Setelah Kejadian

1135 Words
Merasakan keadaan kamar yang berbeda, dan rasa dingin yang benar-benar menusuk kulitnya membuat Fio terbangun dari tidurnya. Matanya itu mulai mengerjap perlahan, menyipit saat merasakan rasa silau dari jendela di kamar tersebut. Tapi ... tunggu! Sepertinya ini bukan kamarnya! Fio langsung terduduk setelah menyadari jika ini bukan kamarnya. “Gue di kamar siapa?” gumam Fio ketakutan. Melirik ke bawah, tepatnya di bagian tubuhnya yang hanya terbalut dua helai kain yang menutupi bagian penting itu. “Gue, gue kenapa bisa gini?” Fio semakin ketakutan. Ia mengedarkan pandangannya mencari Erzhan. Karena seingatnya kemarin malam ia diajak oleh Erzhan ke pesta teman sahabatnya itu. Lalu mereka berbincang dengan teman-teman pengusaha lain. Dan setelah itu dirinya sedikit ingat jika semalam ia merasakan kepanasan. Dan setelah itu ... apa?! Keringat basah mulai mengucuri pelipis Fio saat dirinya mengingat kejadian semalam. “Gak. Gak mungkin gue lakuin itu. Gak!!” Fio menggelengkan kepalanya dengan tangan yang menutupi kedua daun telinganya. Ingatan semalam seakan berputar di benaknya. Rasa sakit dan juga nikmat yang ia alami semalam, juga suara-suara bas seorang pria itu berputar di telinganya. “Enggak!!” jerit Fio dengan terus menutup telinganya seolah suara itu terus terdengar jika ia tidak menutup telinganya. Tangisnya pecah. Saat ia menyadari jika mahkota yang selama ini dijaganya hancur setelah semalam direnggut oleh seseorang yang tidak ia ketahui sama sekali. “Ke mana orang itu? Ke mana?” Fio mulai mencari orang yang sudah merusaknya semalam. Lihat saja apa yang akan dia lakukan. “Woy! Ke mana lo?! Keluar lo!!” teriak Fio dengan emosi. Tangisnya semakin pecah. Fio khawatir, Fio juga bingung. Bingung bagaimana kehidupannya setelah ini. Orang tua, sahabatnya, dan juga ... suaminya kelak. Apa jadinya jika tau dirinya sudah tidak perawan. Suara langkah kaki yang basah membuat Fio menoleh. Matanya membulat kaget saat melihat pria yang baru saja keluar dari kamar mandi itu. “Lo!!” teriak Fio marah sambil menunjuk pria itu. Si pria tersenyum sinis. “Ya, gue. Apa?” Fio semakin keras menangis. “Tega lo Fabian!!” jeritnya keras. Fabian. Ya, pria itu adalah Fabian. Fio tau dengan jelas siapa dia. Musuh Erzhan, sahabatnya. Fio tau pria itu selalu bertingkah licik, baik hal pertemanan dan jajaran para pengusaha. Begitu pun dengan hal bisnis, Fabian selalu licik. Fio mengetahuinya karena Erzhan selalu memberi tau dirinya. Fabian terkekeh kecil. Tapi hal itu membuat emosi Fio semakin menjadi-jadi. “Jahat lo!” teriak Fio lalu mengambil bantal dan guling dan dilemparkannya pada Fabian. Fabian menangkap salah satunya guna menghindari lemparan Fio. “Stop!” sentak Fabian yang tidak dihiraukan oleh Fio. Gadis itu terus melemparkan apa saja yang ada di dekatnya pada Fabian. “Lo jahat, lo jahat Fabian! Gue benci sama lo!!” Jeritan Fio lebih keras dari tadi, juga tangannya yang semakin liar melempari Fabian barang-barang membuat cowok itu emosi. “Stop gue bilang!!” bentak Fabian keras membuat Fio berhenti di detik itu juga. Nafas Fabian memburu. Emosi dia. Melangkahkan kakinya mendekati kasur di mana ada Fio di sana. Sedikit merendahkan tubuhnya, Fabian mencengkeram dagu Fio erat membuat Fio semakin menangis. “Lepas, lepas Fabian! Sakit,” pinta Fio dengan wajahnya yang memerah karena menangis. Fabian tersenyum sinis, dan menghempaskan begitu saja dagu Fio. Membuat kepala gadis itu sedikit terhuyung. “Cengeng!!” bentak Fabian saat mendengar tangisan Fio yang semakin keras. Fio memejamkan matanya ketakutan. Menangis itu sebenarnya bukan hanya karena rasa sakit akibat semalam, tapi juga karena perlakuan kasar Fabian barusan. Seumur hidupnya, Fio sama sekali tidak pernah dikasari oleh siapa pun di keluarganya. Namun Fabian yang notabennya orang asing sudah berani berlaku seperti ini. “Diam atau gue lebih kasar!!” ancam Fabian yang sukses membuat tangis Fio berhenti. Meskipun gadis itu masih sesekali sesenggukan. “Lo tau kenapa gue lakuin ini sama lo?” tanya Fabian yang bermaksud untuk mengatakan semuanya pada Fio. Termasuk rencana busuknya ini. Fio menggeleng. “Please ....” Yang bisa Fio lakukan hanya menangis dan terus meminta Fabian untuk melepaskannya. Fabian tersenyum sinis, ia menunduk lalu mendekatkan wajahnya pada Fio. “Gue lakuin ini karena gue dendam sama pacar lo itu,” bisik Fabian membuat tubuh Fio menegang. Pacar? Pacar Fio?! “Jadi, lo ngira gue –” Fabian berdesis menyuruh Fio yang akan berbicara, dengan menekan telunjuknya di bibir gadis itu. “Gue belum selesai bicara, dan gue gak suka kalau ada yang potong perkataan gue,” ujarnya penuh ancaman. Fio menunduk dan lebih baik diam. “Lo tau? Erzhan yang selalu unggul lebih gue. Waktu sekolah, dapetin cewek, dan sekarang perusahaan gue pun kalah dari dia.” Fabian mulai menjelaskan apa yang ia rasakan dari kemarin, dan Fio mendengarkannya dengan seksama. “Segala cara udah gue lakuin buat hancurin dia, tapi tetap aja dia yang selalu unggul.” Fabian terdiam sebentar, berdecih sinis karena tidak rela ia mengatakan itu. Rasanya baru saja dia mengakui kehebatan Erzhan kan? “Dan setelah gue pikir-pikir, ada satu cara yang pasti bakalan bikin dia hancur. Dan gue pikir itu lo, mengingat lo itu pacar dari Erzhan. Jadi, gue lakuin hal semalam,” ujar Fabian santai seolah kejadian semalam itu hanya bayangannya saja. Beda lagi dengan Fio yang semakin menangis. “Tapi gue bukan pacar dia, lo salah target Bian.” Fabian sempat terdiam mendengar perkataan yang disertai isak tangis itu. Tapi sedetik kemudian ia menggeleng cepat. “Pasti itu hanya akal-akalan lo aja supaya gue gak lakuin itu kan?” tuduh Fabian. Fio menggeleng lemah. Tidak lagi mampu berkata-kata dan sibuk menangis. “Lo pikir gue percaya sama lo? Nyatanya enggak! Lo tetap target gue buat hancurin hidup Erzhan,” ujar Fabian. Pria itu berlalu dari hadapan Fio, lalu memakai pakaian yang dipakai semalam. Dan memakainya di kamar mandi. Tidak lama kemudian Fabian keluar dari kamar mandi. “Lo jahat! Lo gak mau tanggung jawab, hah?!” teriak Fio emosi saat melihat Fabian yang justru malah ingin pergi meninggalkannya. Fabian tersenyum sinis. “Gue? Tanggung jawab sama lo?” tanyanya menakutkan. “Gak mungkin!!” teriak Fabian membuat Fio lagi-lagi tersentak kaget dan kembali menangis. Fabian menghampiri Fio. “Lo b**o apa gimana sih?” Fio tidak berani menjawab karena takut dengan wajah menyeramkan cowok itu. “Gue lakuin ini buat balas dendam sama Erzhan! Kalau gue tanggung jawab, ya itu artinya gue masuk kandang singa! Gue mau buat hidup lo berdua ancur! Bukannya tanggung jawab!!” sentak Fabian menolak untuk bertanggung jawab. “Lagian kalau gue ambil hak Erzhan malam tadi. Gue yakin cowok itu bakalan kecewa banget sama lo.” Fabian terkekeh menyeramkan. Mengusap kepala Fio sebentar, kemudian berdiri lagi. “Cepat makan obat pencegah kandungan. Karena gue gak mau benih yang gue tanam semalam, tumbuh di rahim lo,” ujarnya sebelum berlalu. Raut wajah Fio jelas saja kaget. Jadi, cowok itu mengeluarkan semuanya di dalam? Sudah! Hancur sudah kehidupan Fio selanjutnya pasti. *** To be continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD