Chapter 2 : Rutinitas Pagi

1338 Words
"b*****t!!!" Seperti biasa, pagi hari Retta selalu mengawalinya dengan kata-kata mutiara yang selalu terlontar di bibirnya. Sudah menjadi kebiasaan paginya untuk mengumpat setelah membuka mata terbangun dari tidurnya. Bagaimana tidak Retta mengumpat kalau disetiap ia bangun tidur pemandangan pertama yang selalu ia dapatkan adalah sosok perempuan yang menggelantung indah dengan leher yang patah dan rambut yang menjuntai ke bawah. Oh dan jangan lupakan tatapan menyeramkan yang diberikan oleh sosok itu. "Astaghfirullah, Retta, kamu tidak boleh mengumpat" Tersenyum manis menatap balik sosok itu lalu bangun dari tidurnya. "Tolonglah ya, bunda yang cantik. Jangan selalu membuatku mengawali hari dengan sebuah dosa. Dosaku itu sudah tak terhingga, dan kau selalu menambah-nambahi dosaku." Retta berucap dengan nada yang pelan dan tenang, sebisa mungkin tak membuat hantu yang sedang bergelantungan itu tak marah padanya. "Itu kau sendiri yang tidak bisa berkata sopan. Selalu saja berkata kasar." Kata hantu itu. Ya gimana ya, bangun tidur dengan pemandangan menyeramkan setiap harinya tidak membuat Retta terbiasa dengan hal itu. Meski di malam hari sebelum ia tidur, dirinya sudah mewanti-wanti hal ini, Retta tetap saja terkejut dan tak sengaja mengumpat pada hantu itu. baiklah sepertinya berdebat dengan hantu itu tidak akan ada gunanya, lebih baik ia bersiap-siap saja untuk sekolah. Retta menghela nafasnya pelan lalu meregangkan tubuhnya sebentar. Turun dari kasurnya, Retta melangkah menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya. Sebelum tubuhnya ia guyur dengan dinginnya air di pagi hari, terlebih dahulu ia menggosok gigi dan memcuci mukanya. Hantu yang di panggil bunda itu mengikutinya ke dalam kamar mandi dan berdiri di belakang Retta. “Kakakmu akan berkunjung kan nanti? Jangan lupa untuk menyuruhnya membawa bahan makanan. Kulkasmu itu sudah hampir kosong, dan persediaanmu menipis. Apalagi uangmu ingin kau gunakan untuk ikut kontes music bukan? Kau tidak bisa belanja untuk memenuhi kulkasmu itu karena aku yakin uang itu sudah kau gunakan untuk membayar biaya pendaftarannya. Atau kalau kakakmu keberatan, minta saja uang padanya.” Dengan masih menggosok giginya, Retta hanya mendengarkan ocehan hantu dibelakangnya itu. ia tak merespon ataupun membalas ocehan hantu itu, tapi, ia juga tidak semerta-merta mengabaikan perkataan hantu itu. Karena jika hantu itu sudah mengoceh tentang bahan makanannya, maka persediannya itu memang benar hampir habis. Hantu perempuan yang ia panggil bunda itu adalah sosok hantu ibu rumah tangga yang bunuh diri karena kehilangan buah hatinya. 6 bulan lalu, Retta pindah ke apartement ini dan memilih untuk tinggal terpisah dengan kakaknya. Karena memang rumah yang dulu ia tempati dengan sang kakak jaraknya lumayan jauh dari sekolahnya, ia juga lelah mendengarkan ceramah kakaknya yang selalu melarang ini itu padanya. Maka dari itu, setelah ia mendapatkan beasiswa di sekolah barunya, Retta lansung saja memutuskan untuk tinggal terpisah dengan kakaknya. Awal dirinya pindah ke apartement ini, dirinya sudah di sambut oleh sosok hantu perempuan yang mengakuinya sebagai anak. Awalnya Retta ketakutan sampai-sampai kakaknya itu mau membawanya kembali untuk tinggal bersama karena tak tega. Tetapi, dengan tekad yang kuat, akhirnya Retta sudah mulai terbiasa dengan hantu perempuan itu. ia juga memanggil hantu itu dengan sebutan Bunda, hitung-hitung membuat hantu itu bahagia. Bahkan layaknya seorang ibu, hantu perempuan yang tak diketahui namanya itu, selalu memperlakukan Retta layaknya anak sendiri. Ia selalu memerhatikan apa yang Retta makan, apa yang Retta lakukan dan akan kemana Retta pergi. Ia selalu memperingatkan Retta dengan nasihat-nasihat kecilnya sebelum Retta berangkat sekolah. Bahkan ia juga akan memarahi Retta jika gadis itu pulang terlambat. Lalu bagaimana dengan kedua orang tua kandung Retta? Mereka sudah tiada semenjak kecelakan yang mereka alami. Dari kecelakaan itulah, kemampuan istimewa ini Retta dapatkan. Walaupun awalnya ia merasa tak adil dengan tuhan, tetapi lama-lama, ia mensyukuri apa yang diberikan tuhan kepadanya. “Nanti Retta memberitahu Kak Bagas. Nah sekarang lebih baik Bunda keluar dulu, karena aku mau mandi.” Kata Retta. “Sarapan dengan roti bakar dan selai saja hari ini. Bunda lihat persediaan beras sudah habis.” Ucap hantu itu. “Oke Bunda.” Hantu itu lalu menghilang dan membiarkan Retta untuk mandi. Retta lansung saja memulai ritual mandinya dan tak berlama-lama di kamar mandi. Ia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di badannya. Kamarnya kosong, ia tak menemukan keberadaan hantu Bundanya itu. mungkin saja, hantu itu menunggu Retta di meja makan. Retta membuka lemarinya dan mengambil seragam sekolahnya. Selesai dengan seragamnya ia menyisir rambut dan memasukkan buku-bukunya ke dalam tas sekolahnya. Setelah selesai semua, Retta membawa tas sekolahnya itu dan keluar dari kamarnya. Ia menuju meja makan yang dimana sudah ada hantu Bunda yang menunggunya. Retta meletakkan tasnya di meja makan, dirinya membuka kulkas dan mengambil roti tawar. Benar saja, kulkasnya itu sudah mau kosong, bahkan saat ini kondisinya pun sudah sangat memprihatinkan. Retta memanggang rotinya itu dan menunggunya. Ia membuat s**u selagi menunggu rotinya matang. “Aku hari ini akan pulang telat. Mungkin jam 8 malam aku sudah ada di rumah.” Kata Retta pada hantu yang duduk di depannya. “Kau ada kegiatan di sekolah?” Tanya hantu itu. Retta meletakkan susunya di dekatnya dan mengangguk menimpali pertanyaan hantu itu. “Sekolah akan mengadakan pentas seni. Berhubung aku anggota club musik, jadi kami harus latihan ekstra untuk pentas seni yang akan diadakan 3 hari lagi. Kami juga diminta untuk membantu anak Osis yang bertugas menjadi panitia.” Jelas Retta. “Baiklah kalau begitu. Jangan lupa mengabari kakakmu kalau kau pulang terlambat. Jangan melewatkan makan malam juga. Jika kantin sudah tutup, belilah makanan di luar sore harinya. Ajak teman juga jika ingin pergi.” “Iya aku mengerti.” Roti nya sudah matang. Retta mengambilnya dan menaruhnya di atas piring. Ia meniup-niupkan rotinya, setelah dirasa sudah mulai menghangat, Retta mengoleskan selai nuttela kesukaannya. Ia memakan sarapannya dengan tenang. Sosok hantu di depannya itu hanya melihat Retta yang tengah menyantap sarapannya. Suapan terakhirnya ia telan, meminun s**u vanillanya sampai tandas dan menaruh piring kotor dan gelas itu ke wastafel. Retta membiarkan cucuiannya dan akan mencucinya nanti setelah pulang sekolah. Ia mengambil tasnya dan berjalan menuju pintu apartementnya. Hantu itu mengikuti Retta dari belakang. Retta melihat sepatu dan kaos kaki yang sudah tergeletak rapi di depannya. Ia menoleh menatap hantu di belakangnya. “Bunda yang melakukannya?” Tanya Retta pada hantu itu. Hantu yang dipanggil Bunda itu mengangguk kepada Retta. “Kau selalu kebingungan mencari sepatu yang akan kau pakai. Padahal aku selalu menasihatimu untuk menyiapkan keperluan sekolahmu lebih dulu agar nantinya kau tidak bingung mencari-cari mereka di pagi hari.” Retta mengehela nafasnya. Ia mendudukkan dirinya di lantai dan memakai sepatunya. “Tapi tetap saja Bun, itu akan menguras energy Bunda. Memangnya Bunda mau menghilang lebih dulu sebelum melihatku lulus sekolah dan menemukan anak kandung Bunda? Tidak kan.” Retta berdiri menghadap hantu itu, “Jangan sering-sering menggunakan energy Bunda, Bunda harus menyimpannya sebelum Bunda menemukan anak kandung Bunda.” “Iya Bunda ngerti. Sudah sana berangkat sekolah. Jangan lupa melihat kanan-kiri sebelum menyebrang di persimpangan depan. Jangan lari-lari juga di pinggir jalan. Di sekolah nanti jangan membuat masalah. Ingat kata Bunda untuk tak melewatkan makan malam.” “Iya-iya Retta ingat. Yasudah Retta berangkat dulu, Assalamualaikum.” Tidak ada sahutan dari hantu itu. Retta keluar dari apartementnya dan menutup kembali pintu itu. tak lupa ia mengunci pintu Apartementnya. Retta menuju lift yang berada di ujung lorong lantai apartementnya. Ia bertemu dengan salah satu tetangganya dan menyapanya. “selamat pagi Bu Rossa.” Sapa Retta. “Selamat pagi juga Nak Retta. Sudah mau berangkat ya?” “Iya bu.” “Bundanya hari ini nggk keluar lagi? Padahal ibu-ibu yang lain pengen ketemu sama Bunda kamu. Semoga cepet sembuh ya buat Bunda kamu.” Kata Bu Rossa. “Ah iya bu, makasih atas doanya.” Retta hanya tersenyum dan pamit untuk pergi lebih dulu. Yah, orang-orang yang berada di lantai 5 gedung apartement ini tahunya bahwa Retta tinggal bersama dengan ibunya yang sakit parah. Salahkan mulutnya yang selalu berteriak kesal kepada hantu itu ketika sedang di jahili, dan sialnya juga apartementnya itu tidak kedap suara. Jadilah semua orang mengira bahwa Retta tinggal bersama ibunya. Retta keluar dari gedung apartementnya dan berjalan menuju sekolahnya yang jaraknya tak jauh dari apartementnya itu. ah, hari ini akan menjadi hari yang paling sibuk untuknya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD