Part 05 Perjodohan

741 Words
Sering kali seseorang merendahkan orang lain karena sebuah derajat dan jabatan. Padahal Tuhan tidak pernah membeda-bedakan para makhluknya. Anindiya menatap langit-langit kamarnya. Merenungi kejadian yang kemarin sudah ia lalui. Di rendahkan karena cuma karena dia tidak memperdulikan pakaiannya. Di pandang sebelah mata kemampuan yang dia miliki. Anindiya menghela nafas kasar. Memikirkan ke depan tentang dirinya. Karena ia sadar tidak selamanya dia akan bekerja di WO. Karena ada tanggung jawab yang harus dia ambil alih. Yaitu perusahaan sang papa. Lamunan Anindiya pudar saat dia mendengar pintu kamarnya ada yang mengetok dari luar. Anindiya turun dari ranjangnya dan membuka pintu. Nenek Hamida masuk ke dalam kamar Anindiya dengan menampakkan raut wajah meneduhkan. “Jam berapa datang?” tanya Nenek Hamida pada Anindiya. “Jam 01.00 malam, Nek,” jawab Anindiya. “Nenek ada yang perlu di bicarakan sama kamu, Nin,” ucap Nenek Hamida. “Sepertinya penting, Nek,” ucap Anindiya. Nenek Hamida menganggukkan kepalanya pada sang cucu. “Duduklah di samping Nenek, Nin!” perintah Nenek Hamida. Anindiya duduk di samping sang Nenek. Entah kenapa tiba-tiba perasaannya tidak enak. Nenek Hamida menatap wajah cantik sang cucu. Dia memegang tangan Anindiya sebelum dia memulai berbicara tentang perjodohan Anindiya dengan cucu sahabatnya. “Nin, Nenek ingin melihatmu secepatnya menikah. Nenek mau menjodohkanmu dengan cucu sahabat Nenek,” ucap Nenek Hamida. Anindiya yang mendengarnya langsung kaget. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikir sang Nenek yang asal menjodohkannya. Karena dia merasa tidak terlalu tua di usianya yang menginjak 25 tahun masih bahagia hidup sendiri tanpa adanya pendamping di sampingnya. Sekarang tidak ada angin dan tidak ada hujan sang Nenek tiba-tiba menjodohkannya dengan cucu sahabatnya yang entah siapa orangnya. “Nek, jangan bercanda. Lelucon ini tidak lucu sama sekali. Mana mungkin Anindiya mau di jodoh-jodohkan seperti ini. Anindiya tidak terlalu tua, Nek. Memang benar Anindiya sudah 25 tahun. Tapi Anindiya masih bahagia hidup sendiri, Nek,” ucap Anindiya. Anindiya menolak akan perjodohan yang di tawarkan sang Nenek pada dirinya. “Ini sudah keputusan Nenek, Anindiya. Kau tidak bisa menolak perjodohan ini. Nanti sore kita akan bertemu dengan sahabat Nenek dan calon suamimu,” ucap sang Nenek penuh perintah. Anindiya yang mendengar keputusan sepihak sang Nenek, secara refleks menjambak rambutnya sendiri. Bibirnya rasanya terkunci kalau Neneknya sudah memutuskan seperti tadi. Nenek Hamida berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Anindiya yang terlihat sangat kesal karena keputusannya yang sepihak. Tanpa mendengar perkataan Anindiya. ???? Di lain tempat, Damian sedang mengobrol dengan sang kakek. Obrolan yang awal mula soal bisnis keluarga yang sekarang di pegang oleh Damian. Semakin lama, obrolan tiba-tiba beralih dengan topik yang tidak terduga sama sekali. Tiba-tiba sang kakek membahas soal perjodohan Damian dengan cucu sahabatnya. “Kakek akan menjodohkanmu dengan cucu sahabat kakek, Son,” ucap kakek Rafael. Damian sangat kaget saat kakek Rafael membahas soal perjodohan. “Kakek mengira Damian pria yang tidak laku, sampai kakek menjodohkan Damian dengan wanita yang Damian tidak kenal sama sekali.” Damian menolak mentah-mentah apa yang sudah di utarakan sang kakek. Damian tidak mau hidupnya di atur-atur oleh siapa pun. Termasuk sang kakek. Karena buat Damian, sebuah pernikahan itu sakral. Dia tidak ingin sampai karena keegoisannya, rumah tangganya akan menjadi taruhannya. Ia ingin menikah dengan wanita pilihannya. Bukan malahan dengan wanita yang di jodohkan dengannya. Damian memang benar sangat menyayangi sang kakek. Tapi kalau masalah yang satu ini, Damian tidak bisa menurutinya. “Apa kamu tidak menyayangi kakekmu yang sudah tua ini, Son?” tanya kakek Rafael dengan muka sedih. Damian yang melihatnya cuma bisa menghela nafas kasar. Dia tidak menyangka kalau dia akan berada di situasi yang tidak menguntungkan untuk dirinya. “Memang siapa wanita yang ingin kakek jodohkan dengan diriku?” tanya Damian ingin tahu. Kakek Rafael tersenyum bahagia mendengar perkataan Damian. “Nanti malam kita akan bertemu dengannya. Dia sosok wanita yang baik dan sangat mandiri. Meskipun dia sangat keras kepala,” ucap kakek Rafael. Damian mengerutkan dahi saat mendengar apa yang barusan di katakan kakeknya. Sepertinya kakeknya sangat mengenal wanita yang akan di jodohkan dengan dirinya. Karena sepengetahuannya, kakeknya sangat tidak peduli dengan urusan orang lain. Terlebih lagi sampai mencari tahu sedetail itu tentang seseorang. “Aku mau bertemu dengannya. Tapi keputusan masih ada di tanganku, Kek. Kakek tahu sendiri kalau aku paling tidak suka di jodoh-jodohkan seperti saat ini,” ucap Damian dengan sungguh-sungguh. Kakek Rafael tersenyum simpul mendengar apa yang barusan di katakan cucunya. Kakek Rafael sangat menghargai keputusan Damian. Karena buat kakek Rafael, kebahagiaan Damian adalah segalanya untuk hidup kakek Rafael. “Baiklah kalau itu sudah keputusanmu. Kakek cuma berharap semoga saja kamu dan dia bisa berjodoh, Son,” ucap kakek Rafael. ????
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD