Prolog

389 Words
Menikah dengan seorang pewaris dari Magata Corporation tidak pernah terbayangkan oleh Anindiya Carmel. Wanita cantik yang kesehariannya bekerja sebagai makeup artist. Anindiya memikirkan perkataan sang nenek yang akan menjodohkan dirinya dengan cucu sahabatnya. Ia tak habis pikir kenapa sang nenek ingin menjodohkannya. Padahal dia juga tidak terlalu tua dengan umurnya yang menginjak 25 tahun yang masih menikmati kesendiriannya. Damian Al-Barack adalah pria yang akan dijodohkan dengannya. Pria tampan dengan ekspresi dingin yang terpancar di wajahnya. Terlihat sangat misterius dan angkuh. *** "Ya Tuhan, nek. Sekarang bukan zaman Siti Nurbaya yang harus jodoh-jodohan. Aku masih ingin menikmati masa muda ku," ucap Anindiya pada sang nenek. "Nenek sudah ingin menimang cucu darimu, Nin," ucap sang nenek dengan raut wajah sedih. Anindiya yang melihat sang nenek menampakkan raut wajah sedih cuma bisa menghela nafas kasar. Bukan maksud menolak apa yang diinginkan sang nenek. Anindiya masih tidak ingin berkomitmen dengan laki-laki manapun. Ia masih trauma dengan kedua orang tuanya yang meninggal karena sebuah kecelakaan mobil. Perdebatan-perdebatan kecil kedua orang tuanya yang menjadi malapetaka. Anindiya melihat bagaimana kedua orang tuanya meninggal di tempat. "Nenek tahu sendiri bagaimana trauma itu masih menghantuiku. Ayah yang sangat aku hormati tega menghianati mama. Kalau ayah tidak selingkuh, pasti keluargaku masih utuh dan bahagia," ucap Anindiya menahan sakit dihatinya teringat kedua orang tuanya. "Ayahmu sangat mencintai mamamu, Nin. Semua yang kamu lihat dan dengar tidak seperti kenyataannya. Coba buka hatimu. Jangan jadikan traumamu itu sebagai penghalang kebahagiaanmu," ucap sang nenek. "Aku sudah bahagia, nek. Aku tidak ingin apa-apa lagi. Hidupku sudah sempurna dengan kesendirianku," ucap Anindiya dengan tegas. Sang nenek hendak berbicara lagi, Anindiya sudah berjalan pergi meninggalkan sang nenek sendiri. "Kapan Nin, nenek bisa melihatmu di pelaminan. Nenek takut tidak bisa menemanimu lebih lama lagi," batin sang nenek. **** Di Lain tempat, Damian sedang berdebat dengan sang kakek yang kekeh menjodohkannya dengan cucu sahabat baiknya. "Damian, kakek tidak ingin ada penolakan darimu," ucap sang kakek dengan suara keras. "Kakek ini apa-apaan main jodoh-jodohan. Aku saja tidak mengenal wanita itu, bagaimana bisa aku akan menikah dengannya. Please, jangan main jodoh-jodohan. Cucumu ini pria yang tampan dan sukses, dijodohin seperti aku itu tidak laku saja, kek," ucap Damian penuh penekanan. Ia tak habis pikir dengan jalan pikir kakeknya. Bagaimana nasib Anindiya dan Damian? Akankah mereka menikah dan bahagia? Ataukah cobaan silih berganti menerpa mereka?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD