Part 06Pertemuan

720 Words
Sebuah pertemuan dirancang untuk perjodohan Anindiya dan Damian. Kesepakatan dari kakek dan nenek mereka berdua, akhirnya diputuskannya kota Pandaan menjadi tempat mereka bertemu untuk membicarakan acara perjodohan mereka. “Bersiap-siaplah sekarang, Nin. Pakailah gaun yang sudah di siapkan nenek. Nenek ingin kamu terlihat cantik untuk hari ini. Tunjukkan pada orang-orang yang melihatmu kalau kau pantas menjadi pewaris Aditama,” ucap nenek Hamidah sambil menatap sang cucu yang sedang memoles diri. “Apa harus nek aku terlihat cantik? Memang kenapa sih nek, kalau seumpama perjodohan ini gagal. apa berpengaruh dengan bisnis keluarga kita?” tanya Anindya pada nenek Hamida. “Tidak akan berpengaruh dengan bisnis kita, Nin. Kamu kan tahu, Nin, kalau perusahaan kita adalah salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Jadi tidak segampang itu Perusahaan kita goyah meskipun papamu sudah meninggal. Manajemen papamu begitu kuat. Karena sistem yang menjalankan perusahaan Aditama sudah sangat canggih,” ucap nenek Hamida. “Ya sudah nek, kalau begitu batalkan saja perjodohan ini. Supaya aku tidak repot-repot untuk melanjutkan perjodohan ini. Apa Nenek enggak kasihan kepadaku? Menjodohkan Ku dengan pria yang tidak aku kenal. Iya kalau pria itu tampan? Kalau jelek, nek?" ucap Anindiya. Nenek Hamida tidak bisa menahan tawanya mendengar perkataan sang cucu yang terdengar lucu. Dia tahu kalau Anindiya ingin membatalkan Perjodohan ini dengan akal bulusnya yang bermain kata-kata. “Nenek tidak bodoh, Anindiya. Nenek tahu kalau kamu ingin membatalkan acara Perjodohan ini. Untuk kali ini nenek tidak ingin ditentang oleh siapa pun. Termasuk kamu. Sekarang jangan banyak omong. Cepat pakai gaunmu! Nenek menunggumu di bawah. Ingat, nenek tidak ingin menunggu lama-lama. Karena kita akan telat ke tempat pertemuan yang sudah dijanjikan,” ucap nenek Hamidah kepada Anindiya. Anindiya yang mendengarnya cuma bisa diam. Karena dia tahu bagaimana neneknya kalau keinginannya ditentang. “Iya, Nek. Tunggu saja Anindiya di bawah. Anindya pasti turun nanti kalau sudah selesai memakai gaun pemberian nenek,” ucap Anindiya pada nenek Hamida. Nenek Hamida pun turun ke lantai bawah menggunakan lift yang ada di dalam kamar Anindiya. Anindiya turun ke lantai bawah setelah dia selesai merias dirinya. Untuk acara kali ini, Anindiya memakai dress selutut berwarna peach. Anindya terlihat sangat cantik dan anggun. Riasan wajah tipis semakin membuat kecantikan Anindiya bertambah. Saat Sudah sampai di lantai bawah, nenek Hamida tersenyum puas melihat penampilan sang cucu yang terlihat sangat cantik dan menawan. Dia berharap Anindya nantinya berjodoh dengan Damian. Laki-laki yang dia pilih untuk menjadi pasangan hidup Anindiya. “Kita berangkat sekarang, Nek?” tanya Anindiya. Nenek Hamidah menganggukkan kepalanya. Nenek Hamidah dan Anindiya berjalan berdampingan menuju ke mobil yang sudah terparkir di depan rumah. Pak Jaka yang melihat nenek Hamidah dan Anindiya, beliau langsung membukakan pintu mobil. Nenek Hamida masuk ke dalam mobil terlebih dahulu, setelah itu disusul oleh Anindiya. Mobil yang dikendarai oleh Pak Jaka mulai melaju di jalanan keluar dari perumahan Citraland. Anindiya mulai memainkan ponselnya untuk mengusir kejenuhan yang sedang dia rasakan. “Ini nanti jadi ketemuannya di mana Nek?” tanya Anindiya pada sang nenek. “Kita nanti ketemuannya di Pandaan. Tolong nanti jaga sikapmu, Nin. Jangan sampai mempermalukan nenek karena kelakuanmu. Jadilah wanita yang manis nanti saat bertemu dengan mereka,” ucap nenek Hamida. “Tenang saja, Nek. Anindya nggak bakalan mempermalukan nenek. Anindya juga tahu lah, Nek. Bagaimana menjaga nama baik keluarga,” ucap Anindiya. Nenek Hamidah yang mendengarnya tersenyum simpul. “Nenek percaya kepadamu,” ucap nenek Hamidah. ???? “Apa harus sekarang kek pertemuannya? Apa tidak bisa di undur nanti saja? Aku merasa pertemuannya ini memang dipercepat. Apa ini sudah kakek rencanakan dari kemarin-kemarin tanpa sepengetahuanku dan tanpa persetujuan ku,” ucap Damian. Kakek Rafael tersenyum mendengar perkataan Damian. Kecerdasan yang dimiliki Damian, dengan mudah membaca situasi yang sedang terjadi padanya. “Memang ini sudah rencana kakek dari dulu-dulu. Sebelum kakek mengatakan kepadamu, kakek sudah bertemu dengan nenek calon tunanganmu,” ucap kakek Rafael. Damian menghela nafas kasar mendengar perkataan yang barusan di katakan sang kakek. Damian tidak menyangka, kalau kelicikan kakeknya menimpanya juga. “Aku belum memutuskan iya atau tidak, kek. Tentang Perjodohan ini. Aku tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan karena keinginan kakek,” ucap Damian. “Tenang saja, Boy. Nanti kamu saat bertemu dengan calonmu pasti langsung jatuh hati. Pasti kamu bakalan menyesal sampai tidak menikah dengannya,” ucap kakek Rafael. “Kakek saja kalau begitu yang menikah dengannya. Jangan aku. Aku sudah punya pacar,” ucap Damian berbohong. “Kalau kakek masih muda, pasti kakek mau sama dia. Tapi sayang sekali umur kakek sudah tidak muda lagi,” ucap kakek Rafael sambil tersenyum. ????
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD