bc

AN OBSESSION: Tawanan Suami Pengganti

book_age18+
71
FOLLOW
1.1K
READ
family
HE
doctor
drama
bxg
bold
affair
substitute
like
intro-logo
Blurb

Azkia Noor Verawati (29) merasa sepanjang masa remaja hingga dewasanya, ia selalu beruntung. Mulai dari mendapatkan beasiswa full tanpa ada pungutan sama sekali sejak kelas 2 SMA dan kuliah, mendapatkan pekerjaan layak di tempat yang banyak orang inginkan, lalu dapat membeli apartemen yang cukup layak untuk ia tinggali dengan harga murah, dan tentunya memiliki kekasih yang amat baik.

Satu hal yang tidak membuatnya merasa beruntung, itu adalah karena kondisi ibunya yang sakit parah. Namun ia masih beruntung karena ibunya dapat dengan mudah mendapatkan perawatan di tempat yang bagus dengan biaya yang cukup murah.

Dikejar usia orangtua yang sakit, Azkia diminta untuk segera menikah. Namun nahas, disaat terdesak kekasih yang juga calon suaminya justru ketahuan berselingkuh. Putus asa, bingung. Isi pikiran Azkia buntu. Sampai datanglah Bryan Brahma Wijaya (29) dokter yang merawat ibunya, teman semasa SMA yang mengaku sebagai kekasih Azkia. Menggantikan posisi mantan kekasihnya.

Marah, kesal. Sampai pada akhirnya dengan terpaksa Azkia menerima pinangan Bryan, lalu menikah meski tanpa adanya cinta.Azkia merasa hubungan mereka berdua mulai baik, bahkan berkat kesabaran Bryan pada akhirnya Azkia luluh dan mulai menaruh perasaan pada Bryan.

Namun bagaimana jika ternyata semua hal yang Azkia anggap keberuntungannya adalah skenario yang selama ini Bryan sudah atur? Beasiswa, kerja, tempat tinggal, pengobatan ibunya, bahkan perselingkuhan mantan kekasihnya pun direncanakan Bryan?

“Azkia… pikirkan ini. Dia…bukan mencintaimu Azkia, dia cuma terobsesi sama kamu. Dia sudah lama terobsesi sama kamu. Makanya dia menghalalkan segala cara untuk dapetin kamu!”

Bagai burung dalam sangkar emas. Itulah yang Azkia sadari setelah mengetahui semuanya.Bryan, pria berwajah malaikat itu ternyata tidak ubahnya seperti iblis yang diam-diam berbuat sesuka hati agar semua hal bisa sesuai kehendaknya.

Sakit. Azkia merasa terkhianati. Ingin rasanya Azkia meninggalkan Bryan, namun dilema yang ia hadapi adalah kesehatan ibunya. Jika ia jujur, ibunya mungkin akan serangan jantung lagi dan kali ini bisa saja tidak akan pernah tertolong. Akan tetapi untuk bertahan pun… apakah Azkia bisa?

Apa yang akan Azkia lakukan setelah mengetahui segalanya?

chap-preview
Free preview
PROLOG
“Azkia kamu tidak perlu membayar SPP, kamu mendapatkan beasiswa full sampai lulus.” Azkia Noor Verawati mendapatkan semua keberuntungannya sejak hari itu. Ya... Hari itu. Sebab setelahnya, hidup Azkia serasa begitu mudah. Seperti dijalan tol yang bahkan tidak memiliki bagian yang rusak dan jalan yang berbelok. Semuanya lurus, semua keinginannya terasa mudah untuk didapatkan. "Ki lo jadi kuliah di Fashion Design?" Tanya Ajeng, Sahabat terdekatnya Azkia. "Jadi. Tapi gue masih ngusahain buat dapet beasiswa Jeng, jurusan Fashion Designer biayanya gak main-main." "Coba deh mana portofolio desain yang pernah lo buat? Biar gue bantu apply ke wakel. Kali aja bisa dibantukan?" "Gak usah Jeng, malu gue." "Ck! Malu gak akan bikin lo sukses! Sini." Azkia serahkan salah satu sketchbook miliknya pada Ajeng. Sampai beberapa minggu berikutnya ia mendapatkan kabar baik itu. “Azkia selamat! Kamu mendapatkan beasiswa dari DF University jurusan Fashion Design. Full. Kamu bahkan mendapatkan asrama, dan uang saku. Kamu cuma perlu persiapkan mental saat belajar, nilai stabil dan lulus tepat waktu." "Serius Bu?" "Iya. Lihat. Ibu baru mendapatkan suratnya pagi ini. Selamat Azkia. Semoga semuanya berjalan lancar dan kamu bisa jadi designer seperti yang kamu impikan." Semua hal ia jalani dengan sungguh-sungguh selama kuliah, belajar dengan tekun, rajin masuk kampus, Azkia bahkan menganbil hampir semua mata kuliah pilihan. Azkia benar-benar memanfaatkan masa kuliahnya itu. Sulit? Pastinya. Beruntung Azkia saat itu Azkia memiliki support sistem penuh dari sahabatnya, Ajeng dan juga kekasihnya, Ferdi—yang menjadi kekasihnya di tahun pertama kuliah. Kehidupan percintaan Azkia berlangsung begitu baik, hubungan mereka berjalan lurus. Ferdi sebagai kekasih sangat menjaganya, dia tidak pernah bermain-main apalagi meminta hal yang tidak-tidak. “Sore ini katanya mau hujan, kamu jangan pulang sendirian. Nanti aku jemput.” “Iya Fer. Kamu emangnya gak sibuk sama kuliah kamu? Bukannya hari ini kamu full?” “Iya sih. Tapi aku kebih khawatir sama kamu. Jadi kalau hujan tunggu aku. Jangan pulang duluan.” Perhatian bukan? Sangat. Ferdi tidak pernah membuatnya merasa sendiri. Tidak pernah membuatnya merasa kesepian. Bahkan Ferdi tidak pernah lupa hari-hari penting mereka, hari jadi, hari ulang tahunnya. Jenis lelaki yang sangat langka ditemui. Hingga Azkia merasa bahwa dirinya adalah perempuan paling beruntung. Selesai menimba ilmu, keberuntungan lain berpihak pada Azkia. Hanya dengan apply di satu tempat, tanpa banyak drama Azkia mendapatkan pekerjaan di perusahaan impiannya. BBS Brand Fashion, sebuah perusahaan fashion yang membawahi banyak brand besar. “Kiii serius?! Lo diterima di BBS Brand Fashion?! Lo dapet kesempatan punya brand fashion sendiri dong Ki kalo kerja di sana?!" Azkia tak bisa menahan rasa bahagianya lagi. Ia mengangguk antusias, lalu memeluk sahabatnya itu. “Gue seneng banget Jeng. Akhirnya impian gue ada di depan mata.” Ajeng pun mengangguk antusias. “Selamat Ki. Gue ikut bahagia.” “Gue pastiin lo jadi orang pertama yang bisa pakai baju dengan brand gue.” “Harus dong.” Membuat brand fashion sendiri tidak semudah itu. Namun sekali lagi Azkia beruntung karena desainnya disambut baik oleh banyak orang, namanya mulai naik hingga beberapa bulan setelah itu Azkia memutuskan pindah ke tempat yang lebih besar. Bukan untuk bergaya, Azkia butuh tempat yang lebih luas untuk mengeksplore idenya dengan harapan ia bisa bekerja dimana pun termasuk di rumah. “Silakan khusus hari ini apartemen dengan unit jenis ini, seluas 35 meter persegi ada potongan diskon sampai 70%. Kalau besok tidak ada potongan diskon lagi.” “Jeng. Gila. Bisa semurah ini?” Ajeng yang membantunya mendapatkan apartemen ini, kebetulan dia bekerja di perusahaan yang bergerak dibidang properti. “Jujur, gue juga kaget Ki. Tapi menurut gue liat dulu. Kalo cocok ambil. Jarang banget ada unit semurah itu.” Setelah melihat kondisi unitnya, tanpa berpikir dua kali Azkia membeli apartemen tersebut, dengan cicilan selama dua belas bulan. Akan tetapi, namanya hidup, tidak ada yang sempurna. Di tengah usahanya yang mulai merambat naik, kabar buruk ia dengar dari ibunya. “Yah. Ada apa sama Bunda?” “Bunda mengalami serangan jantung Ki.” “Kok bisa Yah? Kenapa? Maksudku…. Selama ini Bunda gak pernah bilang ada gejala penyakit jantung.” “Maaf Ki, Bunda gak mau bilang sama kamu. Makanya selama ini hanya berobat biasa. Ayah juga gak nyangka Bunda bisa serangan jantung separah ini.” “Oh itu Dokter-nya.” “Bryan?” “Loh kamu kenal Ki?” Pria itu, Bryan. Bryan Brahma Wijaya—teman Azkia sejak SMA. “Ini teman aku Yah. Bry gimana keadaan Bunda aku?” “Ini, berdasarkan analisis dokter spesialis.” Bryan kemudian menjelaskan detail keadaan ibunya yang sangat mengkhawatirkan. Serangan jantung pertama. “Bagaimana ini?” “Maaf, aku belum bisa membantu banyak. Aku belum lulus jadi dokter spesialis Ki. Tapi aku akan berusaha yang terbaik buat Bunda kamu.” Azkia mengangguk. “Makasih banyak Bryan.” Mendengar penjelasan Bryan adalah patah hati pertama Azkia. Sakit, rasanya benar-benar hancur. Sejak saat itu Azkia menyadari kalau ia harus waspada, ia harus memikirkan kondisi ibunya dibanding apapun. “Ini rincian administrasi perawatan ibu anda. Anda bisa membayarnya dengan cash atau kredit.” “Ini serius cuma segini? Ibu saya di rawat lebih dari satu minggu sus.” “Benar kok. Ini total biaya yang harus anda bayarkan.” Kesedihan berlarut-larut Azkia raskaan. Sampai dititik dimana ia sadar kalau ia harus bangkit, ia harus berjuang agar ibunya bisa mendapatkan pengobatan yang layak, dan memastikan lagi agar ibunya tidak mengalami hal serupa. Tahun-tahun berlalu, Azkia tidak menyerah dengan keadaan. Ia terus berjuang meraih mimpinya beriringan dengan tak gentar memperjuangkan kesehatan ibunya, hingga ia tidak memikirkan apapun lagi selain karir dan kesembuhan sang ibu. Hari itu… ibunya lagi-lagi harus masuk rumah sakit. Kali ini Ibunya ditangani oleh Bryan secara langsung yang sudah lulus satu tahun lalu menjadi dokter spesialis jantung. “Tolong lebih dijaga emosi Bunda kamu Ki. Serangan jantung kedua akan sangat berbahaya buat Bunda kamu. Jadi sebisa mungkin kamu buat Bunda kamu bahagia, jangan sampai punya beban pikiran.” Itu kata Bryan beberapa jam yang lalu. Saat ini Azkia sedang di ruang rawat ibunya. “Ki, Ayah bilang kamu punya pacar ya?” “Iya Bun, ada.” “Mau sampai kapan kamu pacaran? Apa belum ada pikiran untuk menikah?” Sebuah tamparan menyadarkan Azkia, hampir sepuluh tahun berpacaran dengan Ferdi, tidak sedikitpun percakapan tentang pernikahan masuk diantara mereka. Ferdi bahkan tidak pernah membahasnya sama sekali. “Fer, Ayah sama Bunda aku pengen kenalan sama kamu. Katanya apa kita mau pacaran terus? Kapan kita mau nikah?” “Loh, aku kira kita fokus dulu sama kerjaan?” “Fer, tapi ibu aku sakit. Aku gak mau….” “Gak akan terjadi apa-apa Ki. Tenang aja.” “Apa kamu gak ada niatan nikahin aku Fer?” “Ada Ki. Ada kok. Yaudah kita nikah ya? Mau kapan?” “Secepatnya. Bulan ini Fer.” “Oke. Tapi buat ketemu orangtua kamu aku belum bisa. Aku ada proyek, aku harus keluar kota selama dua minggu ini. Gapapakan?” “Terus nikahannya?” “Ada WO, kamu mau nikahan kayak apa tinggal bilang sama WO-nya nanti mereka yang urus, urusan uang kamu tinggal pake ajakan tabungan kita kan? Gimana?” Setelah hari itu Azkia menyiapkan pernikahannya sendiri, menemui WO, menemui vendor-vendor-nya, menyiapkan detail terkecil pernikahan mereka. Semuanya… semuanya Azkia siapkan sendiri. Namun nahas, disaat terdesak kekasih yang juga calon suaminya justru ketahuan berselingkuh. Seseorang mengirimkannya gambar Ferdi yang sedang b******u dengan perempuan lain di club malam. Putus asa, bingung. Isi pikiran Azkia buntu. Apalagi persispan pernikahan mereka 70% telah selesai, ia hanya perlu menyebarkan undangan dan menunggu hari pernikahan mereka. Sampai tiba-tiba datanglah Bryan, pada orangtuanya. Mengaku sebagai kekasih, dan calon suaminya. Marah, kesal. Hubungan yang sebelumnya baik pun rusak karena kemarahan Azkia. Sampai pada akhirnya dengan terpaksa Azkia menerima pinangan Bryan, lalu menikah meski tanpa adanya cinta. Azkia merasa hubungan mereka berdua mulai baik, bahkan berkat kesabaran Bryan pada akhirnya Azkia luluh dan mulai menaruh perasaan pada Bryan. Akan tetapi bagaimana jika ternyata semua hal yang Azkia anggap keberuntungannya adalah skenario yang selama ini Bryan sudah atur? Beasiswa, kerja, tempat tinggal, bahkan perselingkuhan mantan kekasihnya pun direncanakan Bryan? Semuanya terbongkar hanya dengan satu jentikan jari, saat tiba-tiba Ferdi menemuinya. “Sekolah dan tempat kuliah kamu milik keluarga William, tempat kerjamu sekarang BBS, Bram Bashir Saad, itu siapa? Itu ayahnya Kevin, apartemen yang kamu tinggali milik perusahaan keluarga Mark. Siapa mereka Azkia? Mereka semua teman Bryan yang sudah bersekongkol untuk menjebakmu agar kamu tidak keluar dari jangkauan Bryan. Lalu… apa menurutmu Bryan tidak bisa hanya membayar satu perempuan untuk menggodaku dan membuat aku seolah berselingkuh darimu?” “Azkia, 10 tahun kita pacaran. Kalau memang aku mau berselingkuh. Kenapa tidak dari dulu?” “Lalu kemana kamu selama ini? Kenapa kamu gak coba batalin pernikahan aku sama dia?” “Kamu gak sadar Azkia? Pernikahanmu dijaga ketat. Hanya orang yang mempunyai undangan yang bisa masuk. Kamu pikir aku bisa masuk? Apalagi dengan teknologi yang Bara buat. Bara siapa Ki? Dia teman Bryan juga, dia pemilik perusahaan teknologi posisi top 5 di Negara ini.” “Alasan! Lalu kenapa kamu baru datang sekarang?! Kamu bisa menemuiku Ferdi. Kalo emang semua omonganmu itu benar!” “Kamu pikir aku bisa deketin kamu selama kamu ada di dalam jangkauan dia? Aku bahkan selalu diusir satpam setiap kali mau datang ke tempat kerjamu dan selalu ada orang yang mencegahku setiap kali aku ingin menemuimu di tempat umum sekalipun. Kamu… selalu dikawal Azkia. Kamu gak pernah lepas dari pantauan lelaki itu! Kamu punya bodyguard yang selalu menghalangi aku buat ketemu sama kamu.” “Azkia… pikirkan ini. Dia…bukan mencintaimu Azkia, dia cuma terobsesi sama kamu. Dia sudah lama terobsesi sama kamu. Makanya dia menghalalkan segala cara untuk dapetin kamu!” Hantaman keras menyadarkan Azkia. Saat mengingat semua hal yang ia dapatkan dengan sangat mudah. Bahkan jika diingat kembali, semuanya sangat licin, lebih licin daripada oli. “Bryan. Apa itu benar? Kamu yang mengatur semuanya?” “Ki… aku cuma—.” “Benar! Atau tidak! Jawab Bryan!!!” “Benar.” “b******n!” Bagai burung dalam sangkar emas. Itulah yang Azkia sadari setelah mengetahui semuanya. Namun siapa yang menduga kalau selama ini ia hidup dalam jeruji besi tak kasat mata? Bryan, pria berwajah malaikat itu ternyata tidak ubahnya seperti iblis yang diam-diam berbuat sesuka hati agar semua hal bisa sesuai kehendaknya. Sakit. Azkia merasa terkhianati. Ingin rasanya Azkia meninggalkan Bryan, namun dilema yang ia hadapi adalah kesehatan ibunya. Jika ia jujur, ibunya mungkin akan serangan jantung lagi dan kali ini bisa saja tidak akan pernah tertolong. Akan tetapi untuk bertahan pun… apakah Azkia bisa? “Tunggu…. Jeng, mungkin kondisi Bunda juga dipalsukan sama Bryan?” “Buat apa Ki?” “Buat secara gak langsung paksa gue nikah sama dia.” “Hah?” Ini… gila. Apa yang akan Azkia lakukan setelah mengetahui segalanya?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
473.7K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
519.7K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
612.8K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
472.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook