Baik-baik Saja?

2048 Words
Setelah sarapan, Velgard dan Bevrlyne menunggu bus di seberang jalan di mana biasa mereka berdiri. Pakaian yang biasa mereka kenakan selalu serba hitam, yang jarang terlewat adalah jaket bertudung berwarna hitam yang satu ukuran dan satu model. Hari ini Bevrlyne mengikat dua ekor rambutnya seperti pada hari-hari biasa, entah mengapa gadis muda itu sangat suka dengan gaya rambut yang seperti itu. Sementara Velgard sering mengganti model rambutnya, rambut yang ditata itu setiap harinya selalu licin dan berdiri karena diminyaki. Bagusnya, warna rambut mereka hitam legam yang terkadang mengilap, warna yang amat jarang bagi warga California, apalagi rambut yang mengilap alami tanpa perawatan apa-apa. Hanya selang satu menit mereka berdiri di sana, bus sekolah sudah menampakkan diri. Ini adalah keterlambatan mereka yang pertama, soalnya apabila dalam waktu biasa, mereka akan menunggu cukup lama sekitar sepuluh sampai dua puluh menit. Ketika mereka naik ke dalam bus, seperti biasanya Velgard langsung mengundang keberisikan bersama teman-teman footballnya. Sedangkan Bevrlyne mencari tempat duduk kosong yang kala itu berada tepat dua kursi di belakang si sopir bus. Ia duduk lalu memandang keluar jendela. “Aku yakin Velgard memiliki kekuatan, apa aku harus memberitahunya ya?” Beverlyne berucap dalam benaknya. Sejak malam, ia terus teringat mengenai tubuh Velgard yang mendadak panas lalu ia ingat mengenai kekuatan yang dirinya miliki yang mana itu juga datang dan pergi begitu saja. Pada saat itulah tiba-tiba Bevrlyne bergidik tanpa sebab. Perasaannya itu muncul ketika ia merasa ada angin yang berembus melewati tubuhnya berasal dari depan sisi kanan yang mana itu mustahil terjadi, tidak ada celah besar yang memungkinkan angin masuk ke dalam bus. “Kenapa aku tiba-tiba merinding ya? Aku jadi agak kedinginan sekarang.” tanyanya dalam benak. Memang benar, Bevrlyne bukan hanya merasa kedinginan, tapi ia juga merasa merinding seolah bulu kuduknya memperingatkan dia terhadap bahaya. Sayangnya, ia sama sekali tak tahu menahu bahaya macam apa yang membuat hal seperti itu terjadi. Lagi pula, sejak kapan dirinya sensitif terhadap bahaya dan hal-hal semacam itu? Jika diingat lagi, ia memang sudah merasa ada hal-hal yang aneh sejak sebulan lalu. Perasaan merinding inilah yang menjadi alasan dirinya tak berani tidur sendirian. Ia ingin membahas semuanya bersama dengan Velgard, tapi tampaknya saudaranya juga memiliki masalah yang sama, yang paling menonjol adalah kejadian beberapa jam yang lalu di mana tubuh Velgard tiba-tiba mengalami kenaikan suhu yang abnormal. “Aku harap aku hanya kedinginan biasa, jangan sampai tubuhku membeku.” Bevrlyne merasa takut kalau dirinya tiba-tiba saja menjadi patung es. Siapa yang tahu kalau itu akan terjadi, sebelumnya Velgard tiba-tiba menjadi panas, ada kemungkinan dirinya juga bisa menjadi sebaliknya, yaitu tubuhnya tiba-tiba sama seperti balok es. “Tidak, aku tak boleh memikrkan semua itu. Meski tak bisa kumungkiri, tapi lebih baik pura-pura tidak tahu dan tak pernah memikirkannya.” Diam-diam, Bevrlyne memikirkan hal tersebut. Apa yang terjadi pada mereka? Ia ingin tahu, tapi bagaimana cara mencari tahunya? Tak ada petunjuk yang akan memberikan jawaban mengenai keabnormalan yang mereka alami, tak ada tempat untuk mereka bertanya. Siapa yang akan tahu mengenai apa-apa saja yang mereka alami. Orang dewasa mungkin hanya akan menganggap ini adalah halusinasi atau semacamnya. Tapi jelas jika yang mereka rasakan sama. Bevrlyne kadang merasa jika emosi dan karakter dirinya berlainan dengan apa yang dirinya miliki, seolah dia berubah menjadi sosok orang lain saja. Beberapa hari yang lalu, Bevrlyne membunuh seekor laba-laba dengan s***s, mematahkan kaki makhluk itu sedikit demi sedikit sebelum memutuskan semua bagian kaki. Lalu ia membunuhnya menggunakan kaca pembesar, memanggang binatang itu hidup-hidup. Tentu saja Bevrlyne tak pernah berbuat hal seperti itu, ia bahkan tak suka dengan urusan kehidupan dan kematian, termasuk mengenai nyawa serangga. Bevrlyne tak menyukai serangga, ia jijik menyentuhnya. Ketika adegan itu terjadi, Bevrlyne bahkan sempat menganggap bahwa dirinya memiliki kepribadian ganda yang mana sisi lainnya adalah gadis jahat. “Huh, kenapa harus mengalaminya sekarang? Padahal aku dan Vel baik-baik saja selama beberapa bulan ke belakang.” Bevrlyne terlarut dalam pikirannya. Sepanjang perjalanan ia jadi memikirkan banyak hal, semua itu dipicu akibat ia menyaksikan sendiri bagaimana kekuatan Velgard membuat tubuh pria itu menjadi panas. Karena ia terlalu larut, ia bahkan sampai tidak sadar bahwa mereka sudah tiba di sekolah. Bahkan ketika Velgard beberapa kali menepuknya, ia sama sekali tidak memberikan suatu repons yang diharapkan. “Bev, kau melamun?” tanya Velgard karena beberapa kali panggilannya tak digubris. “Oh, kenapa? Kau memerlukan sesuatu?” tanya Bevrlyne pada akhirnya. Ia menoleh memandang saudaranya itu, masih belum sadar dengan keadaan sekitar. “Ya ampun, sepertinya kau sakit sungguhan.” Velgard menggeleng sambil menggumam lesu. Ia kemudian menambahkan. “Kita sudah sampai, kau masih diam saja. Aku memanggilmu beberapa kali.” Velgard menjelaskan mengutarakan maksud dari apa yang ia lakukan. Bevrlyne memandang sekitar dan memang benar jika mereka sudah sampai di sekolah mereka. Ternyata lamunannya membuat ia lupa dan tak merasakan lamanya waktu telah berlalu. “Oh, kau benar. Ayo turun.” Bevrlyne beranjak berdiri. Velgard kemudian menahannya. “Tunggu sebentar.” “Ada apa? Kita bisa terlambat loh, jam pertama akan segera dimulai.” “Kau sakit atau ada masalah yang dipikirkan?” tanya Velgard penuh perhatian. Jelas jika dia khawatir terhadap saudarinya. Bevrlyne tersenyum dan menggelengkan kepala sehingga rambutnya bergerak-gerak. “Kita bisa membahasnya nanti, ayo turun.” “Oh, oke.” Karena Velgard tak mau mendebat, maka ia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi. Toh apabila ada sesuatu yang harus dirinya ketahui, tanpa diminta sekalipun, saudara perempuannya itu akan memberitahunya. Akhirnya mereka turun dari bus. Mereka yang terakhir turun. Entah kenapa, Bevrlyne tidak ingin berterus terang pada saudaranya untuk saat ini, ada semacam perasaan atau sesuatu yang menahannya untuk buka suara. Selain itu, saat ini bukan waktu yang tepat baginya untuk mengungkapkan semuanya. *** Morgana High School adalah sekolah yang tak jauh berbeda dengan sekolah pada umunya di California. Tahun ajaran dan segala fasilitas yang diberikan tak ada yang berbeda dengan sekolah lainnya. Beberapa lapangan olahraga dimiliki oleh sekolah ini, terdapat lebih dari dua puluh ruangan yang membentuk bangunan Morgana High School. Pohon-pohon yang rindang ditanam di lingkungan bangunan, bukan hanya di halaman saja. Pagi ini, suasana bangunan itu tampak ramai oleh para pelajar yang baru datang atau sekadar nongkrong menunggu jam pelajaran dimulai, berbagai aktivitas berlangsung di sana. Velgard memainkan bola di tangannya ketika ia berjalan bersebelahan dengan Bevrlyne, arah tujuan mereka tentu saja adalah loker. “Kau yakin baik-baik saja? Aku bisa meminta surat izin untukmu kalau kau merasa tak nyaman, pulang saja sana.” Velgard menawarkan diri padanya. Ia tampak memperhatikan keadaan sekitar seolah suasana sekitar benar-benar menarik perhatiannya, Bevrlyne bersikap sebaliknya, jika tak menunduk, ia berjalan lurus saja tanpa memandang ke sekitar. Sejak turun dari bus, Bevrlyne seperti itu gelagatnya, tapi hal itu sudah dianggap wajar karena seperti itulah kebiasaannya. Yang membuat Velgard khawatir adalah karena Bevrlyne yang tampak terus melamunkan sesuatu dan tadi dia mengaku jika tubuhnya kedinginan. “Aku oke, don’t worry, bro.” Bevrlyne menyunggingkan senyum singkat, tapi itu tak meyakinkan. Velgard masih tampak khawatir dengan keadaan saudarinya itu. Mereka sudah bersama selama enam belas tahun ini, Velgard cukup peka dan sadar jika ada sesuatu yang menimpa saudarinya. “Aku hanya ingin memastikan.” Velgard membalas. “Aku sehat, bahkan kakiku cukup kuat untuk menendang bokongmu dari bangunan ini.” Ia membalas sambil melontarkan candaan. Bahkan tangan kanannya menepuk-nepuk pahanya sendiri. “Oh, wow. Aku jadi takut.” Velgard membalas dengan ekspresi takut yang dibuat-buat. Bevrlyne memukul kepalanya karena itu. “Hei, hati-hati. Kau bisa merusak rambutku.” Velgard tampak sangat menjaga gaya rambutnya, ia tampak benar-benar posesif terhadap rambut yang bisa dibilang biasa saja, hanya ditata supaya rapi saja. Bevrlyne tersenyum menyeringai, kedua tangannya tampak menakutkan ketika terangkat. Ia meraih kepala untuk mengacak rambut Velgard. Tapi anak laki-laki itu segera berkelit. “Jauhkan tanganmu dari rambutku!” Velgard memperingatkan pada Bevrlyne yang masih memasang ekspresi jahilnya. Tangannya menunjuk dua tangan Bevrlyne yang tampak kapan saja bisa menyerang. “Ada sesuatu di rambutmu, aku ingin membantu.” Bevrlyne maju menyerang lagi. “Kau cukup membantuku dengan menjauhkan tangan jahat itu dari rambutku.” Velgard segera melarikan diri seolah dia melihat hantu setelah mengatakan itu, tentu saja itu membuat Bevrlyne tertawa lalu mengejarnya. “Hei, jangan menolak bantuan baik dariku!” Bevrlyne berteriak sambil mengejar saudaranya. “Kau penjahat!” Velgard balas berteriak. Pada akhirnya mereka melakukan aksi kejar-kejaran di lorong yang terdapat banyak murid yang berlalu lalang. Tiba di tempat loker mereka berada. Velgard menghentikan langkahnya, ia menoleh ke belakang di mana Bevrlyne sudah mengangkat tangan siap menyerang rambutnya. Ternyata Bevrlyne mampu mengejar, lebih dari itu, saudarinya mampu menyamai kecepatan larinya―sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak terakhir kali mereka saling kejar-kejaran, yaitu sekitar satu setengah bulan yang lalu ketika minggu pagi, ketika mereka pulang dari lari pagi dan membeli ice cream, Velgard mengambil kedua es itu lalu melarikan diri. “Hentikan itu, sis, aku tak mau memperbaiki rambutku.” Velgard buru-buru menghentikannya sebelum hal yang tak dia inginkan terjadi. Bevrlyne cemberut dengan teguran itu, ia menurunkan tangannya. “Kau tak asyik.” Bevrlyne segera menjuru pada lokernya. Mereka memiliki loker yang jaraknya terpisah dua loker saja. Ia membuka kunci dan menurunkan tas dari punggungnya. Mengganti barang-barang yang ada di dalam sana. “Memang, aku tak suka ada yang bermain dengan rambutku, aku yakin kau juga sama.” Velgard membalas sambil memasukkan barang ke dalam lokernya. “Siapa bilang? Nih, nih, aku tak keberatan.” Bevrlyne menjulurkan rambut yang diikat pada bagian kanannya pada Velgard. Tentu saja Velgard tak membuang kesempatan, ia meraihnya dan langsung menarik rambut saudarinya. Tarikannya membuat tubuh Bevrlyne juga sampai menubruk badannya. “Aw... Hei, itu penindasan!” Bevrlyne memprotes dengan sebal, ia menepis rambut panjangnya dari tangan jahat itu lalu memukul kepala Velgard beberapa kali, tapi itu pada bagian belakang, tak sampai merusak gaya rambut pria itu. Yang dipukul hanya terkikik saja tanpa ada niat untuk melawan atau menepis. Setelah puas, Bevrlyne kembali pada lokernya. “By the way, hari ini kau masuk kelas apa?” tanya Velgard. “Tumben kau bertanya, ada apa?” tanya Bevrlyne, ia tak langsung memberikan jawaban. Velgard mengangkat bahu satu kali. “Hanya penasaran,” jawabnya singkat. “Oh. Aku ada kelas biologi dan Bahasa Inggris.” “Bagus, jangan lupa nanti sore.” Velgard mengingatkan lagi tentang pertandingan yang akan ia lakukan nanti sore pada Bevrlyne. “Aku tahu, tak perlu mengulang lagi.” Bevrlyne membalas tanpa menoleh. “Oke, tapi apa kau sungguh tak sedang kurang sehat?” tanya Velgard, ia mengulang percakapan yang sebelumnya. “Aku bisa mengejarmu tadi, apa aku harus membuktikan yang lain?” tanya Bevrlyne yang menegaskan jika dirinya benar-benar sehat. Bahkan sebelumnya ia mampu berlari tanpa terjatuh, tanpa menabrak sesuatu dan tak sampai terengah-engah. “Cukup meyakinkan,” balasnya yang secara tak lain tak perlu ada pembuktian khusus. “Tapi jika ada apa-apa atau kau merasa benar-benar memerlukanku, kau tahu di mana bisa menemukanku.” Velgard menambahkan, ia berpesan pada saudarinya. Pada akhirnya Velgard memutuskan untuk percaya dan membiarkan Bevrlyne, ia tak perlu memaksa dan mendesak, karena jika ada apa-apa, saudarinya itu pasti akan berbagi padanya. Jika itu memang sesuatu yang perlu dibagikan. “Di toilet wanita, ya kan?” tebak Bevrlyne dengan candaan. “Bukan! Lagi pula untuk apa aku ada di sana?” tanya Velgard dengan tampang pura-pura marah dan tak terima. “Mendata apa-apa saja yang pada gadis lakukan ketika berada di toilet, lalu kau bermain-main dengan gumpalan dagingmu sebagai pelampiasan,” balas Bevrlyne dengan candaan. Tangan mereka tak berhenti bergerak dari aktivitas yang hampir mirip. “Apa aku semesum itu di depan matamu? Kau saudariku menilaiku seperti itu.” Velgard memasang wajah sedih. Ia seperti tersakiti karena saudarinya sendiri menilai buruk tentang dirinya. Bevrlyne yang melihat ekspresi Velgard segera memasang wajah jijik yang dibuat-buat. “Kau tampak menjijikkan ketika memperlihatkan wajah seperti itu.” Bevrlyne mengejek sambil mendorong pelan saudaranya. “Kau terlalu jahat.” “Sudahlah, aku ada kelas. Akan kucari dirimu jika ada masalah.” Bevrlyne menepuk pundak Velgard satu kali lalu berjalan pergi setelah mengatakan itu. Ia benar-benar tampak tak memiliki beban masalah apa pun saat ini, bahkan tampak biasa saja. “Bagus, have a nice day, sis,” kata Velgard. “You too.” Mereka saling melambai sebelum Bevrlyne mengalihkan pandangan lalu menghilang di balik kerumunan. Mereka kemudian berpisah di sana. Setelah menyimpan bola dan yang lain, Velgard juga sudah memasukkan buku-buku pelajaran hari ini, maka ia menutup loker lalu menguncinya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD