma bisa menghela nafas. Karena dia paling tidak suka kalau gerak geriknya terlalu diatur. "Iya, Nek," ucap Anindiya malas. Anindiya berjalan dengan anggun beriringan dengan sang nenek menuju tempat yang sudah dipesan oleh sahabat sang nenek. Tiba-tiba sang nenek membuka sebuah ruangan penjamuan untuk tamu penting. Saat pintu dibuka, terlihat sahabat nenek yang melambaikan tangan. Nenek Hamida berjalan menghampiri sahabatnya dengan senyum yang tidak pernah hilang dari wajahnya. “Akhirnya kau datang juga, Hamida,” ucap kakek Rafael saat nenek Hamida berjalan mendekat. “Bagaimana aku tidak datang. Ini adalah pertemuan yang aku tunggu-tunggu,” ucap nenek Hamida sambil berjabat tangan pada kakek Rafael. “Damian,” teriak kakek Rafael pada sang cucu yang lagi asyik dengan dunianya sendiri. Sampai-sampai nenek Hamida yang ada di depannya dia tidak tahu. Saat Damian mengangkat wajahnya, dia langsung dibuat terkejut oleh Anindiya yang berada di depannya. Anindiya pun juga kaget melihat Damian ada di depannya. “Ya Tuhan, kebetulan apa ini,” ucap Damian dalam hati. “Siapa mereka, Kek?” tanya Damian pada kakek Rafael. Damian mencoba menetralkan perasaannya yang tiba-tiba tidak karuan. “Silahkan duduk,” ucap kakek Rafael sambil tersenyum hangat ke arah Anindiya dan nenek Hamida. Nenek Hamida dan Anindiya duduk di kursi yang sudah di siapkan. Anindiya diam tanpa ekspresi di wajahnya. Moodnya tiba-tiba langsung jelek karena melihat Damian ada di depannya. Pria menyebalkan yang pernah dia temui. “Kenalkan ini adalah sahabat kakek Hamidah Aditama Triaga dan cucunya Anindiya Carmel Aditama Triaga. Pewaris tunggal Aditama Triaga Corporation,” ucap kakek Rafael memperkenalkan nenek Hamida dan Anindiya. Damian yang mendengarnya tidak bisa menutupi keterkejutannya. Wanita yang kemarin dia sepelehkan ternyata pewaris dari Aditama Triaga Corporation. Perusahaan yang berkembang dalam bidang property dan tambang. Mempunyai banyak anak cabang yang tersebar di berbagai penjuru. Meskipun kekayaan Aditama sebanding dengan kekayaan keluarga Al-Barack. Damian menatap Anindiya yang terlihat masa bodoh dengan sekitarnya. Sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya. “Tumben dia hari ini dandan. Terlihat cantik,” ucap Damian dalam hati. Damian menatap Anindiya dalam diam. “Apa kita bisa langsung membahas perjodohan cucu-cucu kita, Hamida?” tanya kakek Rafael pada nenek Hamida. “Bisa, mulailah sekarang,” ucap nenek Hamida tersenyum simpul. “Oke, akan saya mulai acara perjodohan kali ini. Saya, Rafael Al Barack selaku kakek dari Damian Al Barack. Saya ingin mengutarakan keinginan saya kepada keluarga Aditama Triaga untuk meminang satu-satunya putri dari Aditama Triaga untuk menjadi istri dari cucu saya Damian Al- Barack. Saya harap tidak ada penolakan dari pihak perempuan,” ucap kakek Rafael. “Saya menerima perjodohan ini dengan senang hati,” ucap nenek Hamida penuh keyakinan. Anindiya yang mendengarnya langsung protes. “Apa-apaan ini, Nek. Aku kan masih belum memberikan jawaban atas Perjodohan ini. Katanya tadi kita ke sini cuma berbicara saja, belum memutuskan perjodohan. Kenapa kok malahan nenek memutuskan Perjodohan ini sendiri tanpa mendengarkan jawabanku terlebih dahulu? Aku mau apa tidak sama Perjodohan ini?” ucap Anindiya dengan kesal. Damian yang melihat wajah Anindiya kesal, Damian tersenyum simpul. “Nenek tidak ingin ada penolakan Anindya. Nenek tahu kalau kamu pasti akan menolak perjodohan ini. Maka dari itu nenek tidak ingin mendengarkan pendapatmu lagi. Turuti saja keinginan nenek kali ini. Kalau masalah cinta, nanti pasti akan datang dengan sendirinya. Sampai kapan kamu ingin terus-terusan sendiri tidak berfikir untuk rumah tangga?” ucap nenek Hamida penuh penekanan. "Tanya saja nenek sama laki-laki egois yang ada di depannya nenek itu. Setuju apa tidak sama perjodohan ini. Jangan cuma diam saja. Ini masalah pernikahan, bukan masalah main-main," ucap Anindiya dengan kesal. "Aku mau menerima Perjodohan ini dengan senang hati," ucap Damian dengan penuh keyakinan. "Jangan macam-macam! Ini untuk pernikahan. Aku itu ingin menikah cuma sekali. Bukan menikah ujungnya cerai," ucap Anindiya menahan marah. "Memang siapa yang ingin main-main sama pernikahan? Memang aku setuju dengan pernikahan ini," ucap Damian dengan datar. "Ya Tuhan, mimpi buruk apa ini," ucap Anindiya sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya. "Bukan mimpi buruk, tapi keberuntungan. Aku mau menerima perjodohan ini," ucap Damian. Kakek Rafael tidak menyangka cucunya mau menerima Perjodohan ini. Kakek Rafael merasa kalau cucunya pernah bertemu dengan Anindiya sebelumnya. Karena terlihat tatapan mata Damian yang terlihat berbeda saat menatap Anindiya. “Dasar pria gila,” ucap Anindiya menahan geram. Damian yang mendengarnya tidak bisa menahan tawanya. Damian suka kalau melihat Anindiya yang sedang marah. Terlihat menggemaskan di mata Damian. “Sepertinya kalian sudah pernah bertemu sebelumnya?” tanya kakek Rafael. “Benar sekali, Kek. Aku sudah pernah bertemu dengan Anindiya. Kesannya buruk sekali malahan,” ucap Damian sambil menahan tawa. “Ternyata dunia begitu sempit Hamida. Cucu-cucu kita ternyata sudah pernah bertemu sebelumnya,” ucap kakek Rafael. “Benar sekali, Rafael. Aku tidak menyangka sama sekali kalau cucuku pernah bertemu dengan cucumu. Meskipun terlihat jelas kalau pertemuannya kurang baik di antara mereka,” ucap nenek Hamida. Sebuah keputusan pun akhirnya diambil oleh kedua belah pihak. Meskipun Anindya menentangnya. Mulai dari tanggal pertunangan sampai tanggal pernikahan sudah langsung ditetapkan oleh kedua pihak. Malahan yang membuat kaget adalah Damian sendiri yang menetapkan tanggal pernikahannya yang kurang satu bulan lagi. Setelah keputusan diambil, kedua belah pihak melanjutkan acara makan bersama dengan Anindiya yang memasang wajah kesal. Anindiya merasa hidupnya benar-benar sudah berada di neraka harus menikah dengan laki-laki menyebalkan yang akan menjadi suaminya. Karena sang nenek sudah memutuskan, Anindiya tidak bisa berkutik sama sekali. Dia tidak ingin kalau neneknya jatuh sakit karena dirinya. Meskipun sang nenek sering menyebalkan, Anindiya tetap sangat menyayangi sang nenek. Satu-satunya keluarga yang dia punya. ????
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD