bc

Lil Brother

book_age12+
286
FOLLOW
1.4K
READ
arrogant
student
drama
realistic earth
slice of life
like
intro-logo
Blurb

Arjena Aditama, biasa di panggil dengan mbak Jena, oleh Leon. perempuan yang emosian dan pemarah. Dia sangat membenci adik angkat nya, bukan tanpa alasan ia membenci adik angkat nya. ia merasa bahwa adik angkat nya hanya hama di keluarga besar nya.

Leon, dia adalah adik angkat dari Jena. Ia selalu merasa tidak enak jika berada di lingkup keluarga Aditama. Ia memutuskan untuk pergi berkelana mandiri dan tidak ingin merepoti keluarga Aditama lagi. Tetapi, Jena justru menahan nya... mungkinkah Jena sudah menerima Leon?

chap-preview
Free preview
Bagian 1 : Bagi Jena, Leon adalah hama
"Mbak Jena, selamat pagi..." sapa Leon, Leon adalah anak lelaki yang diadopsi oleh keluarga Aditama. "Hm," Leon tersenyum kecut, ketika mendapatkan balasan yang cuek dari kakak angkatnya. "Mbak Jena, hari ini ada kegiatan?" Tanya Leon. "Ck! Banyak nanya, mi! Jena ngampus dulu." Jena menggambil kunci mobil nya, lalu pergi dari rumah itu. Sementara Leon diam terpaku, sambil menatap Jena yang menjauh. Ia menghela napas, salah nya apa? Dia hanya ingin bertanya dan mencoba mendekatkan diri ke kakak angkatnya. Lalu lamunan nya buyar, ketika mami turun. "Leon sayang, kamu enggak sekolah?" "Eh iya mi, yaudah Leon pamit ya." Leon menyalami tangan mami, lalu pamit. "Assalamu'alaikum mi," "Waalaikumssalam." Balas mami, Leon segera pergi dari rumah, menggunakan motor matic nya. Sedangkan sang mama, menatap Leon dengan tatapan, sendu nya. "Maaf ya sayang, mbak mu memang keras kepala." === Sedatang nya disekolah, Leon menjadi pusat perhatian. Tentu saja kenapa tidak? Dia adalah laki-laki yang ramah kesemua orang, dan jangan lupakan wajah nya yang tampan. Hal itu menjadikan, Leon sebagai primadona sekolah. Walau begitu terkenal, Leon tidak pernah merasa sombong, ia tetap rendah hati. "Woi! Leon!" Panggil salah satu teman nya. "Kenapa, bran?" "Kagak, udah ayo masuk." Leon tersenyum lalu mengganguk. Sesampainya dikelas, Leon langsung duduk dibangku nya. Tapi baru saja ia mendaratkan b****g nya dikursi, datanglah seorang perempuan sambil membawa sebuah kotak. "Hai Leon! Gue bawa makanan nih buat sarapan, dimakan ya. Eum... yaudah gue mau pergi dulu, dahh Leon," perempuan itu langsung pergi dari sana, Leon belum saja mengucapkan terima kasih. "Gibran, ayo makan sama-sama, gue udah makan dirumah tadi." Gibran yang tadi nya sedang menidurkan kepala nya dimeja, langsung berjalan menuju bangku Leon. "Siap itu mah, siapa yang kasih?" Tanya Gibran sambil menyuapi makanan itu kemulutnya. "Enggak tau juga, tadi belum sempat liat muka nya, dia nunduk mulu." Kata Leon. "Owalah," "Oh iya, Gibran, lo ada saran enggak? Gue bingung, gimana caranya bikin mbak gue enggak cuek ke gue lagi?" Gibran menghentikan aktifitas makan nya. "Heh! Mbak lo belum juga baik ke lo?" Leon menggeleng. "Kalau gue jadi lo, gue mah diamin aja. Entar juga jinak," "Lo kira mbak gue apaan, bilang jinak jinek jinak jinek." Kata Leon sambil menatap Gibran sinis. "Ehehe..." Sedangkan dilain tempat, Jena baru saja datang ke kampus nya. "Jena!" Jena menatap kearah orang yang memanggil nya sambil tersenyum. "Tama!" Tama, lelaki yang sekarang memiliki hubungan sebagai kekasih Jena. "Babe, miss you," kata Tama. "Sama, aku juga kangen kamu," kata Jena sambil memayunkan bibirnya. "Give me a hug, baby?" "Huum..." Jena memeluk Tama dengan erat. Namun tak disangka teman-teman mereka berdua datang, menghancurkan acara pelukkan antara Jena dan Tama. "Ekhm... nyamuk nih," "Kalau mau pelukkan ditempat lain aja kak, disini entar dilihat dosen loh." "Taunih, Tama balik lo!" Ares menarik kerah belakang pakaian Tama. Tama dan Jena otomatis melepaskan pelukanya masing-masing. "Hadehh, kalian enggak bisa lihat gue sama Jena senang apa?" Tanya Tama dengan nada yang sedikit kesal. "Ya, lagian tau tempat kek, ini dikampus." Kata Adriel. "Hahaha, bagus riel... gue juga kaum jomblo berasa tertekan." Sahut Nana, yang mendapat gelakan tawa oleh semua nya. "Yeuu, ayank, kan kamu sama aku." Kata Abi. "Dihh," "Udah-udah balik-balik, kelas nya udah mau mulai, Nana, ayo geret Jena!" Perintah Adriel, Nana mengganguk, lalu menarik Jena pergi. "Dahh babe!" Teriak Jena. Yang dibalas lambaian tangan oleh Tama. === Selesai ngampus Jena, Tama dan teman-teman pergi ke cafe terdekat. Seperti biasa mereka nongkrong ber-enam. "Sayang~" Adriel menoleh ke Ares, "apa sayang?" Nana berdecak, "please, kalian kalau mau uwu-uwu an jangan didepan jomblo." "Ayang mah, aku mau dikemanain?" Tanya Abi sambil memayunkan bibirnya seolah-olah, Abi marah ke Nana. "Apasih bi," "Kok aku dibilang babi.." "YA NAMA LO KAN ABI!" Bentak Nana, Abi hanya mendengus sebal mendengar bentakkan Nana. Sedangkan yang lain nya hanya tertawa. "Tama, lo kata nya lagi ada masalah sama bokap, nyoka lo," kata Ares "Iyanih, ortu gua nyuruh pindah ke spanyol," Ucap Tama sambil mengaduk jus semangka nya menggunakan sedotan. "Terus aku gimana, yang?" Tanya Jena. Tama menghela napas, "gatau juga aku, ini aku masih coba ngelak." "Yaa kalau ortu nya Tama maksa, kalian terpaksa ldr-an." Kata Riel "Gamau aku," kata Tama. Saat asik-asik nya berbincang, ponsel Jena berbunyi, Jena langsung mengangkat telfon yang diketahui dari mami nya. "Assalamualaikum mi, ada apa?" "......" "Ihh, Jena gamau ya!" "....." "Ngapain sih anak pungut itu dimanjain?! Suruh pulang sendiri kan bisa!" "....." "Yaudh iya!" Jena mematikan sambungan telfon tersebut. Ia berjalan kembali ke meja tempat teman-teman nya berada. "Ada apa Jen?" Tanya Riel "Leon kecelakaan, gue disuruh jemput Leon di rumah sakit." Kata Jena. "Yahh..." gumam Tama dengan kecewa, "sebentar aja ya sayang, nanti aku usahain kesini balik." Kata Jena. Jena membereskan barang-barang nya, lalu mencium pipi kiri Tama. "Bye guys, dadah sayang, love you!" Jena pergi dari cafe tersebut, ia dengan segera menuju lokasi yang diberikan oleh mami nya. Sepanjang jalan, Jena tak henti-henti nya mengutarakan kekesalan nya dimobil. Bagi Jena, Leon adalah hama di keluarga nya, Leon selalu salah dimata Jena, seakan-akan Leon melakukan kesalahan besar. Sesampai nya di rumah sakit, Jena langsung masuk mencari Leon. Setelah menemukak ruangan nya, Jena langsung masuk. "Leon!" Leon yang tadi nya sedang berbincang dengan teman nya Gibran, mengalihkan pandangan nya ke Jena, begitupun Gibran—teman Leon. "Kenapa lo bisa kecelakaan? Nyusahin tau ga! Kalau gabisa naik motor tuh pake taksi aja, beban banget lo!" Maki Jena. Leon menundukkan kepala nya, ia jadi merasa bersalah karena sudah menyusahkan Jena. "Maaf mbak, tapi Leon di tabrak sama orang... maaf udah nyusahin mbak," ucap Leon. "Sekarang lo sudah bisa pulang belum?" "Belum mbak, kaki kanan Leon patah.." "Nyusahin!" Setelah mengatakan itu, Jena pergi dari ruangan nya Leon, begitu saja. Sedangkan diruangan Leon masih saja menunduk. "Leon, lo kenapa lemah banget sih di depan mbak lo? Lawan dong, lo engga salah," ucap Gibran dengan kesal. "Tapi bran ... gue cuman adek angkat nya aja, mana bisa ngelawan." "Huftt..." Gibran menghela napas dengan berat. "Yaudah deh, terserah lo. Lagian yang kenapa-napa juga lo." "Iya," "Gue bantu doain, semoga mbak lu sadar kalau lo bukan hama ataupun beban." "Aamiin..." ucap Leon, sambil menatap kearah pintu ruangan nya. ### jangan lupa follow akun ini ya ^^ happy reading

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.7K
bc

My Secret Little Wife

read
98.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook