BAB 2

1033 Words
Beberapa tahun kemudian. Terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Wanita berambut gelap itu berdiri di bawah guyuran air shower sembari menggosok-gosokkan badannya dengan lembut. Selang beberapa menit, dia mematikan air shower dan keluar dari kamar mandi dengan mengenakan jubah mandi berbahan pile fabric, kain yang bertekstur seperti handuk dan lembut di kulit. Dia mengambil handuk kecil untuk menyeka air yang ada di kepalanya. Ketika melewati kamar, sepasang netra berwarna zamrud itu menoleh ke arah jam dinding kamar yang menunjuk pada angka tujuh. Kantor pribadinya biasa buka pukul delapan pagi jadi dirinya masih punya waktu satu jam untuk bersiap-siap. Kaylee Houston, seorang wanita berusia dua puluh sembilan tahun dengan rambut hitam sepunggungnya telah menyandang gelar sebagai advokat dan memiliki kantor pribadi sejak dua tahun yang lalu. Di mana dirinya berhasil menyelesaikan pendidikannya pada usia dua puluh lima tahun. Dia menghabiskan waktu tujuh tahun untuk mendapat gelar sarjana dan gelar sekolah hukum. Wanita yang akrab dipanggil Kaylee itu melirik ke arah ponselnya yang tergeletak di atas meja rias. Setelah memeriksa nama seseorang yang menghubunginya, Kaylee kembali berkonsentrasi memoleskan beberapa bahan make up ke arah wajahnya. Dering ponsel yang sama terus berulang hingga tiga kali dan tetap di abaikan oleh Kaylee. Wanita itu terlihat begitu sibuk pagi ini karena akan ada pertemuan penting dengan kliennya. Setelah memastikan wajah dan rambut lurusnya tertata dengan baik, dia bangkit dari atas kursi. Kaylee pergi ke sudut lain untuk meraih tas dan memasukkan beberapa berkas yang dia kerjakan kemarin malam ke dalam tas. Sebelum keluar dari kamar, Kaylee meraih ponselnya yang sudah berhenti berdering. Sampainya di basemen apartemen, Kaylee segera masuk ke dalam mobil. Dia mulai menyalakan mesin mobil dan melajukan mobil tersebut menuju kantornya. Sepanjang jalan, Kaylee menyalakan radio untuk mendengarkan beberapa berita di pagi hari. Dan itu sudah menjadi kebiasaannya selama beberapa tahun terakhir. Membutuhkan waktu sepuluh menit untuk sampai di kantornya. Kaylee menyewa sebuah gedung di Polaris Tower untuk kantornya. Dia menyewa ruangan kantor yang berada di lantai lima. Kantor pribadinya tersebut hanya diisi oleh tiga karyawan. Dua orang yang merupakan pria dan wanita yang menjadi asistennya sedangkan satunya adalah karyawan yang menjaga ruang informasi. Tak lama kemudian mobil yang dikendarai Kaylee sudah memasuki tempat parkir gedung tersebut. Kaylee segera membuka pintu dan keluar dari mobil. Langkah kakinya mulai terdengar saat Kaylee melewati pintu masuk gedung dan pergi menuju lift. Sampainya di dalam lift, Kaylee menekan tombol lantai lima lalu perlahan lift mulai tertutup. Kaylee memeriksa ponselnya kembali saat terdengar nada panggilan. Dia menghela napas pelan dan mengangkat panggilan tersebut. "Halo," sapa Kaylee. "Kay, kenapa kau mengabaikan panggilanku?" Kaylee menghela napas pelan saat mendengar nada suara dari Duane seperti orang kesal. Dia pun tidak menyalahkan kekesalan Duane karena memang tidak mengangkat telepon kekasihnya dengan sengaja. "Aku sedang sibuk, Duane. Nanti saja aku telepon lagi," ucap Kaylee hendak memutuskan sambungan telepon. "Jangan mengabaikan ku, Kay. Aku sudah cukup sabar diabaikan olehmu. Kenapa kau tidak berusaha meluangkan waktu untuk berbicara denganku meskipun lewat telepon?" "Aku sedang sibuk, Duane. Sudah dulu. Nanti aku telepon lagi," ucap Kaylee dan langsung memutuskan sambungan telepon Duane. *** Pria itu menatap sebuah patung Yesus yang berukuran raksasa. Dari tempatnya berdiri, patung itu dapat dilihat dengan jelas. Sebelah tangan Elmer menarik penutup gelas kaleng hingga terdengar suara soda yang baru terbuka. Elmer mendekatkan minuman itu lalu menenggaknya hingga kaleng menjadi kosong. Elmer menarik napasnya dalam-dalam. Dia tidak menyangka jika kehidupan asmaranya akan serumit ini. Setelah mencoba mengikhlaskan kepergian Violetta, Elmer mencoba menjalin hubungan dengan seorang wanita. Awalnya hubungan mereka baik-baik saja sampai akhirnya sepulangnya dari rumah sakit dan pergi ke apartemen kekasihnya untuk memberi kejutan di hari ulang tahun, Elmer justru menyaksikan kekasihnya sedang bermesraan dengan pria lain di apartemen. Sontak hal tersebut pun membuat Elmer merasa cemburu. Tetapi wanita yang dikenal dengan nama Deloris Mcdaniel justru memutar kesalahannya pada Elmer. "Saat aku membutuhkanmu, kau ada di mana El?!" tanya wanita itu. Sebuah pertanyaan yang pernah dia dengar dari mantan kekasihnya dulu. Ya, profesinya sebagai seorang dokter yang harus tetap siaga meskipun saat sedang berkencan dengan kekasihnya membuat Elmer harus kehilangan mereka. "Hubunganmu kembali putus?" Elmer menoleh ke arah temannya yang mengenakan seragam senada dengannya. Elmer hanya terkekeh pelan. Dia membuang napasnya dengan kasar. "Ya," jawabnya membuat pria sebaya dengan dirinya justru tertawa. "Ada yang mengatakan, jika kau ingin punya kekasih, maka biarkan kekasihmu menguasai waktumu. Sepertinya ucapan itu memang benar," celetuk Taylor. Elmer menyusul tawa Taylor. "Beberapa orang ada yang tidak dapat menerima pasangan dengan baik," balas Elmer. "Aku punya kenalan di media sosial. Namanya Tabatha Cross. Dia cukup cantik dan tentunya seksi." Taylor merogoh celananya untuk mengambil ponsel. Lalu menunjukkan sebuah foto seorang wanita pada Elmer. "Ini fotonya. Bagaimana menurutmu? Apa kau bersedia kencan dengannya?" Elmer memperhatikan foto itu sekilas. "Aku sudah bosan. Simpan saja untukmu," jawab Elmer merasa enggan untuk merasakan patah hati yang ke sekian kalinya. "Dia cantik. Seorang model." "Aku tidak ada waktu untuk itu lagi. Kecuali jika kau bersedia mengganti jadwal kerjaku besok," ucap Elmer. "Dia sudah mempunyai kekasih," balas Taylor dan segera memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celana. "Sejak kapan dia punya kekasih?" tanya Elmer sembari tertawa. "Satu menit yang lalu," jawab Taylor. Tiba-tiba mereka saling tertawa. Sampai akhirnya tawa Elmer mereda lebih dulu. Suasana malam itu cukup dingin dengan semilir angin malam yang menyapu wajah mereka. Elmer lebih senang menghabiskan waktu luangnya ketika malam hari di taman. Udaranya lebih sejuk jika dibandingkan siang hari. "Apa operasi pen mu berjalan lancar?" tanya Taylor. "Ya. Walaupun sedikit sulit saat sedang melakukan cangkok tulang, semuanya berjalan lancar," jawab Elmer. "Langit malam adalah pemandangan terindah di dunia," ucap Taylor. Elmer tersenyum tipis. Dia menengadahkan kepalanya, menatap pemandangan langit malam yang gelap dengan beberapa bintang yang mencoba menunjukkan sinarnya. "Ya," balas Elmer mengiyakan. *** Kaylee pulang tepat pukul enam sore. Saat keluar dari dalam mobil hendak masuk ke dalam gedung apartemennya, Kaylee terlonjak karena rasa sakit yang tiba-tiba menyerang kakinya. Dia pun meringis kesakitan seraya mengelus permukaan kaki kirinya. "Kenapa tiba-tiba sakit seperti ini?" gumam Kaylee pelan lalu berjalan tertatih menuju lift. Ketika sudah berada di dalam kamar, Kaylee memeriksa kakinya. Terdapat ruam merah di sekitar kakinya. Sekilas kaki kirinya terlihat hampir membengkak. Merasa penasaran pada sakit yang tiba-tiba dia rasakan, Kaylee memutuskan untuk pergi ke dokter besok pagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD