Percakapan Selesai

1562 Words
Beberapa waktu lamanya mereka saling bertukar cerita, bertukar spekulasi dan opini yang mampu mereka pikirkan. Hanya saja itu kata-kata yang kosong dan sia-sia, tak ada bukti yang bisa menegaskan setiap kalimat yang mereka utarakan. Mereka juga memiliki pemikiran untuk mencari solusi mengenai bagaimana caranya agar kekuatan yang muncul itu bisa dikendalikan, tidak sampai bisa diarahkan atau ditarik semau mereka, tapi setidaknya sebatas tidak keluar sembarangan atau sampai dilihat orang lain saja. Sayangnya, setelah beberapa lama berdiskusi, mereka masih belum menemukan jalan terang utuk memecahkan masalah yang sama-sama mereka alami. “Intinya, kita tak memiliki jawaban apa-apa mengenai apa yang kita alami.” Velgard bergumam dengan tanpa daya, ini adalah jalan buntu bagi mereka. Sepertinya saat ini adalah akhir dari percakapan keduanya mengenai pembahasan ini. “Lalu apa yang harus kita lakukan? Tanpa sadar kita melakukan banyak hal yang tak masuk akal. Aku takut ada sesuatu yang akan menimpa kita.” Bevrlyne memasang wajah yang putus asa. Beberapa waktu sebelumnya hal buruk sudah menimpa dirinya akibat kekuatan yang mengerikan itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi berikutnya setelah ini. “Semua akan baik-baik saja selama kita berhati-hati.” Velgard coba menenangkan. Padahal nyatanya, Velgard sendiri merasa takut apabila hal yang lebih buruk lagi mungkin akan terjadi. “Lalu bagaimana dengan mom? Kita tak akan memberitahunya soal ini?” tanya gadis muda itu agak takut-takut. Jelas jika mereka masih memiliki orang tua yang masih menjadi wali penanggungjawab kehidupan mereka. “Kurasa begitu, sudah jelas jika mom tak akan memercayai kita. Ini terlalu mengkhayal.” Velgard menggeleng menyetujui. “Apa kau bisa mengeluarkan kekuatan ini?” tanya Bevrlyne. Ini adalah pertanyaan yang ingin dia ajukan sejak mereka saling tukar cerita. Jujur saja, kekuatan pada tubuhnya benar-benar berada di luar kendalinya, jika kembarannya memiliki suatu metode untuk menahan atau mengendalikannya, ia akan meniru dan mencoba. “Tidak, semua ini datang begitu saja dan tak bisa kuhentikan. Tak ada kontrol mengenai ini.” Velgard menggeleng lemah. Harusnya Bevrlne sudah sadar dan tahu mengenai ini. “Betapa bodohnya aku menanyakan pertanyaan itu. Jika Vel bisa mengendalikannya, maka semua yang terjadi dan dia alami akan berbeda,” pikirnya. Ia memandang kembarannya itu. “Kita benar-benar mengalami situasi yang sama.” Ia mendesah pasrah dengan keadaan. “Dan masalah lainnya, tak ada tempat bagi kita untuk menanyakan dan berkonsultasi dengan segala keadaan ini.” Velgard menambahkan, memberitahu jika situasi semacam ini hanya mampu diketahui oleh mereka saja. Mereka tak memiliki tempat untuk meminta pertolongan atau semacamnya. “Ya, kau benar. Kita tak bisa mencari bantuan pada siapa pun.” Bevrlyne menyetujui, meski sakit dan berat baginya untuk menerima hal tersebut. “Baiklah, kita sudahi saja semuanya. Pembahasan ini bisa menunggu. Saatnya kita pergi.” Velgard beranjak berdiri dari posisinya, bermaksud menyudahi semua percakapan mereka. Ia meregangkan badannya dengan bergerak-gerak ringan. “Pergi?” tanya Bevrlyne. Ia merasa jika percakapan mereka masih banyak yang belum diselesaikan. Kenapa saudaranya sudah memutuskan untuk menyudahi semuanya? Bahkan ia belum merasa puas dengan percakapan mereka. “sebentar lagi pertandingan. Kau harus menyaksikan aksiku.” Velgard mengingatkan saudarinya, secara bersamaan juga menjawab keheranan dan kebingungan yang ia tampakkan. Bevrlyne sadar jika mereka sudah cukup lama berada di tempat itu, sepertinya pelajaran kedua sudah selesai dan ini adalah kali pertama mereka berdua membolos pelajaran sepanjang mereka menempuh pendidikan. Sepertinya, kemampuan tubuh mereka juga memengaruhi kepekaan terhadap waktu. Velgard tampak sudah tahu atau sudah sadar berapa lama waktu yang telah mereka habiskan di temat tersebut. “Tapi, bagaimana jika ….” Bevrlyne tampak rumit dan bingung untuk melakukan tindakan mereka berikutnya. Velgard mengulurkan tangannya untuk membantu Bevrlyne berdiri. Gadis itu menerima uluran tangannya, lalu ia berdiri di atas sana. “Semua baik-baik saja. Aku bersamamu.” Velgard meyakinkan. Keduanya mengambil jaket masing-masing. “Aku mengacau, aku tak bisa ….” Bevrlyne sengaja menggantung kalimatnya. Ia tak melanjutkan untuk berbicara, kalimat berikutnya tampak amat berat baginya untuk dapat terucap. “Seperti yang kau katakan, aku akan berdiri di depanmu. Jangan takut, ayo pergi.” Velgard turun dari atas sana lalu mengenakan jaketnya. “Aku tahu. Hanya saja, masih banyak hal yang harus kita bahas, ya kan?” Bevrlyne ikut melompat turun sambil memakai jaketnya lagi. “Sudah selesai, Bev. Kita tak akan mendapat kemajuan apa-apa meski kita diam di sini selama semalaman.” Velgard menekankan fakta. Mereka hanya akan membahas hal-hal yang sudah dibahas, kemudian percakapan akan berputar-putar lalu kembali ke awal di mana mereka buta. “Huh, kau benar. Tapi aku takut jika kekuatan ini tiba-tiba muncul lagi.” Gadis itu mengutarakan ketakutannya. “Jangan marah, jangan menguji adrenalin. Seperti yang kita tahu, emosi dan aktivitas fisik yang tinggi bisa memicunya.” Hanya dua hal ini saja yang baru mereka simpulkan. Meski sebenarnya ada beberapa kejadian di mana kekuatan itu muncul saat mereka dalam keadaan normal, tak ada emosi dan aktivitas fisik yang tinggi. Tapi pemicu yang paling besar adalah dua hal tersebut. “Oke, tetaplah di sisiku. Aku tak suka dengan kemunculan kepribadian lain itu, rasanya benar-benar mengerikan dan aku ketakutan karena itu.” Bevrlyne mengangkat wajah dan tampak berusaha memberanikan juga menguatkan diri sendiri. Kemunculan kepribadian lain tak terlalu jauh seperti dirasuki oleh makhluk lain, karena jelas jika semua yang dilakukan kepribadian itu bukanlah sesuatu yang menjadi kebiasaan diri sendiri. Tentu saja itu menakutkan. “Aku akan berusaha.” Velgard menepuk pundak Bevrlyne sambil tersenyum. Akhirnya mereka meninggalkan tempat itu, berjalan kembali ke dalam bangunan itu. “Kau sudah tahu cara memperbaiki masalah yang kau alami?” tanya Bevrlyne. Secara tak langsung ia mengingatkan pada Velgard bahwa ada hukuman yang harus dirinya jalani. “Soal itu, entahlah, aku akan memikirkannya nanti saja.” “Bukannya sebentar lagi pertandingan?” “Kau benar, kalau begitu aku harus memikirkannya dari sekarang.” “Maaf, aku tak bisa membantu.” “Tak perlu dipikirkan.” Bevrlyne sudah berada dalam keadaan kering dan rambut twintailnya sudah seperti sedia kala, mereka berjalan berdampingan sambil mengabaikan tatapan orang-orang yang menatap mereka dengan berbagai ekspresi dan bisikan. Sepertinya, apa-apa saja yang telah terjadiーyaitu hal-hal yang telah mereka perbuatーsudah menyebar dan tersampaikan dari satu mulut ke mulut yang lain. Seperti biasa, di negara mana pun, berita jelek selalu cepat menyebar. Sepasang saudara kembar itu dikenal dengan kecerdasan mereka dalam segala bidang pelajaran yang mereka ambil. Pastilah apa-apa yang telah mereka perbuat sebelumnya, itu telah mencoreng nama baik mereka. Orang-orang yang membenci keduanya saat ini pasti sedang bahagia dan merayakan kemenangan indah ini. Bevrlyne merasa tak nyaman dengan segala perhatian tatapan dan ekspresi itu. Apalagi ia adalah introvert, hal tersebut membuatnya makin tak nyaman dengan keramaian yang memusatkan fokus pada mereka. Meski berada di belakang Velgard, ia masih merasakan setiap tatapan dan ekspresi itu, terutama bagian punggung yang tak terlindungi, seolah setiap tatapan di belakangnya menusuk langsung pada tubuhnya. “Apa yang kalian lihat, hah? Urusi urusan kalian sendiri!” Velgard yang tak kuat merasakan apa yang dirasakan Bevrlyne akhirnya buka mulut untuk memarahi mereka. Mereka yang tak mau berurusan dengan saudara kembar itu langsung memalingkan wajah lalu berlalu sambil pura-pura tak melihat. Tapi yang lainnya tidak. Bahkan ada satu pria yang sengaja berdiri menghalangi jalan mereka, hal itu membuat Velgard dan Bevrlyne menghentikan langkah mereka. Pria itu tampak sombong dan penuh percaya diri, tatapannya menyepelekan Velgard dan Bevrlyne seolah tak percaya terhadap berita yang baru saja didengarnya. Pria ini tak sendirian, ada empat laki-laki bersamanya, mereka berada di belakang si pria, menjadi penonton. Velgard kenal jika pria ini adalah seniornya. “Oh lihatlah si jagoan kita. Dia berani bi ….” “Tentu saja aku berani, bodoh.” Velgard menyela ucapan seorang pria yang tampak hendak akan menjelekkan dirinya dan Bevrlyne. “Apa urusanmu memangnya? Apa yang kita lakukan tak akan memengaruhi hidupmu. Kenapa kau repot-repot ikut campur? Kami bahkan tak pernah minta makan padamu!” Velgard berucap dengan geram. “Tentu saja, bung. Tapi perbuatanmu merusak nama baik seko ….” “Itu urusanku dengan sekolah. Sekali lagi, ini tak ada hubungannya denganmu. Apa yang kulakukan tak akan membuatmu mendapat nilai jelek. Jadi menyingkirlah sebelum aku menendang pantatmu!” Velgard memasang wajah serius penuh ancaman saat nada dingin terucap dari mulutnya. Sayangnya, bukan rasa takut yang didapat oleh lawan bicaranya, tapi tatapan mengejek penuh penghinaan yang ditunjukan olehnya. Teman-temannya di belakang tampak memiliki ekspresi yang sama. “Oh ya? Kenapa kita tidak lihat saja seberapa hebatnya dirimu.” Pria itu menantang. Velgard tiba-tiba meninju perutnya lalu menendang d**a pria itu sampai tersungkur ke lantai. Kemudian kaki kanan Velgard menginjak wajah pria itu. “Ada lagi yang mau gabung?” tanyanya dengan seringai jahat, semua orang langsung membubarkan diri. Berurusan dengan siswa yang berani melakukan tindakan k*******n di depan umum hanya akan mencelakai diri sendiri, tak akan berakhir bagus. “Vel, cukup.” Bevrlyne bergumam pelan. “Kau mau kutendang lagi?” “Mr. Drexell, jadi seperti ini perbuatanmu?” Tiba-tiba terdengar seruan yang membuat keduanya berbalik badan, ketika sudah melihat pada sumber suara, tepat di hadapan mereka, muncul seorang wanita yang memiliki kedudukan sebagai wakil kepala sekolah. Ibu mereka, Caitlin Drexell. Keduanya tak bisa berkata apa-apa ketika ibu mereka memergoki apa yang saat ini Velgard perbuat pada murid lain yang mana dilihat dari sisi mana pun, ini jelas adalah tindakan k*******n. Tentu saja, mereka pasti akan mendapat masalah, mereka akan diomeli dan jelas akan mendapat hukuman. Mereka tak bisa lagi mengelak atau membela diri ketika adegan yang ditangkap oleh Caitlin sudah sangat jelas tanpa bisa diganggu gugat lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD