Malaikat Penolong

898 Words
“Bagaimana, Nona?” tanya David memastikan. Setelah lama termenung, akhirnya Alena mengangguk. Dia memilih untuk ikut dengan pria asing yang mengajaknya. Walaupun Alena belum mengetahui siapa pria yang ada di sampingnya sekarang, dia merasa sedikit lega. Alena merasa diperhatikan, saat melirik ke sampingnya ternyata benar, David memerhatikannya. “Om, kenapa ajak aku ke kediamanmu?” tanya Alena sedikit merendahkan suaranya. Isak tangis masih saja keluar dari bibir Alena. “Namaku David, bukan ‘Om’ seperti yang kamu katakan,” jawab David santai. “Om, Alena serius! Kenapa om memilih untuk mengajak Alena? Alena sudah tidak mempunyai keluarga, tidak punya harta benda. Apa om akan menjual Alena ke teman-teman om yang suka bermain wanita? Hiks ....” Alena terus berbicara di sela-sela isakannya. David tersenyum simpul menanggapinya, Alena kesal tak kunjung mendapatkan jawaban. Dia akhirnya terdiam sembari terisak menangis. Bayangan jeritan keluarganya terlintas di benaknya, keluarganya yang tak bernyawa bersimbah darah dibunuh oleh orang lain membuat Alena menyesal atas kepulangannya. Dalam hatinya dia berkata, jika saja dia tidak pulang siang tadi, mungkin pembantaian itu tidak akan terjadi. “Minumlah!” David menyodorkan botol minuman pada Alena. Dengan cepat, Alena mengambil botol minum tersebut, dia memang haus sejak tadi. Alena meneguk air tersebut hingga kandas. Lagi-lagi senyum ciri khas David keluar begitu saja. Farez yang menatap interaksi mereka dari kaca depan tersenyum lebar. “Terima kasih telah menjadi malaikat penolongku,” ucap Alena seraya memberikan botol minum itu kembali. David tidak menjawab, hanya keheningan yang terjadi di antara mereka saat ini. Jalanan sepi telah terlewati, kini mulai memasuki kawasan jalanan umum, sehingga masih ada beberapa kendaraan yang berlalu-lalang. Farez semakin mempercepat laju mobilnya, dia sudah lelah ingin segera sampai di mansion untuk merebahkan tubuhnya. Apalagi Farez tahu betul bagaimana David, dia tidak suka jika Farez mengendarai mobilnya dengan lelet. David tipe orang yang ingin serba cepat tentunya. Mobil Lamborgini Aventador tersebut kini memasuki sebuah gerbang yang terbuka otomatis. Alena melihat ke jendela, taman buatan yang sangat cantik diterangi oleh lampu-lampu di sekitaran sana. Berbagai jenis bunga tertata rapi, disertai beberapa bangku di tengah-tengah taman tersebut. Kolam kecil dengan patung Harimau di tengah-tengahnya membuat Alena terkagum. Bangunan menjulang tinggi terlihat sekitar beberapa meter lagi, berwarna kuning emas yang sangat memancarkan kesan elegannya. Alena terpaku, sungguh tempat tinggal pria asing di sampingnya melebihi tempat tinggal keluarga Orlando. Bisa jadi, 3x lipat dari kediaman Orlando’s Family. “Kau terkagum, Nona? Mansion ini milik pria di sampingmu.” Farez melirik ke belakang, mengajak Alena berbicara. “Aku sudah menebaknya,” jawab Alena santai. Mobil tersebut berhenti, Farez turun terlebih dahulu membukakan pintu untuk David, lalu mengelilingi mobil membukakan pintu untuk Alena. Sepertinya Alena berusaha untuk tegar, dia menghapus air matanya yang terus saja menurun, ingatan beberapa jam lalu belum bisa Alena lupakan. Memang, tidak akan bisa dia lupakan sampai kapan pun. Kejadian ini hal terburuk selama 20 tahun Alena hidup di muka bumi. “Masuk!” ajak David seraya mengarahkan Alena ke pintu utama. Tampak para pelayan datang berjajar menyambut kedatangan tuannya. David memerintahkan pada salah sayu pelayan untuk mengantar Alena ke salah satu kamar di samping kamar pribadinya. Alena yang sudah lelah, langsung mengikuti ke mana arah pelayan itu mengarahkannya. “Ini kamarnya, Nona,” ucap Lisa. “Terima kasih. Bajuku kotor, apakah ada baju ganti untukku?” tanya Alena. “Nona bisa memakai pakaian yang ada di lemari itu!” tunjuk pelayan terhadap Alena. Alena mengangguk, dia segera berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Alena berendam di dalam bathub, matanya dia pejamkan, air matanya kembali lolos membasahi permukaan wajahnya. “Tuhan. Kenapa kau ambil seluruh orang yang aku sayang begitu cepat? Mengapa di saat aku baru kembali, kau hancurkan kebahagiaan itu. Aku harus bagaimana, Tuhan?” Alena berbicara di sela-sela isakannya. Sekitar 30 menit, Alena masih setia berendam di dalam bathub tersebut. David yang merasa takut terjadi apa-apa dengan Alena segera mengecek kamar yang ditempati gadis itu. Hasilnya kosong, tidak ada satu pun manusia yang ada di sana. David menelisik ruangan, dia melihat pintu kamar mandi yang tertutup. David dapat menebak bahwa dia ada di sana. Tok ... tok ... tok .... Suara ketukan itu berasal dari David, hal itu membuat Alena yang berada di dalam tersentak kaget. Alena segera menyelesaikan ritual mandinya, dia memakai handuk lalu berjalan membuka pintu. Dia hanya menyembulkan kepalanya saja, menatap David heran. “Om, kenapa ke sini?” tanya Alena bingung. “Makan, di bawah.” Hanya itu yang ke luar dari bibir David, dia segera berlalu dari hadapan Alena. Untung saja Alena bukan gadis yang bodoh, dia dapat mengartikan bahasa David. Segera saja dia melihat-lihat isi lemari pakaian yang berada di dalam kamar tersebut. Mata Alena yang sembab, kini membulat sempurna tatkala melihat isi lemarinya terdapat berbagai jenis baju perempuan. Pandangan Alena jatuh pada baju tidur berlengan pendek, dia segera menuju walk in closet untuk memakainya. Setelah selesai, Alena merapikan rambutnya di depan cermin, dia melihat matanya sangat sembab akibat terus menerus menangis. Bukannya diam, setelah itu dia nangis kembali, dia mulai terisak kembali. David kembali datang menghampiri Alena di kamarnya, dia membawakan satu nampan makanan dan segelas cokelat hangat untuk Alena. “Ini dimakan,” ucap David ramah. Alena berbalik menatap ke arah David, demi apa pun David terkesima melihat penampilan Alena yang sudah membaik sekarang. Tubuh Alena yang ideal, parasnya yang cantik, surainya yang panjang kecokelatan, serta manik matanya yang indah membuat David terpaku menatapnya. “Nice,” gumam David pelan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD