6. Malam Pertama

1787 Words
Rei yang sudah mendahuluiku ke kamar sontak kaget mendengar suara pintu yang kubanting. "Sayang, kenapa menutup pintu begitu keras?" "Ah tidak apa-apa sayang. Aku hanya kesal dengan nyamuk-nyamuk itu makanya aku membanting pintu. Siapa tau kaget, jantungan dan langsung mati" jawabku datar. "Memang disini ada nyamuk?" "ada tuh di bawah, dua ekor" Rei mengerutkan keningnya tidak mengerti. 'iya itu, mama dan adik tersayangmu itu' batinku. "Yasudalah, tidak perlu di bahas, aku mau mandi" "Mandi bareng kayaknya seru" goda Rei. "Jangan menggodaku, aku gak mau mandi sama kamu, yaudah aku mandi dulu" ku ambil handuk dan aku langsung menuju kamar mandi. Aku takut Rei akan mengekoriku. Aku keluar dari kamar mandi. Rei menatapku sebelum masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku hanya tertunduk. Pikiran kotorku mulai berjoget, memikirkan apa yang akan terjadi setelah Rei selesai mandi. 'Apa kami akan melakukannya? Apa kami akan bermalam pertama? Apa suamiku akan menyentuhku? Oh shitt, pikiran apa ini. Dasar otak kotor' batinku. Tak lama Rei keluar dari kamar mandi. Dia langsung menghampiriku yang tengah berbaring di ranjang dengan posisi memunggunginya. Aku memakai piyamaku yang tembus pandang, menurutku aku terlihat sexi malam ini. 'Tunggu, kenapa kesannya aku seakan ingin menggodanya malam ini? Kenapa aku sebodoh ini? Dia pasti berpikir kalau aku sengaja mengenakan piyama ini. Bodohnya kau Dia, kau menjerumuskan dirimu sendiri" lagi-lagi aku membatin. "Sayang, apa kau sudah tidur" tanya Rei. Jantungku mulai tak karuan. Jangan bilang dia akan meminta jatah malam ini. "Ah, belum sayang. Ada yang ingin kau bicarakan? Tapi aku sudah sedikit mengantuk, mungkin karna aku lelah" kataku berpura-pura sambil memutar badanku. Kulihat Rei hanya mengenakan handuk yang terlilit di pinggangnya. Aku berharap Rei akan mengajakku untuk beristirahat, tapi "Sayang, aku hanya mau bilang, kalau kau sangat menggoda. Apa kau sengaja menggodaku malam ini? Apa kau sudah tak sabar untuk menghabiskan malam pertama kita?" wajahku langsung memerah. "Tidak, bukan begitu sayang. Apa kau tidak lelah? Bukankah sebaiknya kita istirahat?" aku berharap dia mengiyakan. Lagi-lagi.. "Lelahku akan hilang setelah..." Rei menggantung kaga-katanya. Dia menyentuh daguku dan melumat bibirku. Bahkan aku belum siap dengan itu. Aku hanya mematung saat Rei terus menciumi bibirku, tak ada balasan apapun dariku. Rei menghentikan aksinya karna tak mendapatkan perlawanan. "Sayang, kau kenapa. Apa kau tak suka? Apa aku tak boleh menyentuh istriku sendiri? Ini malam pertama kita, benarkan sayang?" Aku menghindar saat Rei akan menciumku lagi. "Kamu kenapa sayang, apa kamu gak mau berhubungan denganku? Kenapa kau begitu takut? Aku tak akan memakanmu atau memperkosamu. Aku ini suamimu" "Tapi..., Aa... Aku takut" jawabku terbata. "Apa yang kau takutkan sayang, bukankah kita sudah pernah melakukannya? Ini bukan yang pertama kalinya bukan?" aku kembali mengingat kejadian itu, yang membuatku bergidik ngeri. Ketika.... ***** Tok.. Tokk... Tokk.. 'Siapa yang bertamu malam-malam begini' batinku. Aku membuka pintu pelan-pelan. Siapa tau maling, hehe. Tak lupa aku membawa alat tempurku, sapu terbang. Pintu tiba-tiba terdorong kuat dari luar sampai-sampai sapu andalanku terbang. Benarkan? Itu memang sapu terbang, meski terbangnya karena aku sontak mundur oleh dorongan pintu. Yang penting sapunya terbang. Pria itu langsung memegang lenganku erat. Dia membanting pintu dan ingin menciumku. Aku menghindar dan berlari ke kamar, aku belum sempat menutup pintu pria itu langsung mendorong pintu sampai aku terguyur ke lantai. Aku mulai panik.. "Apa yang kau lakukan Rei?" Ya, pria itu adalah kekasihku Rei. "Aku mau tubuhmu" sontak aku kaget mendengarnya. 'Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia jadi seperti ini? Dia bukan Rei yang ku kenal. Rei bukan tipe orang yang mau melakukan hal yang tidak senonoh seperti ini' batinku. "Ayolah sayang, ak uudah gak tahan. Tolong sayang, bantu aku" suara rei terdengar parau. Terdengar jelas kalau dia sedang menahan sakit. Tapi apa yang harus kulakukan?. Belum sempat aku menjawab, Rei sudah mengangkatku keranjang. Dia mulai melumat bibirku. Meraba tubuhku dengan kasar, dan dengan sekali tarikan, krekkk... Baju yang kupakai sobek. Dia semakin buas, menatap gunung kembarku yang hanya berbalu bra pink ku. Plakkk.. Satu tamparan mendarat di pipi Rei. Aku sudah tak tahan melihat tingkahnya. 'Dasar b*****h' bantinku. Aku mendorong tubuh Rei dan menarik selimut untuk menutupi tubuhku. "Apa kau gila, setan apa yang merasukimu Rei? Sampai kau tega ingin memperkosa kekasihmu sendiri" air mataku tak tertahan lagi, biarlah mengalir bebas di pipiku. Rei bangkit berusaha ingin memelukku. "Bukankah kau bilang padaku akan menjagaku? Kau tak akan meminta apapun sampai kita menikah nanti? Tapi kenapa kau tega Rei kenapa? Hikss.. Hikss.. " tangisku mulai menjadi-jadi. Aku semakin terisak mengingat janji manis Rei padaku. "Arghh, Dia sakit, tolong aku Dia" Rei mengerang kesakitan. Dia menggigit selimut yang kupakai. Jiwa nalarnya mungkin masih ada, atau mungkin saraf otaknya belum seluruhnya putus. Bagaimana tidak, dengan dia yang berubah drastis begini, mungkin ada saraf nya yang putus atau mungkin lagi bergesekan. "Aku gak tau apa yang mereka lakukan padaku, tiba-tiba tubuhku terasa panas dan, arghhh.." Erangan Rei semakin menjadi. Aku jadi kasihan melihat kekasihku. "Apa yang terjadi? Bukankah kau izin padaku untuk nongkrong dengan teman-temanmu di club? Kenapa kau jadi seperti ini Rei?" Tanyaku selembut mungkin. Aku berusaha meluluhkan hatinya. "Mereka memasukkan sesuatu ke dalam minumanku, dan tiba-tiba aku begini" Jelas Rei. "Jangan bilang mereka memasukkan obat perangsang ke minumanmu? Jangan bercanda Rei, ini gila. Apa temanmu setega itu? Lalu kau akan melampiaskannya padaku?" aku mulai menghindar. Rei menceritakan kejadiannya. Teman-temannya tidak suka melihat Rei yang menurut mereka sok alim dan tidak mau tidur dengan perempuan disana. Akhirnya mereka memberi obat perangsang di gelas minuman Rei. Tanpa pikir panjang, Rei meminum minuman itu dan tak lama kemudian Rei menjadi haus akan s**********n. Teman-temannya meminta Rei untuk tidur dengan perempuan yang ada disana. Karna jika Rei tidak mendapatkan kepuasan, Obat itu akan mengerogoti tubuhnya dan akan membuatnya merasakan sakit yang mendalam. Tapi Rei memilih untuk pulang. Di tengah perjalanan Rei tidak bisa menahan lagi dan langsung menuju kontrakanku. "Tolong aku sayang, aku gak mau tidur dengan mereka. Aku sudah bersumpah untuk tidak menyentuh wanita manapun selain dirimu. Aku mohon sayang, aku sudah tak tahan lagi" aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya nanti, setelah mendengar efek dari obat itu. Belum sempat aku menjawab, Rei sudah menindihku dan menciumiku dengan buas. Rei melumat bibirku denga kasar. Rei meremas gunung kembarku dan mulai meraba tubuhku. Aku gak tau harus berbuat apa, aku bingung harus menuruti keinginan Rei atau menolaknya. Tapi aku gak mau Rei merasakan sakit karena pengaruh obat itu. Aku sangat mencintainya. 'Ampuni aku Tuhan, aku tidak ingin orang yang kucintai merasakan sakit yang begitu sakit di hadapanku sementara aku bisa membantunya. Ampun untuk dosaku ini Tuhan' batinku. Air mataku semakin mengalir. Aku pasra demi kebaikan Rei meski kutau itu tak baik bagiku. Entah sejak kapan aku dan Rei sudah tak mengenakan sehelai benangpun. Semakin lama, aku semakin menikmati sentuhan Rei. Rei mulai menciumi leherku. Setelah puas disana, Rei turun menuju gunung kembarku dan bermail-main disana. Dia sangan liar seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Aku mendesah nikmat, dan di dalam selangkanganku terasa ada yang berdenyut. Sesekali aku merintih sakit karena Rei menggigit putingku. Rei mulai menjelajah selangkanganku. Tangannya tetap meremas kedua gunung kembarku. Rei memainkan senjata tumpulnya ditubuhku sebelum mulai menancapkannya. Dengan buas Rei langsung menancapkan miliknya masuk ketubuhku. Begitu buasnya Rei, hanya dengan sekali hentakan, miliknya sudah masuk seluruhnya ke tubuhku. Aku menjerit tertahan. "Arghh... Rei sakit, hiks.. hiks..." Rei tak menghiraukanku. Dia semakin buas memasukkan miliknya ketubuhku "Rei pelan-pelan hiks.. hiks..". Tak afa jawaban. Malah Rei menambah kecepatannya. Rasa sakitkku kini mulai berubah menjadi nikmat. Aku semakin mendesah. Rei tersenyum padaku. "Kau begitu nikmat sayang, sangat sempit. Senjataku bahkan sakit untuk bisa masuk ketubuhmu. Kau sempurna sayang" kata Rei terengah-engah sambil melanjutkan aksinya. Aku hanya terdiam mendengar ucapannya. Rasa nikmat yang kini kurasakan tak mampu lagi membuatku berkata-kata. "Arghh Rei.." desahku. Rei semakin menaikkan kecepatannya. Nafsunya semakin membara mendengar desahanku memanggil namanya. "Sayang, aku udah mau keluar" kataku di tengah desahanku. "Sebentar lagi sayang, kita sama-sama ya" Rei semakin meningkatkan kecepatannya sambil meremah bokongku. "Arghhhh" aku dan Rei sudah mencapai puncak o*****e. Rei menatapku. "Trimakasih sayang, aku mencintaimu" Rei mencium bibirku. "Trimakasih telah menjaganya untukku. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku janji, kelak kau akan jadi istriku." pandangannya beralih pada noda merah di sprei ranjangku. Aku hanya menangis meratapi nasibku. Kini kesucianku sudah hilang sebelum aku menikah. Aku tak bicara sepatah katapun padanya. Aku ingin membersihkan diri dan "arghh sakit, hiks.. hiks.." aku menangis sesenggukan. "Aku bantu ke kamar mandi" Rei menggedongku. Aku membersihkan diri dibantu oleh Rei dan sesekali menjerit sakit ketika jarinya menyentuhnya. ***** "Hello" Rei menyentikkan jarinya membuyarkan lamunanku. "Sayang, apa yang kau pikirkan? Kenapa kau melamun? Apa kita akan menghabiskan malam pertama kita dengan melamum?" "Aku takut sayang. Lagian, apa kita harus ada istilah malam pertama lagi? Inikan bukan malam pertama lagi untuk kita, aku sudah hamil" jawabku jujur. "Tak perlu takut sayang, aku akan melakukannya selembut mungkin. Dan tentu saja ini malam pertama kita, meski bukan pertama kali melakukannya. Anggap saja ini malam pengantin. Kita kan memang pengantin baru. Tidak salah kan kalau kita anggap kita belum pernah melakukannya?" bujuknya "Tapi itu sakit, aku trauma mengingat kejadian itu". aku merengek. "Sayang, ini malam pertama kita. Beda dengan kejadian waktu itu. Kejadian waktu itu terpaksa, ini tidak. Sekarang kita bisa melakukannya lebih lembut, dan ini bukan yang pertama kalinya kan. Dulu itu sakit karna aku melakukannya dengan kasar, dan itupun kamu masih perawan. Sekarang kamu sudah tidak perawan lagi, dan aku sudah tidak di pengaruhi obat perangsang lagi. Jadi aku bisa mengontrol diriku agar lebih lembut, supaya kamu dan calon anak kita nyaman" jelasnya. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Rei mulai mencium bibirku, sangat lembut. Aku membalasnya. Tangan Rei mulai meremas gunung kembarku, lembut dan sangat lembut. Dan justru membuatku semakin terangsang. Semakin lama kami semakin menggebu dalam berciuman. Rei mulai melepaskan piyamaku. Kini aku hanya mengenakan bra dan celana dalam, sementara Rei sudah tidak mengenakan apa-apa lagi. Handuk yang dikenakannya sudah lepas entah sejak kapan. Rei meraba tubuhku lembut dan membuka braku. Gunung kembarku kini seakan menantang untuk di lahap. Rei langsung menyantap gunung kembarku seperti makanan. Rei turun menyusuri perutku, diciumnya lembut. "Nak, papa jenguk kamu dulu ya sayang. Baik-baik disana jagoan papa" katanya. Rei melanjutkan aksinya menuju selangkanganku, aku semakin merintih. Rei memainkan senjatanya di sela-sela milikku. Membuatku merasa geli dan merintih, aku mengerang tak sabar menunggu Rei memasuki tubuhku. Melihatku yang semakin mendesah, Rei menghujamkan senjatanya kedalam tubuhku. Aku mendesah nikmat, Rei semakin menggebu melihatku. Rei semakin mempercepat gerakannya, tapi tetap berusaha dengan selembut mungkin. Kami mengerang bersamaan, nafasku menggebu begitu juga dengan Rei. Akhirnya kami mencapai puncak kenikmatan. Kami klimaks bersamaan. Rei tidur di sampingku dengan nafas tersengal-sengal. "Trimakasi sayang, aku mencintaimu" Rei mencium keningku. Aku membalas dengan senyuman. Kami membersihkan diri dan langsung tidur karena kelelahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD