Fio Yang Berbeda

1227 Words
Erzhan meremas rambutnya dengan kuat, wajahnya kentara sekali jika ia sedang khawatir. Bagaimana tidak khawatir? Tadi, saat sedang asyik mengobrol dengan teman kerjanya di pesta itu, Erzhan tidak menyadari jika partner yang ia bawa alias Fio tidak ada bersama dirinya. Tanpa berpikir panjang dia langsung mencari sahabatnya itu, namun setelah seluruh ruangan pesta itu ia cari, Erzhan sama sekali tidak menemukan gadis itu. Erzhan ingat saat Fio yang berpamitan pada dirinya untuk ke toilet saat itu, namun saat ia cari pun Fio tidak ada di sana. “Kamu ke mana sih, Fi, aku khawatir,” gumam Erzhan dengan pikiran yang terus tertuju pada Fio, pria itu berpikir keras, ke mana Fio, seingatnya Fio tidak ada kenalan di pesta tadi. Maksud dari tidak ada kenalan itu, Fio tidak mempunyai teman dekat sehingga gadis itu bisa pergi tanpa berpamitan pada dirinya. Erzhan sendiri saat ini sedang berada di dalam mobil, bahkan pria itu belum pulang ke rumahnya meskipun sudah subuh begini. Semua tempat sudah ia cari, mulai dari teman Fio, lalu ke rumah gadis itu dan memang tidak ada. “Ish, ke mana sih tuh anak! Khawatir gue!” Erzhan melempar handphonenya dengan kasar ke kursi mobil sebelahnya yang kosong. Saat Erzhan yang mencoba menelepon Fio lagi namun tidak tersambung. “Fi, kamu di mana sayang?” Meskipun berada di dalam mobil, Erzhan tidak henti-hentinya mencari keberadaan gadis itu. Ring ... ring .... Bunyi dering telepon dari handphone yang ia lemparkan tadi membuat Erzhan kembali mengangkat kepalanya yang sempat ia tundukkan di stir mobil itu. Kedua sudut bibirnya naik membuat senyuman, berpikir jika yang menelepon itu adalah Fio. Tanpa melihat nama si pengirim, Erzhan langsung mengangkat telepon nya itu. “Halo Fi –” “Kamu ke mana aja sih, Zan? Kenapa belum pulang?!” Suara mamanya dari seberang telepon membuat senyum tadi mengembang luntur seketika. Yah, ternyata bukan Fio toh .... Erzhan berdehem singkat menetralkan suaranya yang serak karena tidak tidur itu. “Em, ini mah. Aku ..., aku lagi,” gugup Erzhan dengan memutar otak untuk mencari jawaban yang pasti yang akan ia berikan pada ibunya itu. Jika sedikit saja dia salah berbicara, maka ibunya itu akan mengintrogasi dirinya. Dan itu tidak sebentar. “Kenapa? Ayo jawab! Kamu nih ya, mana Fio pulang sendiri! Terus dia bilang gak ketemu sama kamu! Kamu telantarin dia di jalan hah?!” ujar mama Erzhan dari telepon lagi, namun membuat Erzhan membulatkan matanya. “Apa? Fio ada di rumah?!” Suara cowok itu meninggi menunjukkan keterkejutannya, membuat seorang perempuan cantik yang kini sedang berada di dalam kamar itu mengernyitkan dahi heran. “Iya, kamu ke mana makanya? Kalau aja mama sama kak papa Fio tau, ku bakalan gak dibolehin lagi loh ketemu sama dia.” Erzhan yang tadinya masih terkejut langsung berubah panik wajahnya. Benar! Kalau saja ayahnya Fio tau dirinya lalai menjaga Fio. Habis dia! “Oke ma, Erzhan pulang sekarang! Bye!” ucap Erzhan lalu mematikan sambungan teleponnya dan melemparnya begitu saja. “s**t, kenapa gak bilang dari tadi sih Fio,” gumam Erzhan geram karena tingkah Fio saat ini. Tanpa menunggu lama lagi, Erzhan menjalankan mobilnya meninggalkan jalanan sepi itu. *** Sesampainya di depan rumah, Erzhan bukannya langsung masuk ke dalam rumah, cowok itu malah langsung masuk ke dalam rumah Fio. Tentu saja dengan perasaan khawatir dan pemasarannya, akan ia tanya ke mana gadis itu pergi. Membuka pintunya langsung tanpa rasa canggung karena sudah terbiasa. “Fio, kamu dari mana?! Fio!!!” teriak Erzhan khawatir. Cowok itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan besar tersebut. Tidak lama kemudian, seorang perempuan berpakaian seragam asisten rumah tangga mendatangi Erzhan dengan tergopoh-gopoh. “Tuan, nona Fio ada di kamarnya, beliau tadi langsung naik ke atas setelah pulang,” ujar asisten rumah tangga tersebut. Erzhan mengangguk mengerti, menggunakan kata terima kasih lalu berlalu dari sana, menuju salah satu ruangan dan masuk ke dalam ruangan tersebut. Lift. Ya, lift di rumah mewah seperti ini, sudah biasa. Jadi jangan heran. Setelah sampai di lantai tiga, lebih tepatnya di lantai di mana ada kamar Fio di sana, Erzhan langsung keluar, dan berjalan beberapa langkah lalu berhenti di depan pintu berwarna biru muda. Kamar Fio .... Tok, tok, tok!! Erzhan mengetuk pintu itu. Untuk masuk ke dalam kamar, Erzhan rasa ia harus lebih sopan. Mengingat itu adalah ruangan pribadi. “Fio, Fio sayang!!” teriak Erzhan dengan tangan yang tidak berhenti mengetuk pintu. Perasaan khawatir masih menyelimuti hatinya. Erzhan berdecak sebal, hendak mengetuk pintu lagi namun pintu terbuka. Menampilkan sosok Fio yang hampir saja ia ketuk barusan. Erzhan mendorong pelan tubuh sahabat nya itu ke dalam kamar. “Kamu dari mana aja sih Fi?! Tau gak aku khawatir, cari kamu ke sana ke mari, semalaman aku cari kamu, tapi kamu malah kelayapan! Dan pulang gitu aja tanpa kasih kabar ke aku!” Belum apa-apa, Erzhan sudah menghadiahi semprotan kemarahannya pada gadis itu. Dan hanya dapat memejamkan matanya, mendengar bentakan Erzhan jujur saja membuat dirinya takut, selama ini Erzhan tidak pernah membentaknya seperti barusan. “Ke mana? Jawab! Kamu sama cowok lain, terus pesen kamar hah?” Perkataan Erzhan itu langsung membuat Fio mengangkat kepalanya yang tadi menunduk dengan raut wajah yang tidak bisa dibaca. Ingin sekali Fio mengatakan 'ya' namun sekali lagi, dia masih ingin hidup tenang. Maka dari itu, Fio akan menyangkal tuduhan yang memang jelas adanya itu. “Terserah, terserah mau bilang apa. Tapi, jangan harap kalau besok lagi, kamu bisa ketemu aku,” desis Fio mengancam. Ke dua tangannya yang tidak besar itu mendorong Erzhan untuk keluar dari kamarnya. “Tunggu! Aku belum selesai bicara, Fi! Buka, Fio!!” gertak Erzhan karena Fio malah langsung menutup pintu kamarnya, dan tidak lupa ia menguncinya dari dalam. “Sialan!” umpat Erzhan dan mengusap wajahnya kasar. Dia sebenarnya sedikit khawatir akan perasaan Fio setelah mendengar perkataannya tadi. Erzhan tau perkataan itu terdengar menyakitkan, tapi tadi emosinya yang sedang membumbung tinggi. Menghembuskan nafasnya, Erzhan pun memutuskan untuk pulang lebih dulu. Dan besok ia akan kembali ke sini dan meminta maaf pada gadis kesayangannya itu. *** Beberapa jam kemudian, saat ia akan pergi ke kantor, Erzhan sudah nangkring di rumah Fio. Dengan ditemani oleh Nicolas, ayah dari Fio sendiri yang sedang sarapan. Dia juga dengan gilanya malah meminta sarapan dari Stevi, ibunda Fio. “Zhan, kemarin kamu kenapa teriak-teriak minta dibuka? Fio gak bukain kamarnya?” Suara Nicolas membuat Erzhan menghentikan kegiatan makannya. Berdehem pelan karena takut jika Nicolas tau masalahnya dengan Fio, Erzhan pun tersenyum. “Iya om, biasa anak muda,” jawab Erzhan dengan tengilnya. Nicolas tertekeh geli sembari menggelengkan kepalanya melihat kehidupan anak muda itu. “Oh iya, semalam kamu tidur di mana? Bibi masih sama kamu kan semalam?” tanya Nicolas membuat menghentikan kegiatannya dengan jantung berdetak kencang. Tak karuan. Cowok itu berpikir, mencari jawaban yang akan ia berikan. Namun matanya menyipit saat melihat Fio yang baru saja keluar dari lift. “Fio, makan dulu yuk. Kamu –” Ajakan Stevi malah dianggap angin lalu oleh Fio, dan berdirilah di belakangnya. “Fi, kamu kenapa. Kok jadi??” ujar teh Seli menggantikan. Juga oleh mama dia membuka handphonenya. Fio justru malah dengan santai, dia malah berlalu dari sana, membuat ketiga orang di ruangan besar tersebut mengernyit. Dis pun mengambil dan mengangkat tas nya. Setelah mengatakan itu, Fio berlalu dari sana. Dalam hati, Erzhan bergumam. Sebegitu marah kan dia gara-gara omongannya semalam itu, apa memang berpengaruh besar pada cewek yang sudah berlalu itu. *** Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD