Episode 2

1447 Words
Gadis cantik berkulit kuning langsat dengan rambut hitam pekat yang ikal sedang mengantar makanan ke meja tamu. "selamat menikmati" ucapnya dengan senyuman indah setelah selesai meletakan hidangan ke meja tamu.  Ia pun berjalan lagi ke meja yang sudah tidak ada pengunjungnya dan ia membersihkan meja tersebut hingga bersih. Gadis manis rambut ikal itu sangat rajin dan selalu ceria sehingga semua pekerja dan pelanggan sangat senang dengan adanya dia.  Gadis murah senyum itu bernama Anisha Salma Aqilla gadis berusia 20 tahun yang bekerja di salah satu cafe yang ada di Surabaya. Ansiha adalah anak yang sangat penurut, murah senyum, sangat baik dan menghargai orang orang yang ada di sekitar. Anisha sangat di sayang oleh pelimilik cafe tersebut, karena Anisha sudah bekerja di cafe tersebut dari Anisha masih duduk di bangku SMA. Anisha juga sering di ajarkan memasak oleh pemilik cafe, karena Anisha sangat hobi makan jadi dia harus bisa masak makanan yang ia mau makan.  ----------@@@@@---------- Anisha Salma Aiqilla  "selamat malam semuanya" pamit ku pada pekerja lain. Aku keluar melalui pintu staff yang berada di belakang cafe dan mengampiri sepeda ku. Aku memasang headset ke telinga dan memutar musik dari handphone. Setelah semuanya siap, aku pun mengendarai sepeda pinkku. Angin malam ini bertiup dingin ke wajah ku, aku pun menikmati nya sambil mendengarkan musik yang ku dengar sambil bersenandung mengikuti nadanya.  Aku mengendarai sepeda ke tempat kerja ku karena rumah ku tidak terlalu jauh, dan juga aku bisa menikmati keindahan malam di Kota Surabaya. Aku adalah gadis yatim piatu, orangtua ku meninggal karena kecelakaan mobil saat usiaku berumur 6 tahun setelah itu aku di a*u oleh temen ibu ku. Walaupun aku tidak memiliki orang tua, tapi kasih sayang yang di berikan oleh ibu angkatku sangat berlimpah seperti ibu kandung ku sendiri. Aku sangat menyayanginya dan ingin membantunya, maka dari itu sejak SMA aku sudah mulai bekerja untuk membantu ekonomi ibu. Untung saja pemilik cafe tempat ku bekerja sekarang sangat menerima ku untuk bekerja disana. Tak terasa aku sudah mengendarai sampai rumah dan melihat ibu sedang duduk di teras. "selamat malam bu, ibu kok di luar angin malam sangat kencang bu" ucapku sambil meletakan sepeda ku dan tidak lupa menguncinya. "iya nak, ibu baru saja menutup warung jadi ibu berfikir sekalian menunggu kamu" ucap ibu  "lain kali ibu tunggu di dalam rumah saja bu, Nisha gak mau ibu sakit gara gara nungguin Nisha" ucap ku dan menghampiri ibu sambil mencium tangan ibu. Setelah itu aku pun ikut duduk di samping ibu dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tas. "bu, ini gaji Nisha bulan ini" aku menyerahkan amplop untuk di berikan kepada ibu. Terlihat ibu menolak amplop yang ku berikan. "tidak usah Nisha, ibu masih ada uang kok. Sebaiknya uang itu kamu tabung buat kebutuhan kamu" "bu, Nisha sudah mengambil untuk Nisha tabung. Dan memang gaji ini khusus untuk ibu, jadi Nisha besok kepengen makan sop buntut buatan ibu yang paling endul" kata ku sambil tertawa sedikit dan menyerahkan kembali amplop tersebut. "baiklah nak, besok pulang cepat ya, dan ibu akan masakan sop buntut kesukaan kamu" "Siap ibu tercinta, Nisha masuk dulu y bu. Nisha mau bersih bersih" ibu menganggukan kepala "ibu juga cepetan masuk disini sangat dingin" sambung ku. "baiklah, jangan lupa lihat adikmu dulu sudah tidur apa belum" aku pun menganggukan kepala dan memasuki rumah. Ouh iya aku belum memperkenalkan ibu tercinta ku.  Nama nya adalah Bu Darmi Yusniawati ia berusia 65 tahun, Bu Darmi sudah pernah menikah dan suaminya meninggalkan Bu Darmi karena Bu Darmi tidak bisa memiliki anak. Setelah 3 tahun hidup sendiri ia pun mengadopsi diriku karena Bu Darmi adalah sahabat mama ku. Kehidupan kami sangatlah sederhana, Bu Darmi membuka warung kecil di depan rumah kami. Dan sekitar 7 tahun lalu, Bu Darmi menemuka bayi perempuan di depan pintu rumah kami. Bu Darmi pun merawat bayi perempuan itu dan di beri nama Lestari Hartadiningsi. Aku juga membantu ibu merawat adik kecilku yang cantik, hingga sekarang ia sudah besar berumur 7 tahun. Itu adalah cerita dari ibu angkatku. Aku membuka pelan pintu kamar ibu dan melihat Lestari sudah terlelap, aku pun membenarkan selimutnya dan mematikan lampu kamar. Aku berjalan ke menuju kamar ku meletakan tas ku di atas meja belajar. Setelah mandi dan mengganti pakaian tidur, aku berbaring di tempat tidur dan memainkan ponsel ku. Aku melihat ada 2 panggilan yang tidak ku jawab tadi di saat aku mandi. Aku melihat namanya tertera adalah 'IBU VANIA'  Aku pun menelpon balik Ibu Vania, Ibu Vania adalah pemilik cafe tempat ku berkerja sekarang. Mungkin ada hal yang penting sehingga dia menelpon malam malam. "Assalamualaikum Bu Vania, maaf bu tadi tidak mengangkat panggilan dari ibu. Tadi saya sedang mandi bu" "Waalaikumsalam Anisha, tidak apa apa sayang. Ibu ada perlu sama kamu Anisha. Bolehkah ibu menggangu waktu istirahat kamu" tanya Bu Vania dari sebrang telepon. "tidak masalah bu, Anisha sedang santai sekarang. ada apa ya bu? apakah di cafe ada masalah?" tanya ku "tidak nak, semua di cafe aman diurus sama seketaris ibu. Ibu mau minta tolong ke kamu, bisakah besok kamu ke Bali menghampiri ibu? ada sesuatu yang ingin ibu sampaikan tetapi ibu mau sampaikan langsung tidak lewat telepon sayang. ibu tidak bisa balik ke Surabaya untuk sementara waktu ini" ucap ibu dengan nada yang sendu. Aku mendengar nada sendu dari Bu Vania menjadi kepikiran ada masalah apa Bu Vania di Bali. Bu Vania udah 2 minggu lalu berangkat ke Bali dengan mendadak, kami semua tidak tahu msalahnya. "maaf Bu Vania, apakah tidak bisa di bicarakan lewat telepon aja bu" "tidak bisa Anisha, Ibu mau kamu datang ke Bali dan ibu akan sampaikan langsung ke kamu. Kamu tidak perlu khawatir tentang ongkos, ibu akan biayain semuanya sampai kamu ke Bali sayang. Ibu mohon bantu ibu ya" dengan nada memohon Ibu Vania meminta ku ke Bali menyusulnya. Dengan nada seperti itu membuat ku tidak enak dengan Bu Vania, ia sudah sangat baik kepapda ku dan aku ingin menolongnya. "baik bu, tapi Anisha minta izin ke ibu Anisha dulu ya. nanti jika sudah di izinkan Anisha akan mengabari ibu" "baiklah nak. ibu tunggu kabar baiknya.Assalamualaikum Anisha" "Waalaikumsalam bu" panggilan telepon dengan Bu Vania pun berakhir.  Aku sangat bingung bagaimana menyampaikan nya kepada ibu, apakah ibu memperbolehkan ku pergi atau tidak. Tetapi aku mendengar suara sendu dari Bu Vania dan memohon dengan tulus meminta ku datang menjumpainya di Bali, membuat ku tidak bisa menolak permintaannya. Aku melihat jam sudah pukul 10 malam, aku pun berjalan keluar kamar dan mengetuk pintu dan membuka pelan pintu kamar ibu. Aku melihat ibu sedang siap siap ingin beranjak tidur. "ada apa nisha?" tanya ibu "bu, bolehkah Nisha berbicara dengan ibu sebentar?" tanya ku. Ibu pun menganggukan kepala dan berjalan ke ruang tamu. Akupun mengikuti ibu dan duduk di samping ibu. "ada apa sayang?" tanya ibu ku "bu, tadi Bu Vania menelpon Nisha. Dan ia menyuruh Nisha besok untuk menghampirinya di Bali bu. Suara Bu Vania sangat sendu dan ia sangat memohon meminta ku untuk menemuinya bu. Karena mendengar suara Bu Vania yang sendu dan memohon begitu jadi tidak bisa menolaknya bu" ucap ku dengan ibu sambil memainkan jari jari ibu ku di telapak tangan ku. Ibu mengusap kepala ku dan berkata "yah kamu harus pergi sayang, ibu memeberi izin kamu untuk pergi. Kasihan Bu Vania mungkin ia benar benar meminta pertolongan dirimu. Bu Vania adalah orang yang sangat baik sama keluarga kita apasalahnya kita menolongnya sedikit" ucap ibu ku. Aku pun memeluk ibu dengan erat. "terimah kasih bu, tapi apakah tidak apa apa ibu sendiri dengan Lestari" "tidak apa apa sayang, ibu walaupun sudah tua tetapi tenaga anak muda" canda ibu dengan senyuman indah aku pun tertawa mendengar ibu.  "kapan kamu berangkat ke Bali" "kata Bu Vania besok Nisha berangkat ke Bali bu. tapi Bu Vania masih menunggu kabar dari Nisha apakah diizinkan oleh ibu atau tidak"  "kalau begitu kabarin sekarang, tidak enak dengan Bu Vania menunggu lama nak. ibu juga ingin ke kamar lagi sudah mengantuk" ucap ibu ku. Aku pun mengucapkan selamat malam kepada ibu dan memasuki kamar ku lagi. Aku pun menghubungi Bu Vania lagi. "Assalamualaikum bu, tadi Anisha sudah sudah meminta izin kepada ibu, dan ibu mengizinkan Anisha ke Bali bu"  "Waalaikumsalam nak, kalau begitu kamu siap siap kan barang kamu ya. Ibu akan memesankan tiket untuk kamu. Sampai bertemu besok di Bali sayang" setelah mengucapkan salam, panggilan telpon pun berakhir. Aku sangat bingung apa saja yang harus di siapkan, berapa hari aku di sana. apalagi ini adalah perjalanan pertama ku menaiki pesawat dan pertama kali nya aku ke Bali. tanpa ku sadari aku tersenyum karena tidak sabar hari ini. Ting Aku mengambil ponselku melihat ada pesan dari Bu Vania, Bu Vania sudah mengirimkan tiket pesawat ku atas nama diriku. Setelah memasukan keperluan ku ke dalam tas, aku pun beranjak untuk tidur. ----------@@@@@----------
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD