California tampak sejuk dan nyaman pagi ini, keadaan tampak tenteram dan damai. Tak ada tanda-tanda jika cuaca cerah ini akan mengalami perubahan iklim.
Matahari mulai bersinar, waktu menunjukkan saat ini sudah memasuki jam tujuh pagi, Velgard sudah bangun tidur ia berada di kamar mandi, membersihkan diri tapi bukan mandi, hanya cuci muka saja. Beberapa jam yang lalu dia sudah mandi dalam bak dan rasanya tak akan ada kotoran apa pun selama beberapa jam ini, rasanya tidak ada gunanya untuk mandi lagi.
Ia menggosok gigi dan merasakan ada yang aneh di dalamnya. Ada yang mengganjal ketika sikat gigi menelusuri dalam mulut. Lantas ia segera berkumur dan langsung membuka mulut di depan cermin.
“Tak ada apa-apa, tak ada yang aneh.” Ia berkata dalam benaknya. Dalam pantulan cermin, segala hal yang ada di dalam mulutnya tampak baik-baik saja.
“Vel, kau masih di dalam? Apa yang sedang kau lakukan? Kukira kau tak memerlukan mandi untuk yang kedua kalinya.” Bevrlyne menggedor pintu kamar mandi sambil berseru agak berteriak juga. Ini sudah menjadi kebiasaan yang terjadi apabila Velgard yang pertama kali memasuki kamar mandi. Bevrlyne seperti seseorang yang tidak sabaran, ia akan menggedor pintu memaksa saudaranya itu agar segera meninggalkan tempat yang akan dirinya gunakan.
“Aku tidak mandi lagi, dan tolong jangan siksa pintu tak berdosa itu terlalu keras, kita tidak mau membeli pintu baru lagi akibat perbuatan jahatmu.” Velgard membalas sambil menoleh ke arah pintu. Ia sama sekali tak menggubris perkataan Bevrlyne yang jelas tak sabar untuk segera masuk seolah ia sedang sakit perut yang mana ia sangat memerlukan toilet untuk membuang bebannya.
“Oh baiklah, pintu tak berdosa ini akan kuampuni, tapi aku akan merusak gaya rambutmu jika kau tak membuka pintu sekarang juga!” Gadis muda itu melontarkan ancaman keras, Velgard akan menata rambutnya sebaik mungkin ketika hendak berangkat sekolah, itulah rutinitasnya sehingga Bevrlyne mengatakan kata-kata sebelumnya. Biasanya Bevrlyne yang pertama kali mandi, tapi sekarang didahului oleh Velgard sehingga ia terdengar agak kesal.
“Aku bahkan belum menata rambutku tapi kau sudah memiliki siasat busuk terlalu dini,” sahut Velgard dengan senyum puas karena berhasil membalas dendamーyaitu dengan membuat saudarinya menunggu, seperti yang beberapa kali Velgard alami jika Bevrlyne terlalu lama berada di dalam kamar mandi.
“Oh ayolah. Kita butuh sarapan dan bus sekolah tak akan menunggu dua murid yang bermalas-malasan! Jangan banyak bicara lagi, keluar sekarang juga!” Bevrlyne memberitahukan jika mereka bisa terlambat jika terus menerus memainkan drama ini. Velgard segera sadar, mereka harus berangkat bersama dan jika Bevrlyne terlambat, dirinya juga mengalami hal yang sama.
“Oke, aku segera keluar, tunggu sebentar.” Setelah mengatakan itu Bevrlyne tak menggedor pintu lagi, bahkan Velgard juga segera mempercepat pekerjaan dan aktivitas di kamar mandi.
Selang satu menit berlalu, kesabaran Bevrlyne akhirnya menguap. Ia menggedor lagi dengan tampak tak sabaran seolah batas waktu menunggu sudah habis.
"Kau masih belum juga keluar?!"
"Sebentar lagi, kenapa kau tidak sabaran? Aku tidak akan lama, tunggu saja." Velgard menyahut dari dalam.
“Vel, aku akan mendobrak pintu jika kau masih di dalam untuk lima detik lagi!” Untuk satu kali lagi, Bevrlyne melontarkan ancaman. Sedetik kemudian Velgard keluar.
“Kau mau menghancurkan pintu? Memangnya kau nyaman mandi dengan keadaan kamar mandi tak berpintu?” tanya anak laki-laki itu, sengaja berdiri di hadapan Bevrlyne. Ia sudah rapi dan rambutnya sudah diberi gel rambut dan ditata sedemikian rupa.
Bukannya menjawab, Bevrlyne menerobos masuk dan mendorong Velgard keluar.
“Menyingkirlah!” sergahnya. Tidak ada waktu untuk mereka membahas hal-hal yang tidak perlu.
“Outs, kau kasar. Rambutku bisa berantakan.” Velgard tampak sangat melindungi rambutnya dari serangan dan ancaman apa punーyaitu bahaya dari tangan-tangan saudarinya sendiri.
“Ingat satu hal. Jangan makan sarapanku.” Bevrlyne langsung memberi peringatan tegas padanya. Velgard malah tampak berpikir lalu tersenyum jahil pada adiknya itu.
“Akan kupertimbangkan.”
“Vel!” Ia membentak dengan kemarahan.
“Aku hanya bercanda, jangan terlalu lama di ...” Belum selesai Velgard berbicara, Bevrlyne sudah menutup pintu. Velgard angkat bahu dan berlalu dari sana, sepertinya adiknya itu sudah serius dan benar-benar harus melakukan aktivitasnya, waktu menggodanya sudah selesai. Ia berjalan menuju dapur di mana Ibu mereka sedang menyiapkan sarapan.
“Selamat pagi, Mom.” Velgard menyapa saat ia menjatuhkan tubuhnya untuk duduk di tempatnya, kursi makan yang hanya berjumlah tiga dan Velgard selalu duduk di tempat yang sama.
Sang ibu yang sedang berada di depan alat masak tampak sedang menyiapkan sarapan bagi mereka. Ia menoleh sesaat pada Velgard ketika mendengar sapaannya lalu kembali pada pekerjaannya.
“Kau bangun lebih awal rupanya. Atau mungkin kau tak tidur setelah mandi?” tanya wanita setengah baya itu, sengaja menyinggung kejadian tadi malam di mana anak-anaknya main air ketika pagi buta, sesuatu yang baru pertama kali terjadi selama sepasang saudara kembar itu hidup bertahun-tahun bersama. Meski ia menebak seperti itu, jelas dilihat dari raut wajah Velgard tampak segar seolah ia sama sekali tak bergadang.
“Bagaimana aku bisa tidur jika badanku hampir membeku?” Velgard membalas dengan candaan, ia meraih gelas s**u lalu meneguknya. Tentu saja ia mengatakan itu karena bukan hanya air dingin saja yang dimasukkan ke dalam bak mandi atau bathtub waktu itu, tapi beserta banyak es batu yang menjadi persediaan mereka.
“Oh, dan apa yang sebenarnya kalian lakukan? Aku tak tahu kebiasaan kalian bercanda sampai seperti itu?” tanya Caitlin, ia terlihat setengah penasaran. “Itu tengah malam dan kalian sungguhan basah kuyup.” Caitlin menambahkan. ia kemudian berjalan menuju meja makan sambil menaruh makanan yang baru saja selesai dirinya buat.
“Jangan-jangan kalian sedang bermimpi lalu mengira itu nyata sehingga kalian malah melanjutkannya dengan main air?” Caitlin menduga-duga. Velgard menggeleng sambil tersenyum.
“Mom, tak ada apa-apa. Kami hanya melakukan permainan.” Velgard menjawab dengan enteng seolah ia mengatakan kejujuran. Nyatanya ia hanya mencari alibi agar kekuatan aneh yang sering muncul seenaknya itu tetap menjadi rahasia.
“Pagi-pagi?” tanya sang ibu dengan ketidakpercayaan yang jelas dari nada bicaranya. Beberapa makanan ia sajikan di atas meja. “Aku yakin ada sesuatu yang kalian lakukan selain hanya bermain-main saja.” Ia lanjut berbicara seperti meminta penjelasan yang lebih rinci dan lebih jelas agar bisa membuatnya puas.
Velgard menggelengkan kepala, ia tersenyum. Selama sisa malam ia sudah menyiapkan apa yang harus dirinya katakan seandainya Caitlin mengajukan pertanyaan yang seperti ini. Ya, ia sudah menyiapkan alibi demi merahasiakan kekuatan yang dimilikinya.
“Oke, oke, aku menyerah. Akan kuceritakan apa yang terjadi sebenarnya.”
“Kalau begitu kita dengar apa yang dilakukan anak-anak nakalku.” Caitlin segera duduk memasang posisi nyaman untuk mendengarkan.
“Jadi, seperti ini kisah yang terjadi sebenarnya waktu itu, “ ia menjeda sesaat. “Bev secara tiba-tiba saja bangun tengah malam, dia berteriak-teriak seperti yang sudah terjadi beberapa waktu lalu.” Ia memulai kisah bohongnya.
Caitlin yang mendengar itu kembali teringat dengan apa yang terjadi pada putrinya, hal itu memang pernah terjadi beberapa kali ketika Bevrlyne masih tidur di kamarnya sendiri.
“Seperti yang mom tahu, ketika aku bertanya dia menjawab bahwa dia mengalami mimpi buruk lagi. Aku hanya menghiburnya agar tak berteriak-teriak seperti sebelumnya.”
“Tapi dia tetap saja tak terhibur, padahal aku sudah melakukan apa saja untuk melakukannya, malah dia berakhir menangis keras.”
“Lalu? Untuk menghiburnya, maka kau menceburkan diri di dalam air dingin tepat tengah malam?” tebak Caitlin.
“Itu yang terjadi. Sebenarnya, aku tidak menceburkan diri, tapi menyeret Bev ke dalam kamar mandi lalu mandi bersama agar dia berhenti menangis.” Velgard memberikan penjelasan yang tak lengkap, tapi jelas ia tak berbohong.
“Dan itulah alasan kenapa kau berada di dalam bak mandi?” tanya Caitlin sambil mengerling.
“Itu salah satunya.” Velgard angkat bahu. Mereka sudah sepakat jika kejadian malam tak boleh sampai tersebar, mereka akan membatasi siapa saja yang tahu hanya sebatas mereka berdua saja.
“Demi Tuhan. Kau terlalu berlebihan.”
“Aku baik-baik saja. Itu kabar baiknya.” Velgard membalas dengan ekspresi sok polos.
“Dan kita kehabisan es.”
“Aku bisa membuatnya.” Ia menambahkan.
“Terserah.”
Tak lama dari itu, Bevrlyne sudah berpakaian, ia datang dengan handuk yang masih ia gunakan untuk mengeringkan rambut panjangnya. Ia berjalan menuju ke arah meja makan.
“Vel, kau tak sedang membicarakanku, kan?” tukasnya langsung memandang pada Velgard. Sepertinya ia mendengar percakapan antar ibu dan saudaranya. Wajar apabila ia mendengarnya, suara mereka cukup jelas untuk bisa didengar walau Bevrlyne sedang berada di lantai dua.
“Tidak.” Velgard menggeleng. Benar-benar tampak cuek dan enteng saat mengatakan itu.
“Kau berbohong.” Gadis muda itu tak memercayainya.
“Aku membahas mengenai es yang kau masukan ke dalam bak,” katanya dengan dusta penuh pembelaan diri. Jelas jika saudarinya tak yakin.
“Awas saja jika kau berbohong.” Ia memberi sorot mata yang tajam untuk memperlihatkan jika dirinya sedang serius, tapi Velgard tampak lebih gencar untuk menggodanya.
“Apa yang akan kau lakukan memangnya?” tanya Velgard, nadanya cenderung menantang.
“Aku akan mengencingi serealmu,” jawab gadis itu sambil memandang ke arah makanan yang Velgard pegang, semangkuk penuh sereal dengan s**u. Itulah makanan favorit Velgard untuk disantap ketika pagi.
“Iuhh, itu menjijikkan.” Velgard merinding jijik, ia menjauhkan mangkuk serealnya seolah Bevrlyne akan melakukan apa yang dikatakannya saat itu juga. “Kau jorok, serius.”
“Makanya, jangan macam-macam denganku.”
“Oke, Nyonya. Apa pun yang kau katakan. Yang jelas ampuni serealku yang suci dan tak berdosa ini. Dia kesayanganku.”
“Kau jadi tampak menjijikkan jika bergelagat seperti itu,” ejek Bevrlyne.
“Terima kasih. Kau sangat baik.”
“Oke, anak-anak. Mari kita sarapan dan simpan semua percakapan untuk nanti, dua puluh menit lagi bus sekolah akan datang. Kita tak mau ada yang ketinggalan.” Nyonya Drexell pada akhirnya melerai percakapan itu. Setelah kalimat itu terdengar, keduanya membungkam mulut lalu duduk dengan baik di tempat masing-masing.
Caitlin kemudian mengalihkan tatapannya pada Bevrlyne. “Dan, Bev, simpan handuk basahnya. Kita tak membawa handuk di meja makan.”
“Oke, mom.”
Mereka segera sarapan, berbeda dengan kedua wanita yang berada dalam satu meja dengannya, Velgard tak memakan roti seperti yang mereka makan, tapi memotong roti menjadi ukuran kecil lalu dicampurkan dengan serealnya. Hanya dia satu-satunya yang memakan sereal untuk santapan pagi.
Itulah rutinitas pagi keluarga kecil yang tenteram dan damai itu. Suasana yang hangat dan menyenangkan. Namun, kebersamaan ini tak akan bertahan lebih lama lagi.
***