Menutupi Mata Kiri

1270 Words
Velgard tak tahu harus berbuat apa, matanya masih mengeluarkan cahaya biru pada pupilnya, ia sudah tidak merasa panas lagi, hanya saja ia tidak bisa menghentikan pendaran cahaya itu. Ia mustahil keluar dari sini dalam keadaan mata yang seperti ini. Kesal rasanya karena ia tidak bisa mengendalikan kekuatan yang secara seenaknya keluar. Untungnya, hanya matanya saja yang mengeluarkan pendaran cahaya, tidak ada air yang melayang, barang-barang terangkat, sinar menyilaukan keluar dari tubuhnya atau api yang membakar sekelilingーtermasuk pakaiannya. Bisa dikatakan, ini adalah kekuatan yang terbilang kecil dari yang sudah muncul selama ini. Meski begitu, ia tetap harus mengatasi ini, tidak mungkin ia membiarkan matanya terus bersinar, siapa yang tahu hal buruk semacam apa yang mungkin terjadi. Ketika ia sedang memikirkan suatu cara untuk membuat kekuatannya tak diketahui, bahkan kalau bisa agar pendaran cahaya pada matanya bisa redup, tiba-tiba saja pintu kamar mandi digedor cukup keras dari luar, setelahnya terdengar seruan seseorang yang menyertai gedoran itu. “Vel, buka pintunya, aku pikir kau tak butuh terlalu lama untuk membersihkan wajahmu!” seru Andrea dari luar. Suaranya membuat Velgard refleks menolehkan perhatiannya pada pintu yang bersuara keras akibat gedoran beruntun. “Apa keperluanmu?” balas Velgard yang tak senang, ia jelas merasa gelisah akibat matanya yang masih bersinar. “Aku ingin kencing, bodoh. Cepat buka!” seru Andrea dengan lebih keras lagi, wanita itu terdengar tak sabar. “Serius? Di saat seperti ini? Aku bahkan masih belum menemukan solusi untuk menyembunyikan mata bersinar ini, dasar wanita menyebalkan!” Velgard menggerutu dalam benaknya, ia menjadi lebih gelisah dan mulai panik saat mendengar sahutan dari Andrea. “Sebentar lagi!” Ia berseru membalas perkataan wanita itu. “Oh ayolah, ini sudah di ujung!” serunya tak sabar. “Apa yang kau lakukan di sana hingga begitu lama? Jangan-jangan kau sedang melayani dirimu sendiri!” tukas wanita itu dengan nada kerasnya. “Bisakah kau tak berpikir m***m? Mana mungkin aku melakukannya!” Velgard langsung menyangkalnya keras-keras. Ia masih berusaha mencari cara agar mata bersinarnya tidak mencolok, bahkan ketika ia sengaja memejamkan sebelah matanya, sinar itu malah menembus kelopak matanya sehingga kini malah menjadi terang kuning kemerahan. “Oh terserahlah, aku tak peduli dengan perbuatanmu di dalam sana, bersihkan saja bekasnya, jangan sampai ada yang tertinggal, aku tak mau tak sengaja sampai menginjaknya,” balas Andrea yang jelas tak memercayai penyangkalan Velgard. “Hei, sudah kukatakan aku tidak melakukannya.” Velgard bersikukuh membela diri, apa yang dilakukannya juga sengaja semata untuk membela diri. “Kalau begitu cepat keluar!” teriaknya sambil menggedor lebih keras, Velgard sudah bisa membayangkan bahwa Andrea benar-benar sedang menahan kencing di luar sana. “Apa kau mau aku harus memaksamu membersihkan kencingku kalau aku tak bisa menahannya di sini lebih lama lagi?!” Kali ini wanita itu langsung melontarkan ancaman. “Kau jorok, Andy!” Velgard berseru cukup keras, ia segera menutup sebelah matanya dengan satu tangan untuk menyembunyikan apa yang terjadi. Dan apa yang dilakukannya memang cukup berhasil, tampak pada pantulan cermin kali ini pendarannya tak terlalu jelas, bahkan tak akan terlihat apabila ia berada di luar rumah. Setelah memastikan matanya aman, Velgard lalu berjalan menuju ke luar, ia segera membuka pintu di mana saat itu ia langsung mendapati Andrea sedang berdiri menahan kencing. “Kenapa kau menutup matamu? Aku belum melepaskan celanaku.” Andrea merasa heran saat Velgard menutup sebelah matanya. “Berisik, mau masuk atau tidak? Aku akan kembali masuk kalau kau tak menggunakannya.” Velgard agak membentaknya sambil melangkah keluar, tak ada gunanya memberi jawaban pada wanita ini. “Mau menemaniku kencing? Kau binal sekali.” Andrea malah melontarkan candaan biasanya. “Masuk sana!” bentak Velgard sambil mendorong Andrea ke dalam kamar mandi. Wanita itu hanya terkekeh geli sebelum menutup pintu. Velgard benar-benar malas untuk menanggapi setiap kelakar yang dikeluarkan oleh Andrea. “Berisik sekali dia.” Jace berucap sambil berjalan menghampiri Velgard. “Aku yakin kalau lima detik lagi aku ada di dalam, pintunya bisa hancur olehnya.” Velgard membalas sambil menunjuk pintu dengan tangan kanannya. Jace mengangguk setuju. “Dia memang menyebalkan.” “Aku terkesan kau masih betah memiliki saudari seperti dia.” Velgard melangkah pergi dari sana, Jace segera menyusulnya. Awalnya ia ingin melihat apa yang menjadi sumber keributan, tapi ketika ia sudah sampai, keributan malah sudah selesai. “Aku malah sudah bosan serumah dengannya.” Jace membalas, ia sengaja berbicara dengan suara yang agak keras. “Hei! Aku mendengar kalian! Enyah sana kalau mau membicarakanku, aku bisa balas dendam dengan menyebarkan hubungan gelap kalian!” Andrea berseru keras dari dalam. “Sudah kubilang aku bukan gay!” sergah Velgard kesal. “Sudahlah, abaikan dia.” Jace tampak tak ambil pusing menanggapi celotehan kakaknya. “Huh, dasar Andy.” “Kau oke?” tanya Jace, ia mulai sadar bahwa Velgard terus memegangi sisi wajahnya,lebih tepatnya terus menutupi bagian mata kirinya. “Apa bolanya sampai melukai matamu?” tanyanya yang masih menganggap bahwa yang terjadi tadi langsung memberi Velgard cedera “Aku akan baik-baik saja. Ini bukan apa-apa, aku hanya sedikit perih saja.” Velgard langsung berdalih. “Oh.” “Aku ada urusan, sampai ketemu besok di sekolah.” “Oh, oke.” Velgard tak menyangka bahwa apa yang dirinya tak kehendaki benar-benar memunculkan diri. Ia tak bisa menahan atau menghentikan kekuatan anehnya untuk keluar. Untunglah kejadian tadi siang tidak sampai membuatnya diketahui. Sebisa mungkin ia hanya akan memperkecil jumlah orang-orang yang tahun akan kekuatannya hanya sampai dirinya saja yang tahu. Ia harus mencari tahu anomali yang terjadi, seharusnya ada suatu penyebab atau pemicu yang membuat kekuatannya muncul secara tiba-tiba, ia harus mencari cara untuk menekan kekuatan itu agar tidak keluar seenaknya. “Sepertinya satu-satunya metode agar tidak keluar tiba-tiba adalah dengan cara menerima dan berusaha melatih kekuatan ini agar bisa kukendalikan.” Velgard langsung mengambil kesimpulan seperti itu. Sepertinya hal tersebut memang satu-satunya cara agar kekuatannya bisa terkendali. *** Bevrlyne masih berusaha mencari cara untuk mengakali matanya agar tidak terus mengeluarkan cahaya. Sebenarnya pendaran cahayanya tidak terlalu terang sampai membuat silau, hanya saja cahaya biru terang itu tetap saja terlihat sangat mencolok dan malah lebih cenderung mengerikan, apalagi jika yang melihatnya adalah Nyonya Anderson, wanita tua itu bisa-bisa langsung serangan jantung ketika melihat matanya yang sekarang. Selain warna pendarannya yang biru cerah, pendaran itu membuat matanya panas, ia tak senang dengan sensasi itu meski rasa panas yang didapatnya sama sekali tidak terasa menyakitkan. “Apa yang harus kulakukan? Aku tak bisa keluar dalam keadaan seperti ini,” gumamnya sambil memikirkan banyak hal. Ia bingung mencari cara untuk menyembunyikan matanya. “s****n, kenapa harus sekarang?” Ia menggerutu kesal. Kekuatan ini membuatnya kesal karena selalu muncul secara tiba-tiba dan lebih menyebalkannya lagi adalah karena ia yang tak bisa mengontrol kekuatan itu dengan baik sehingga akan membawa kesulitan dan masalah padanya. “Cih, tak ada jalan lain, sebaiknya aku buru-buru melarikan diri saja. Aku tak tahu sampai kapan cahaya ini akan terus menyala.” Setelah mengatakan itu, Bevrlyne segera keluar dari kamar mandi. “Kau baik-baik saja, Manis?” tanya Nyonya Anderson yang mengintip sekilas ke ambang pintu ketika mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. “Iya. Hanya sepertinya aku bocor, aku harus pulang.” Bevrlyne menutup pantatnya dengan satu tangan, posisimu sendiri sedang memunggungi Nyonya Anderson. Setelahnya ia segera meneguk habis teh yang ditaruh di atas meja sehingga tidak ada alasan baginya untuk tetap tinggal. “Ah, aku lupa soal itu, cepatlah pulang, Sayang.” “Oke, terima kasih tehnya, aku pulang sekarang.” Alibinya adalah yang paling tepat. Ia juga beruntung karena Nyonya Anderson masih berada di dalam kamar, sama sekali tidak bertatap muka dengannya. “Kupikir aku harus belajar mengendalikan kekuatanku, ini bisa membahayakan dan bisa saja membuka rahasiaku.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD