Setelah itu, istilah mengencingi beralih menjadi ejekan dan candaan mereka, karena seberapa pun menyebalkannya Velgard bercanda atau mengusilinya, Bevrlyne benar-benar tak pernah mengencinginya lagi.
“Jika itu memang diperlukan.” Bevrlyne membalas tanpa ragu dan malu sama sekali.
“Ya ampun. Kau gadis yang jorok.” Velgard membalas sambil memasang ekspresi pura-pura jijik.
“Hei, jangan memfitnahku seenaknya.” Bevrlyne memprotes tak suka. Keduanya tersenyum karena mereka tahu satu sama lain apabila saat ini ucapan mereka adalah candaan saja.
“Ya sudahlah. Aku siap bercerita.” Velgard memutuskan menyudahi candaan mereka, ia memutuskan untuk memulai bercerita sementara Bevrlyne memasang telinga untuk mendengarkan.
Maka sepanjang sisa waktu yang ada, keduanya berada di sana untuk menceritakan mengenai segala hal yang masing-masing alami di mana mereka sebelumnya tidak pernah bercerita pada satu sama lain mengenai segala kejadian itu, keduanya menjemur jaket merekaーketika jaket Bevrlyne sudah dibersihkan dari telur kodok. Bevrlyne juga menjemur tubuhnya karena ia basah kuyup.
Velgard mengisahkan awal-awal kejadian, hari-hari mengenai segala keanehan yang telah dirinya alami dan yang terakhir adalah amarahnya yang tak bisa ditahan lagi. Ia mengisahkan bagaimana bisa matanya bersinar mengeluarkan pendaran cahaya biru, bagaimana bisa ia membengkokkan pagar besi, bagaimana bisa ia berlari begitu cepat, bagaimana bisa segala kekuatan yang muncul itu membantu dan merugikan dirinya. Ya, ia mengatakan bahwa sebagian kekuatan yang muncul terkadang ada yang membantu dirinya untuk mengatasi beberapa hal yang sedang dirinya hadapi, hal ini membuat Velgard agak tertentu.
Selain menceritakan soal kekuatannya, ia juga mulai bercerita soal mimpi aneh yang dirinya alami selama beberapa malam, bahkan kemarin juga ia mengalami mimpi itu lagi. Lalu tak lama tiba-tiba saja ia merasakan ketika tubuhnya terasa panas luar biasa yang membuat adegan ia mandi dini hari dengan ditemani es batu segera terjadi.
Ketika menuju pembahasan ini, keduanya tak bisa untuk tak tertawa karena rasanya jika dipikir lagi, hal itu agak menggelikan bagi mereka berdua.
Setelah itu, Velgard menceritakan secara lengkap kronologi mengenai apa yang terjadi di dalam kelas matematika sehingga ia berurusan dengan Mrs. Jordan. Ia juga tak lupa memberi tahu apa-apa saja yang dirinya rasakan ketika berada di dalam kelas.
“Aku keluar kelas lebih awal lalu kuputuskan untuk makan saja. Tapi tak lama setelahnya aku malah dapat kabar bahwa kau kerasukan.” Velgard lanjut bercerita, ia membahas mengenai apa yang terjadi setelah dirinya dikeluarkan dari kelas.
“Kerasukan? Aku?” tanya Bevrlyne yang menunjuk diri sendiri dengan tatapan yang heran. Velgard langsung mengangguk semangat.
“Ya, semua orang menganggap bahwa dirimu kerasukan karena bisa melakukan hal-hal di luar nalar.” Velgard mengiyakan. “Sebenarnya, setelah melihat perbuatanmu tadi, aku juga akan menganggap kau sedang kerasukan setan apabila tidak tahu bahwa kau memiliki kekuatan aneh yang tak terkendali.” Ia menambahkan seolah sambil membayangkan mengenai apa yang beberapa waktu yang lalu terjadi di toilet.
“Apa perbuatanku seburuk itu?” tanya Bevrlyne yang merasa bahwa dirinya berbuat terlalu berlebihan. Ia tahu bahwa yang namanya seseorang kerasukan adalah perbuatan yang memang sangat di luar nalar. Bevrlyne sendiri tak sadar bahwa perbuatannya memang di luar nalar manusia normalnya.
“Ya, itu sangat kacau. Sampai detik ini aku masih tak percaya bahwa adikku bisa melakukan hal-hal seperti itu. Selamat, kau sekarang terlihat sangat menakutkan di depan mataku sekarang.” Velgard lanjut berbicara.
“Sebenarnya, aku tidak terkesan bahkan tidak senang dengan apa yang kau katakan.” Bevrlyne menggeleng tak senang.
“Padahal itu pujian untukmu loh.”
“Aku merasa dihina olehmu.” Bevrlyne membalas dengan nada mencibir. Keduanya terkikik setelah percakapan sebelumnya.
“Nah, aku sudah mengatakan apa-apa saja yang telah terjadi. Bagaimana menurutmu?” balas Velgard yang meminta reaksi dari Bevrlyne atas cerita yang sudah dirinya ceritakan selama beberapa waktu e sebelumnya.
“Itu gila dan aku merasa bahwa kau sedang mengkhayal atau menceritakan film.” Bevrlyne menanggapi. “Andaikan saja kalau aku tidak memiliki kekuatan juga dan aku tidak melihat segala keanehan yang terjadi,” ujarnya menambahkan kalimatnya membuat Velgard tersenyum.
“Kalau begitu, bagaimana denganmu? Apa kau sudah siap?” balas Velgard yang tampak menagih cerita dari Bevrlyne. Sementara Bevrlyne sendiri malah menanggapinya secara pura-pura tak tahu dan tak sadar dengan maksud dari perkataan Velgard.
“Siap pulang? Tentu saja.” Bevrlyne malah sengaja, ia hendak berdiri sehingga Velgard langsung menariknya kembali untuk duduk.
“Siap bercerita, bukan pulang.” Velgard membalas agak membentak, ia menyangkal perkataan itu.
“Baiklah, baiklah, aku hanya bercanda.” Bevrlyne melambai-lambaikan tangannya. “Aku sudah siap untuk bercerita.”
“Kalau begitu giliran aku yang akan mendengarkan.” Bevrlyne memperbaiki posisi duduknya, ia berusaha membuat nyaman posisi duduknya. Velgard sendiri memperbaiki posisi tubuhnya untuk membuatnya nyaman.
“Oke, ini dia.”
Maka kini giliran Bevrlyne yang bercerita mengenai apa yang dirinya alami, selama beberapa waktu di mana ia selalu menyembunyikan semua yang telah terjadi. Satu bulan yang lalu, seperti yang sudah diakuinya, ia merasakan kedinginan sesekali lalu merinding seolah sedang diawasi, selama beberapa malam kejadian itu terus berlangsung, bahkan mimpinya yang biasa segera berubah menjadi mimpi aneh yang tidak bisa dijelaskan olehnya, hal itu yang membuatnya memilih tidur bersama Velgard.
Suatu malam, ia mimpi buruk dan merasakan tangannya panas, tangannya bercahaya berwarna biru, tapi bukan itu yang menjadi keterkejutannya. Saat itu, ia melihat jika Velgard juga mengalami hal yang sama, tangan mereka bersinar, tapi sinar panas itu tak sampai membakar apa-apa.
Suatu waktu, Bevrlyne tak sengaja menghilangkan bola tenis mereka, itu dikarenakan ia tak sengaja melempar bola dengan sekuat tenaga lalu bola itu memelesat hilang entah ke mana.
Velgard ingin berkomentar, tapi Bevrlyne membungkamnya, tak boleh ada komentar atau kalimat apa-apa ketika sedang bercerita. Ia masih belum menyelesaikan ceritanya.
Kejadian berikutnya tak jauh seperti yang Velgard alami, ia bisa berlari jauh dengan kecepatan yang di luar batas normal. Bahkan bisa melompat dari bawah menuju lantai dua rumah mereka tanpa alat bantu apa-apa. Dan semuanya terjadi atas ketidaksengajaan, setiap kejadian tak terulang lagiーkecuali Bevrlyne yang terlalu sering merasa dingin hingga tubuhnya menggigil secara tiba-tiba, tapi kadang itu lenyap dengan cepat.
Kejadian berikutnya adalah ketika ia membantu wanita yang menjadi tetangganya mengganti bola lampu yang mana pada saat itu ia bisa mengalirkan arus listrik. Bevrlyne tidak menutupi bahwa saat itu dirinya kaget dan luar biasa tak percaya dengan apa yang tiba-tiba terjadi.
Velgard sadar bahwa kejadian yang Bevrlyne alami terasa janggal. Jika dihubungkan dan diukur untuk perkiraan waktu, Velgard segera menyimpulkan bahwa setiap kejadian yang dialami oleh Bevrlyne, dalam keadaan dan waktu yang sama kekuatan yang ada di dalam tubuh Velgard juga ikut aktif.
Meski begitu, Velgard tidak segera mengatakannya, ia menunggu Bevrlyne selesai bercerita.
Bevrlyne sendiri yang tidak menyadari apa yang Velgard tangkap malah melanjutkan ceritanya. Ia melanjutkan cerita yang dirinya alami dengan kejadian yang mana hari ini berlangsung, ketika di dalam kelasnya, ketika ia merasa marah, tiba-tiba saja dirinya merasakan mata kirinya panas, lalu segalanya berubah menjadi kemarahan, dirinya seperti dikuasai kemarahan yang merupakan sosok lain dari kepribadian yang ada pada tubuhnya.
“Aku dapat merasakan apa yang kurasakan, aku tahu dan ingat apa-apa saja yang kulakukan, mataku juga melihat semuanya. Tapi itu bukan diriku, aku merasa menjadi orang lain dan tak mau berhenti, tak mau kembali. Semuanya terhenti ketika kau memanggilku, itu seperti tombol off untuk kemarahan yang menguasaiku. Aku kembali ketika melihatmu.” Bevrlyne menerangkan kejadian yang terakhir kali.
“Seperti itu ternyata.” Velgard membalas pelan. “Pantas saja aku tidak melihat dirimu yang seperti biasanya saat aku melihat kau tadi.”
“Seperti itu kah?” tanya Bevrlyne yang seperti meminta klarifikasi, ia seperti tak percaya dengan apa yang Velgard katakan.
“Ya, aku sendiri merasa kalau ada kemungkinan kau akan menyerangku juga,” ujar Velgard. Ternyata ia merasa bahwa beberapa waktu lalu Bevrlyne mungkin saja akan menyerang dirinya juga. Tapi nyatanya Bevrlyne tidak menyerang seolah kekuatan mereka mampu mengenali satu sama lain.
“Oh, dan kau tetap maju meski memperkirakan bahwa aku bisa saja menyerangmu?” tanya Bevrlyne mengulang pertanyaan.
“Ya, tapi karena aku percaya bahwa kau adalah saudaraku dan aku percaya kau tak akan melukaiku, maka aku tetap memberanikan diri untuk maju.”
“Ow, kau sangat keren.” Bevrlyne berkomentar tampak sok kagum.
“Lagi pula, jika bukan aku, siapa lagi yang akan menyadarkanmu? Tidak ada orang yang cukup berani mendekatimu setelah beberapa orang kau buat pingsan.” Velgard lanjut berbicara, perkataannya membuat mereka kembali teringat dengan apa yang terjadi di dalam toilet.
“Huh, jujur saja, aku benar-benar tak sadar dengan perbuatanku. Maksudku, aku tidak sampai hilang kesadaran, aku melihat dan merasakan kejadian itu, hanya saja aku tidak ingat seperti apa garis besarnya.” Bevrlyne menjelaskan mengenai apa yang dirinya rasakan ketika tadi berada di toilet. Velgard menunduk meresapi apa yang terjadi.
“Kekuatan ini memang terlalu kuat dan menakutkan.”
Velgard kemudian mengangkat wajah lalu memandang Bevrlyne, ia memasang wajah semangat.
“Oh iya, Bev. Kau tahu bahwa ada satu hal yang istimewa dan cukup keren mengenai kejadian yang selama ini kita alami?” tanyanya membuat Bevrlyne penasaran.
“Apa itu?”
“Ketika kekuatan di dalam tubuhmu keluar dengan sendirinya, maka dalam waktu yang hampir bersamaan, kekuatan yang ada pada tubuhku juga bangkit.” Ia mengungkapkan membuat Bevrlyne terkejut dan juga tertarik.
“Eh? Benarkah?”
“Ya. Kau ingat-ingat saja, setiap kekuatanmu muncul, aku selalu tak bersamamu, hanya satu atau dua kali saja kita bersama.”
“Oh, kau benar, kenapa aku tidak menyadarinya ya?” gumam Bevrlyne yang berbicara pada dirinya sendiri, ia agak heran karena ia tak sadar.
“Kau terlalu terpaku pada kekuatan itu, maka dari itu kau tak menyadarinya.” Velgard menjelaskan kenapa Bevrlyne bisa sampai tidak sadar dengan hal seperti itu.
“Yah, kau benar.”
Mereka melanjutkan obrolan itu begitu alami dan berjalan sesuai alur, keduanya benar-benar senang ketika mereka bisa saling terbuka dan bisa saling mengungkapkan apa-apa saja yang mereka simpan selama ini.
Jujur saja, hal ini adalah yang Bevrlyne inginkan selama beberapa hari ini, ia ingin saudaranya bisa menjadi tempat bercerita dan mengeluhkan segala hal yang dirinya rasakan dan alami selama ini. Pilihan yang mereka ambil untuk saling terbuka saat ini adalah hal yang tepat.