Episode 3

2067 Words
Alarm dari ponsel Anisha sudah berbunyi menunjukan pukul 4 subuh. Anisha pun terbangun dan mematikan alarmnya dan menuju kamar mandi. Setelah mandi dan solat subuh Anisha pun keluar dari kamar menghampiri ibu nya yang sedang menyiapkan sarapn pagi. "selamat pagi ibu, ada yang perlu Nisa bantu" aku mendekati ibu yang sedang memasak nasi goreng. "tidak ada sayang, kamu mendingan panggil Lestari untuk sarapan sebentar lagi siap" Anisha pun berjalan menuju kamar ibu nya mengetuk pintu dan membukanya. Anisha melihat Lestari yang sudah rapi dengan pakaian merah putihnya. "selamat pagi adik tercantik kakak" Anisha mengucapkan selamat pagi dan mencium kening adiknya. "selamat pagi kkak Tari yang lebih cantik" ucap adik Anisha dengan senyuman lebar. "yuk sarapan. ibu sudah memasak nasi goreng dengan mata sapi setengah matang kesukaan kamu" "benarkah....hayuk kak Tari sudah lapar" Kami pun keluar dari kamar dan duduk di meja makan, dimeja makan sudah tersedia nasi goreng beserta telur mata sapinya yang setengah matang. Anisha dan Lestari sangat suka dengean telur setengah matang. "Nisa nanti kamu berangkat jam berapa?'tanya ibu. "pesawat Nisa jam 2  bu, tapi Nisa sekarang mau ke cafe dulu mau minta cuti dulu bu. habis makan siang baru Nisa ke bandara nya bu" jelas Anisha. "baiklah nak, berarti nanti siang kamu makan di rumah ya. ibu masak sop buntut kamu"  Lestari meliat ke arah kakaknya dan bertanya "Kak Nisa mau kemana kok ke bandara" "kakak ada urusan pekerjaan di Bali, jadi kamu berdua sama ibu di rumah dan kamu harus menjaga ibu dan nurut sama ibu" jelas Anisha. Lestari pun menganggukan kepala "siap kakak. tapi ketika kakak pulang kakak harus membawakan oleh oleh yang banyak ya" Lestari mengeluarkan suara yang lucu sambil membulatkan kedua tangannya yang besar. Anisha dan Lestari sudah siap dengan sarapannya, seperti biasa Anisha mengantar adiknya kesekolah menggunakan sepeda. Sekolah Lestari tidak jauh dari rumah sehingga kalau pulang sekolah Lestari bisa pulang dengan berjalan kaki. ----------@@@@@---------- Anisha Salma Aqilla Aku memasuki rumah sederhana ku sambil mengucapkan salam dan ibu dari arah dapur menyambut salamku. Aku mengampirinya dan melihat ibu sedang menyiapkan makan siang. "Nisa kamu sebaiknya mandi dulu siap siap, baru makan siang. sopnya sedang ibu panaskan lagi" ucap ibu dan aku pun menurut dan menuju kamar ku. Setelah mandi dan mengecek ulang barang bawaanku memastikan tidak ada yang tertinggal. Aku pun menuju cermin melihat penampilanku. Aku mengenakan kaos putih beserta cardikan pastel dipadukan dengan celana jeanshitam. Aku juga menguncir rambut ikal ku dan mengenakan ransel untuk barang barangku.  Aku meletakan tasku diruang tamu dan duduk di meja makan bersama ibu. Kami menikmati msakan ibu yang sangat lezat, aku sangat menyukai sop buntut buatan ibu. Setelah kami makan aku duduk di ruang tamu sambil melihat ponselku memastikan jam terbangku. Sejujurnya aku sangat deg degan, ini pertama kali aku naik pesawat aku sangat takut jika ada kesalahan. "nisa kamu udah bener bener cek barang kamu? tidak ada yang tertinggal kan ini pertama kalinya kamu pergi jauh nisa. ibu sangat khawatir" deretan ucapan ibu yang tidak berhenti bolak balik bertanya . aku tersenyum dan menyuruh ibu dudu kdi sebelah ku. "bu, ibu udah bertanya lima kali tentang itu. Nisa tidak ada yang ketinggalan barang karena nisa sudah mengeceknya berkali kali. ibu tidak usah khawatir, sebaiknya doakan nisa selamat sampai tujuan" "baiklah nak, ibu akan selalu mendoakan kamu yang terbaik"  Aku melihat mobil taxi online ku sudah tiba di depan rumah. Aku pun berpamitan kepada ibu mencium seluruh wajahnya dan mencium tangannya. Ibu pun sebaliknya mencium seluruh wajahku dan memelukku erat. Setelah pamit dengan ibu aku memasuki taxi online dan menuju bandara. ----------@@@@@---------- Anisha telah tiba di Bandar Udara Ngurah Rai beberapa menit lalu. Ia pun baru saja mengabari ibunya yang di Surabaya jika ia sudah tipa di Bali dan setelah mengabari ibu nya, Anisha juga mengabari Bu Vania jika ia telah sampai dan menuju pintu keluar.  Anisha keluar dari pintu bandara langsung melihat Bu Vania menunggu di depan,ia mengampirinya dan menyalin tangannya. "assalamualaikum bu, ibu apa kabar?" "waalaikumsalam Anisha, kabar ibu baik kamu gemana kabarnya keluarga di Suarabaya gemana kabarnya?" tanya Bu Vania "Alhamdulillah bu semua baik" ucap Anisah  Bu Vania mengandeng tangan ku menuju mobil nya yang tidak jauh dari arah kami. Seorang bapak yang udah cukup umur membukakan pintu mobil untuk Bu Vania. mereka pun memasuki mobil hitam yang sangat mewah dan mengkilat. "bu, sebenarnya ada apa y kok tiba tiba saya di suruh menghampiri ibu kesini" tanya Anisha dengan nada penasarannya. "sabar Anisha, kamu pasti lelah sebaiknya hari ini kamu beristirahat di hotel saja dan besok akan ibu beritahu alasan ibu memnyuruhmu ke Bali"  Anisha pun menganggukan kepalanya, ia sangat canggung sekali walaupun ia sudah dekat Bu Vania tetapi dia tetap menghargai Bu Vania adalah atasannya. Tak terasa mereka pun sambil di hotel yang sebenarnya tidak jauh dari apartment dari Alvaro. Anisha dan Bu Vania pun turun dari mobil menuju meja receptionis. Bu Vania mengambil kartu kamar yang akan di tempati Anisha selama di Bali dan menyerahkannya kepada Anisha. "kamu istirahatlah, untuk makan malam nanti pelayan akan mengantarkan makanan ke kamar mu. Maaf ibu tidak bisa lama laam menemani mu disini, ibu ada keperluan penting di rumah" ucap Bu Vania dengan terburu buru. Anisha pun mengerti dan memberikan salam kepada Bu VAnia dan menaiki lift. Bu Vania terlihat gelisah memsuki mobil dan melihat jam, tak terasa ia sudah meninggalkan rumah lebih dari 2 jam. ia yakin kalau anak gadisnya di apartment Alvaro sedang kualahan menenangkan bayi bayi yang nangis. ----------@@@@@---------- Vania Narendra  Aku membuka pintu rumah Alvaro dan melihat anak gadisku sedng menggendong dua bayi sekaligus sambil menonton televisi.  "MAMA..., kenapa lama sekali perginya katanya hanya 2 jam saja tapi liat tuh udh hampir 3 jam mama keluar. tangan Sovia sudah pegel sekali menggendong dua bayi ini mereka tidak mau di letakan di boxnya mama" aku tersenyum melihat anak gadis ku yang sangat kebingungan merawat dua bayi sendirian. Jam segni Alvario belum ada di rumah, semenjak istrinya meninggal ia selalu pulang larut malam menghabiskan waktunya di kantor. "maafkan mama sayang, tadi Anisha agak sedikit lma keluarnya" jelasku dan mengambil bayi perempuan dari tangan Sovia dan meletakan di boxnya secara perlahan karena mereka sudah terlelap. Diikuti oleh Sovia juga meletakan bayi laki laki ke dalam boxnya. "Jadi ma, Anisha sudah tiba di Bali? jadi kapan mama mau mempertemukan nya dengan kak Varo?" tanya Sovia dengan penasaran. "Besok kan libur mama mau menemukan mereka dan mam rencananya menemukan mereka baru menjelaskannya ke Anisha apalagi kalau anisha sudah melihat bayi bayi lucu ini seperti nya ia akan susah untuk menolak." "Mama sangat licik sekali, itu namanya pemaksaan ma kasihan Anisha terpaksa gitu." "Itu bukan licik tapi cerdas, mama tau sifat Anisha ia memiliki hati yang sangat baik jadi susah untuk menolak apa lagi ia melihat bayi bayi ini yang baru di tinggal ibu nya pasti ia tidak tega dan Anisha itu wanita yang pas banget buat kakak kamu yang dingin menyeramkan. Kadang mama aja kedinginan kalau berdua dengan kakak kamu tuh," ungkap ku kepada Sovia. Aku melihat ponsel dan menghubungi keadaan Anisha di hotel,  "Asalamualaikum Anisha" "Waalaikumsalam Bu Vania" "Apakah kamu nyaman di hotel?" tanya ku. "Bu, hotel ini sangatlah nyaman dan terlalu besar untuk Anisha sendiri. Tapi terimah kasih Bu Anisha sangat menyukainya." Ungkap Anastasya. "Alhamdulillah jika Anisha suka dengan hotelnya, hari ini kamu istirahat aja ya kalau perlu kebutuhan lain kamu tinggal hubungi pihak hotel pakai telphone yang ada di sebelah tempat tidur ya." Ujar ku memberi tahu Anisha. Kami pun mengahiri panggilan setelah mengucapkan salam. ----------@@@@@---------- Hari sudah semakin larut dan waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Alvaro baru saja memasuki apartmentnya dan duduk di sofa menyenderkan kepala ke sandaran sofa dan memejamkan mata. Semenjak istrinya meninggal ia sangatlah sibuk dan selalu pulang larut malam, ia sengaja menyibukan diri di kantor agar di apartment ia bis tidur.  Tiba-tiba lampu ruang tamu pun menyala, Alvaro pun membuka mata dan melihat siapa yang masih terbangun jam segini. Teryata itu adalah mamanya. "Alvaro, dari tadi Mama menunggu kamu dan mama sudah menghubingi kamu tapi ponselmu mati," ucap Mama Alvaro. "Ada apa ma? Maaf tadi ponsel Varo mati." Ucp Alvaro dengan singkat. "Besok adalah hari minggu Mama mau memperkenalkan kamu dengan ibu baru anak kamu. Jadi kamu jangan kemana mana." kata Mama Alvaro. "Baiklah ma, Alvaro tidak akan ke kantor. Varo ke kamar dulu." kata Alvaro tanpa ekspresi dan Alvaro pun memasuki kamarnya. --- Hari esok pun telah tiba dengan cuaca yang sedikit mendung menyelimuti Kota Bali. Sekarang sudah pukul 10 pagi dan Bu Vania sudah sampai di hotel tempat Anisha menginap.Bu Vania sedang menunggu Anisha di lobi. Tidak sampai 15 menit Anisha telah sampai di lobi dan menghampiri Bu Vania. Anisha pun mengucapkan slam kepada Bu Vania dan dudu kdi hadapan Bu Vania. "Kamu Sudah sarapan,Nak?" tanya Bu Vania. "Sudah Bu tadi jam 8 Anisha sudah sarapn di hotel," jelas Anisha dengan lirih. "Hari ini ibu akan menjelskan maksud ibu mendatangkan kamu ke Bali, dan ibu ingin mempertemukan kamu dengan seseorang," kata Bu Vania. "Ibu harap kamu mau menerima permintaan ibu nanti ya," ungkapnya lagi dengan suara memohon. "Ada apa ya bu?" tanya Anisha. Bu Vania hanya tersenyum. "Nanti kamu akan tau." Bu Vania dan Anisha pun menuju apartment Alvaro. Setelah sampai mereka pun memasuki lift dan memencet tombol 35. "Bu, kita mau kemana? kok tinggi sekali Bu." "Ini adalah apartmentnya anak lelaki ibu. Ibu juga tidak mengerti kenapa dia mengambil apartment yang tinggi sekali," ucap Bu Vania. Bu Vania membuka pintu dan memasuki nya diikuti oleh Anisha.  Terlihat di dalamnya sangatlah heboh dengan tangisan dua bayi, dan ada seorang gadis cantik sedang berlari dari arah dapur dan berteriak memanggil seseorang, "KAKAK... Tolong bantuin svia dong..." teriaknya sambil mengedor kencang kamar kakaknya. Anisha melihat itu semua sempat bingung dan anehnya Anisha langsung menghampiri dua bayi kembar itu dan menggendong salah satunya sambil menenangkan bayi satunya. Bu Vania dan Sovia pun bingung dan kaget dengan tingkah Anisha yang langsung spontan menggendong bayi tersebut. tak perlu beberapa lama bayi bayi itu pun terdiam dari tangisannya. "Bu, sepertinya mereka haus," saran Anisha. Sovia pun mendatangi Anisha dan menyerahkan 1 botol s**u kepada Anisha dan Sovia memberikan botol lainya ke bayi yang masih di box. Bu Vania melihat pemandangan tersebut pun terenyum dan menghampiri Anisha. "Kamu dengan spontan langsung menggendong bayi ini saat dia menangis dan kamu menenangkan mereka berdua." "Bu, ntah lah tapi Anisha tidak tega mendengarkan mereka menangis seperti tadi jadi Anisha langsung menggendongnya. Maafkan Anisha jika sudah lancang Bu." Ucap Anisha memohon maaf. Bu Vania pun menggeleng kepalanya. "Tidak apa apa sayang, kamu sudah melakukan yang tepat, dan sedikit lagi tindakan kamu bisa membahagiakan bayi kembar ini."  Anisha tidak mengerti makud dari Bu Vania tetapi ia menghiraukan ucapan Bu Vania, ia fokus memberikan s**u kepada bayi yang di gendongannya. Setelah ia memberikan s**u Anisha pun meletakan bayi yang terlelap di dalam boxnya kembali.  "Kak Sovia, kakak apa kabar kak sudah lama kakak tidak main ke cafe," tanya Anisha kepada Sovia. "Kakak baik Nis, iya Kakak kemarin sibuk dengan tugas kuliah ini aja untung libur jadi bisa bantuin Kak Varo disini" "Anisha kita ke ruang tamu dulu yuk, ibu mau mempertemukan kamu denan seseorang." Anisha pun mengikuti Bu Vania ke ruang tamu dan di ruang tamu sudah ada pria dengan wajah yang tegas sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. "Anisha perkenalkan ini adalah anak ibu yang paling besar namanya Alvaro Tristan Arsenio," kata Bu Vania memperkenalkan Alvaro. Alvaro menyimpan ponselnya dan berdiri sambil mengangkat tanganya untuk berjabat tangan dengan Anisha. Anisha menerima jabatan tangan dan memperkenalkan diri. "Nama saya Anisha Salma Aqilla kak." Setelah memperkenalkan diri Alvari pun langsung melepastangannya dan duduk di sofa kembali diikuti oleh Anisha dan Bu Vania. "Langsung saja, kamu mau jadi istri saya dan menjadi ibu dari kedua anak saya yang baru saja kamu kendong dan juga kamu mau jadi ibu asi untuk mereka?" tanya Alvaro langsung tanpa basa-basi.  Mendengar itu Anisha sangat kaget dan sempat beberapa detik ia harus mencerna kata kata itu. Dan Anisha melihat Bu Vania meminta penjelasan dengan raut wajah bingung. "Maafkan anak ibu Nak, ia terlalu mendadak tanpa penjelasan. Tetapi itu semua benar sayang, kamu mau kan jadi istri Alvaro dan menjadi ibu untuk si kembar." Tanya Bu Vania. Seketika dunia Anisha berputar ia tidak bisa berfikir apa maksud dari semua ini, fikiran Anisha sekarang sangat buntu sehingga tidak bisa mengeluarkan pendapat sedikit pun ia hanya bisa terdiam. ----------@@@@@---------- sudah eps 3.  kalau kalian suka janagn lupa di beri love ya teman teman dan tinggalkan pendapat anda di comentar. Terimah kasih. Lope all
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD