Tubuh yang Panas?

2103 Words
Untuk sesaat, mereka berada dalam keadaan seperti itu sebelum beberapa detik kemudian, Bevrlyne merasakan suatu sensasi yang berbeda. Suhu pada tubuh Velgard tiba-tiba naik tanpa ada pemicu apa-apa. Bevrlyne melepas pelukan, tapi kedua tangannya masih bersentuhan dengan tangan Velgard. “Vel, kau panas. Apa kau sakit? Keringatmu banyak.” Bevrlyne menghentikan tangisnya ketika merasakan tubuh saudaranya panas. Ia memandang wajah pria itu dengan rasa khawatir. Velgard memasang wajah heran. “Aku merasa sangat sehat, i’m okay.” Ia menjawab. “Tapi kau panas, tubuhmu terasa sangat panas.” Bevrlyne tentu tidak memercayai kebohongan yang saudara laki-lakinya katakan. Ia tidak menyangka kalau tubuh pria itu bisa terus meningkat. Setelah ucapan Bevrlyne, beberapa detik kemudian barulah ia sadar jika apa yang saudarinya katakan memang benar, suhu tubuhnya naik. “Ini ... aku memang merasa panas dan gerah, tapi tak apa, aku akan baik-baik saja.” Velgard coba menghibur, tapi ada rasa aneh pada dirinya, suhu tubuhnya terasa semakin panas. Bevrlyne sudah lupa mengenai mimpi dan tangisnya, ia merasa ada kejanggalan pada tubuh saudaranya. Velgard sedikit mengerang dan menahan rasa panas tubuhnya. Suhu tubuh itu mendadak melonjak naik. Ia tidak tahu apa yang terjadi, semua ini terjadi begitu saja. “Ya ampun, kenapa ini?” Velgard tampak kaget luar biasa karena panas tubuhnya mulai memasuki keadaan yang di luar normal. Sepertinya kekuatan yang dirinya miliki kembali muncul tanpa dirinya inginkan. “Vel, kau baik-baik saja? Tubuhmu terus naik suhunya, aku bisa merasakan semakin panas di sini.” Bevrlyne sebenarnya tak tahan untuk bersentuhan lebih lama dengan saudaranya itu, tapi rasa khawatirnya mengalahkan perasaan itu. “Akh, panasnya.” Velgard tak bisa menjawab, ia langsung mengerang keras saat tubuhnya terasa semakin memanas. Tak ada rasa sakit yang dirinya rasakan, hanya saja sensasi tubuh yang terasa panas membuatnya ketakutan dan syok luar biasa. Apalagi saat ini tubuhnya sampai mengeluarkan asap seolah tubuhnya mulai melakukan pembakaran. “Vel, kau berasap.” Bevrlyne kaget dan langsung menjauhkan diri dengan turun dari ranjangnya ketika melihat tubuh Velgard mulai berasap. Kali ini ia sudah benar-benar tak tahan dengan suhu panas tubuh Velgard. “Aaah, ya ampun. Aku akan terbakar.” Velgard mengerang lagi, ia tampak begitu panik. Bevrlyne juga mengalami hal yang sama, ia tampak panik melihat kejadian itu. Velgard berusaha mengenyahkan panas pada tubuhnya dengan mengibaskan jaket pada tubuhnya, usaha payah yang sama sekali tak membantu. “Ke kamar mandi!” Bevrlyne segera berseru. Ia melihat jika kedua tangannya sendiri merah karena menyentuh tubuh Velgard. Velgard segera beranjak dan berlari meninggalkan kamar untuk menuju kamar mandi, Bevrlyne mengejarnya dengan kaki tanpa alas. Bevrlyne keluar dari kamar menuju lorong yang gelap ketika ia menyusul Velgard. Lorong gelap yang mengarahkannya pada beberapa ruangan itu tampak tak memengaruhinya, seharusnya dalam kegelapan ini ia menjadi buta. Tapi saat ini, Bevrlyne dapat melihat dengan baik, ia juga menyimpulkan bahwa Velgard juga sama seperti dirinya, mampu melihat dalam gelapnya lorong. Ketika ia sampai di depan pintu kamar mandi yang terbuka, ia ikut masuk ke dalam kamar mandi, ia melihat ketika Velgard mengambil gayung lalu mengguyur tubuhnya dengan air dalam bak tanpa ragu, pria itu kembali mengambil air lalu melakukan guyuran secara terus menerus, Bevrlyne menyalakan shower lalu menyemprotkan air pada Velgard, berusaha membantu untuk menurunkan suhu tubuh pria itu. “Ya ampun kenapa ini? Airnya sama sekali tak berguna!” serunya keras berusaha mendinginkan tubuh. Ia mengguyur seolah tubuhnya terbakar api sungguhan, padahal meski ia merasa sangat panas, tidak ada api yang membakar tubuhnya. Panas itu hanya keluar dari kulitnya saja, suhu itu tidak memengaruhi anggota tubuh dan pakaian yang dikenakan. Seluruhnya tampak baik-baik saja, padahal pori-pori kulitnya tampak mengeluarkan asap yang tetap tidak hilang meski ia terus mengguyur tubuh. “Bev, tolong guyur aku lebih banyak lagi!” “Kau tidak lihat kalau aku sedang berusaha?” Bevrlyne membalas dengan nada bicara yang masih sama paniknya seperti sebelumnya, cipratan air membuatnya ikut basah juga, tapi ia tak menjauh dari sana. “Lakukan yang lain, tolonglah. Ini sangat panas.” Velgard mengatakan kalimat itu penuh kepanikan dan hampir berteriak. Bevrlyne tahu bahwa mengguyur tubuh Velgard memang tidak banyak membantu, hampir tak ada kemajuan karena asap masih saja keluar. “Masuk ke dalam bak.” Bevrlyne menjatuhkan shower ke dalam bak air, ia beralih menuju bak mandi atau lalu segera menyalakan keran bak yang biasanya digunakan untuk berendam. Shower juga ia taruh di sana. Velgard patuh, ia segera masuk ke dalam bak untuk merendam tubuhnya, air secara perlahan terisi. Bevrlyne tak diam saja, ia mengambil air dari bak mandi menggunakan gayung yang Velgard gunakan sebelumnya, lalu mengguyur tubuh saudaranya itu. Ia melakukannya sampai air dalam bak berendam itu penuh, bahkan sampai air di sana tumpah ke mana-mana. Bevrlyne terus menyiram meski air sudah tumpah. Velgard sudah tak peduli dengan tubuhnya yang basah atau apa yang terjadi selanjutnya, yang ia inginkan adalah membuat suhu tubuhnya normal lagi. Sayangnya, air saja tak cukup untuk menurunkan suhu badannya. Sayang hal itu belum cukup sehingga Velgard memikirkan sesuatu, yaitu harus menggunakan sesuatu yang lebih dingin. “Ini kurang berefek, aku butuh es batu.” Velgard yang masih merasakan kepanasan akhirnya memikirkan itu. Es batu mungkin akan membantu menurunkan suhu badannya. “Kau yakin?” “Ya, lakukan saja. Hanya es batu yang bisa membantuku menurunkan suhunya.” “Oke, aku akan segera kembali.” Maka Bevrlyne berhenti mengguyur, ia meraih ember untuk wadah es lalu segera berlari meninggalkan kamar mandi, ia tak peduli jika celana pendek dan kausnya basah diakibatkan terkena cipratan air. Tak peduli juga pada kaki yang basah di mana itu bisa membuatnya terpeleset. Bevrlyne turun tangga menuju ke dapur, ia tak repot-repot memelankan langkahnya karena terlalu panik, lampu juga tak dirinya nyalakan karena keadaan remang itu sudah cukup membantu penglihatannya. Ketika berada di dapur, Bevrlyne membuka lemari es, ia mengosongkan sisi yang berisi es batu dengan mengambil semua es batu lalu memasukkannya ke dalam ember yang telah dibawanya, tanpa tanggung, ia memasukkan cetakan es beserta ke dalam ember itu. “Seharusnya ini sudah cukup.” Bevrlyne bergumam pelan setelah menghabiskan es batu di sana lalu segera menutup pintu lemari es. Tatapannya sejenak tertuju pada ember berisi es batu lalu kembali berlari menuju lantai dua di mana kamar mandi atas berada. Larinya cukup cepat sehingga semua proses yang dirinya lakukan tak sampai menghabiskan waktu lebih dari satu menit saja. Ia segera kembali dengan ember berisi es. “Aku tak tahu berapa banyak yang kau butuhkan, jadi aku bawa semuanya.” Bevrlyne berbicara sambil bergerak tergesa menuju bak di mana Velgard berada. “Bagus, masukkan saja semuanya, airnya ikut panas.” Velgard membalas ketika ia sedang bergerak berusaha mengguyur tubuhnya. “Aku tak yakin ini adalah sesuatu yang bagus, tapi terserahlah.” Atas perkataan Velgard, Bevrlyne memasukkan es-es dari kulkas itu pada bak air bercipratan dan tumpah ke mana-mana. Perubahan suhu pada bak mulai terasa ketika banyak es masuk ke dalam sana. “Oh, sepertinya ini mulai bekerja.” “Aku tak bisa bayangkan, itu pasti sangat dingin.” Gadis itu bergumam pelan tanpa menyadari bahwa ia juga pasti merasa kedinginan dengan pakaian yang basah. Setelah itulah, sang ibu datang ke kamar mandi, sepertinya ia terganggu oleh kegaduhan yang mereka timbulkan. Karena kepanikan yang terjadi, keduanya melupakan aturan rumah yang diterapkanーdi mana salah satunya adalah tidak boleh ada suara berisik ketika memasuki jam malam. “Demi Tuhan, apa yang kalian lakukan di dalam kamar mandi?” Pasang matanya menyisir sekitar di mana keadaan cukup berantakan, bahkan Bevrlyne yang tidak ikut masuk ke dalam bathtub tampak basah kuyup. “Kalian .... kenapa melakukan semua ini? Ini ... bahkan Ini masih tengah malam.” Wanita itu tampak kesal pada kedua anaknya. Bevrlyne dan Velgard memandang pada ibu mereka dengan tatapan bingung karena mereka tertangkap basah. Velgard tampak bingung harus berkata apa, apa mungkin ibunya akan percaya jika tubuhnya tiba-tiba panas luar biasa? Tidak akan, ibunya akan menganggap ini mengada-ada saja. “Aku masih menunggu, apa ada yang mau bicara?” Wanita itu memasang wajah tegas meminta penjelasan dari kedua anaknya ketika tak satu pun dari mereka yang buka suara. Harus ada alasan kenapa bisa Bevrlyne basah kuyup dan Velgard masih berendam di dalam bak, pada jam segini? Bahkan ketika musim panas di mana kemarau panjang berlangsung, tak akan ada anak sekolah yang berendam pada jam segini, jika anak itu cukup waras dan berpikir. “Ibu, Vel dikencingi tikus. Tubuhnya bau luar biasa. Maka aku membantunya membersihkan badan, aku tak tahan dengan baunya.” Bevrlyne langsung menjawab memberi alibi. Kebohongan yang jelas dan benar-benar terlihat oleh wanita itu. “Oh begitu? Lalu apa hubungannya dengan kotak es di tanganmu? Ke mana perginya semua itu?” Ia menunjuk pada benda yang ada di tangan putrinya. Velgard menggeleng bingung. Bevrlyne melihat jika tangannya masih memegang cetakan es yang biasa digunakan oleh mereka untuk membuat es batu berbentuk kotak. “Itu ....” Velgard ingin menjawab, tapi dia tak memiliki alasan apa-apa. “Aku dengar es batu bisa membantu menghilangkan bau kencing tikus. Ini sama seperti jus tomat yang membantu mengusir bau kentut sigung.” Bevrlyne lagi-lagi memberikan alibi. Ibu mereka hanya menunduk dan menggeleng lemah, menyentuh keningnya sendiri. Alasan konyol macam apa itu? Sepertinya ini salah satu candaan Bevrlyne yang keterlaluan lagi, hanya itulah yang ada di dalam pikiran Caitlin Drexell. Mengingat putrinya ini memang suka jahil, itu yang kemungkinan terjadi. Tapi tengah malam? Yang benar saja. “Siapa yang mengatakan itu? Tidakkah kau menyiksa saudaramu dengan membuatnya kedinginan?” tanya ibu mereka dengan lemah. Bevrlyne hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Wanita itu tak lagi menunggu pembelaan dan sudah tak penasaran dengan apa yang mereka lakukan. “Vel, segera beranjak dari sana dan mandi dengan benar. Bau kencing tikus tak akan hilang meski kau berendam semalaman di sana. Jangan membuat keributan lagi, aku tak mau ada kebisingan ketika jam malam berlangsung. Oh dan satu lagi, bersihkan kamar mandinya.” Ibu mereka kemudian berlalu pergi setelah mengatakan itu. Sepasang kakak beradik itu merasa lega setelah kepergian wanita itu. “Untung saja mom tak membahas lebih jauh lagi.” Bevrlyne tampak lega. “Aku dikencingi tikus? Yang benar saja.” Velgard berkomentar tak senang saat membahas hal sebelumnya. Jelas ia tak suka dan tak setuju dengan apa yang sebelumnya Bevrlyne katakan. “Kau lebih suka jika aku yang mengencingi dirimu? Aku sudah besar dan mom tak akan percaya. Terlebih hanya kau yang masuk ke dalam sana,” balas Bevrlyne dengan sengit, jika mengencingi Velgard adalah alasannya, mereka seharusnya berendam bersama. “Ya sudahlah, lupakan.” “Bagaimana keadaanmu? Sudah merasa dingin?” tanya Bevrlyne, ia membahas kejadian sebelumnya yang menyebabkan semua ini terjadi. “Aku nyaman di sini. Panasnya sudah hilang.” Velgard menggerak-gerakkan badan hingga air di dalam sana tumpah lagi. “Bagus, ibu bisa marah jika kau terlalu lama berendam. Jika sudah merasa lebih baik, lekaslah keluar.” “Aku tahu.” “Kalau begitu aku akan ganti baju.” Bevrlyne segera berlalu dari sana dan menutup pintu. Sekarang ia mulai merasakan ketika tubuhnya mulai kedinginan, adrenalin dan situasi yang membuatnya tergesa-gesa melakukan ini itu membuat ia tak sadar mengenai keadaan tubuhnya. Kini setelah semua normal, ia mulai merasakan suhu yang rendah. *** Malam itu, mereka tak bisa melanjutkan tidur. Apa yang terjadi sebelumnya menjadi pemikiran mereka. Keduanya hanya duduk di ranjang saja tanpa ada yang berniat merebahkan badan. “Dengar, kita akan merahasiakan ini. Jangan sampai ibu tahu akan keadaanku, bisa-bisa dia akan khawatir.” Velgard yang angkat bicara. Ia bergumam pelan. Bevrlyne hanya mengangguk singkat tanda ia paham. Ibu mereka sudah memiliki tugas yang sulit untuk mengurus rumah dan berperan sebagai kepala rumah tangga. Terlebih pekerjaan ibu mereka sebagai wakil kepala sekolah pastinya membuat pikiran wanita itu lelah. Tak mungkin mereka menambah beban pikiran padanya lebih banyak lagi. “Tapi apa yang sebenarnya terjadi pada dirimu? Bagaimana bisa kau seperti dipanggang? Air dalam bak ikut panas dan semua es mencair.” Bevrlyne bertanya-tanya mengenai itu. “Aku juga tak tahu. Mungkin saja nanti kita akan tahu mengenai ini. Semoga saja keadaanku tak makin memburuk.” “Hmm, semoga saja.” “Tidurlah, ini masih jam dua pagi.” Velgard memerintahkan Bevrlyne untuk tidur setelah menunjuk jam digital yang menyala dalam kegelapan itu. “Dengan semua yang terjadi? Apa aku masih bisa tidur?” tanya Bevrlyne. Bahkan kantuknya sudah hilang karena ia berlarian dengan tubuh dan pakaian yang basah. Velgard juga sadar akan hal tersebut. “Kau benar, aku bahkan sudah tak mengantuk setelah mandi sebelumnya.” “Jadi, apa yang akan kita lakukan?” tanya gadis itu bingung. “Oke, kita bergadang saja. Semoga besok kita tak ketiduran dalam jam pelajaran,” katanya dengan enteng, ia tersenyum memandang Bevrlyne. “Aku tidak akan. Tapi kau akan.” “Terserah.” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD