Pada akhirnya, untuk mencegah Bevrlyne dan Velgard sadarkan diri lalu kembali mengamuk ketika kontrol Xhillorus melemah, maka secara terpaksa mereka harus menyuntikkan obat penenang pada keduanya. Usaha itu berhasil tatakala tampak Velgard dan Bevrlyne yang kehilangan kesadaran dalam keqdaan tubuh yang lemas.
“Meski terlihat berhasil, tapi ada kemungkinan ini tidak akan bertahan lama. Kita baru bisa lega ketika dua anak ini sudah berada di Planet Avorus.” Xhillorus segera berbicara.
“Kau benar, kalau begitu ayo kita bawa mereka sekarang.”
“Ya.”
Ketika Xhillorus baru saja mengangkat tubuh Bevrlyne dan Mr. Schneider mengangkat tubuh Velgard, Caitlin memikirkan sesuatu lalu tak bisa untuk tak bertanya pada kedua pria itu.
“Lalu, bagaimana caranya aku menghubungi anak-anakku? Apakah aku masih punya kesempatan untuk melihat mereka lagi? Atau kapan mereka akan dipulangkan? Atau mereka akan menetap di sana?” Ia melontarkan beberapa pertanyaan sekaligus.
“Caitlin.” Mr. Schneider tak bisa membantu.
“Belverick , kau tahu mereka adalah segalanya bagiku. Sejak Dominic meninggalkanku, hanya mereka saja yang kumiliki, aku tak bisa membayangkan bagaimana diriku akan menjalani hidup tanpa tahu keadaan mereka. Kami terpisah jutaan kilo bahkan bisa lebih jauh lagi.” Kini Caitlin berbicara begitu lirih
Mr. Schneider dan Xhillorus saling memandang dan paham dengan apa yang wanita itu rasakan saat ini.
“Kami akan memikirkan cara untuk itu. Jangan khawatir.” Mr. Schneider tak memberikan kalimat yang pasti dan meyakinkan, tapi itu cukup untuk Caitlin tenang.
“Bagaimana caranya aku tahu jika mereka akan baik-baik saja?” tanya Caitlin yang masih kurang yakin dan percaya. Menyerahkan anak pada orang lain jelas bukan sesuatu perbuatan yang bisa dikatakan bagus tanpa adanya alasan yang masuk akal dan dapat dibenarkan. Maka dari itu Caitlin bersikap seperti itu.
“Kami akan membuat semuanya semaksimal mungkin, mungkin kita akan bisa membuat alat komunikasi khusus untuk menghubungkan kalian.” Xhillorus membalas dengan yakin.
“Kalau begitu, aku akan percaya pada kalian. Aku mohon, Belverick, tolong anak-anakku.” Caitlin memelas memohon pada pria itu, kalimatnya dibalas dengan anggukan mantap.
“Serahkan saja kami. Kau bisa memercayai bangsa loria,” katanya dengan yakin.
“Kenapa kalian begitu lama? Aku sudah mempersiapkan semuanya!” seru Rexalia yang tiba-tiba saja sudah berada di dalam ruangan itu.
“Kau kenapa bisa tiba-tiba ada di sini?!” tanya Caitlin yang begitu kaget.
“Teleportasi.” Ia menjawab singkat lalu beralih memandang dua pria yang membawa adik kakak yang tak sadarkan diri itu. “Apa yang kalian tunggu? Mereka harus pergi sekarang.”
“Kami akan segera pergi sekarang juga.” Mr. Schneider membalas. Rexalia segera mendekat padanya.
“Sebaiknya berikan anak itu padaku, ada beberapa manusia yang sepertinya ada keperluan denganmu.” Ia memberitahu mengenai orang-orang yang hendak masuk ke dalam ruangan ini.
“Mereka pasti dari Easterwod.”
“Nah, sebaiknya urus yang di sini dengan baik, biar aku dan dia yang membawa dua anak ini.” Rexalia mengulang meminta agar Velgard diserahkan padanya. Karena tahu bahwa ini yang terbaik dan harus ada yang mengurus segala yang terjadi di sekolah, maka Mr. Schneider memutuskan Rexalia ambil alih.
“Kalau begitu kuserahkan padamu.” Mr. Schneider menyerahkan tubuh Velgard pada wanita itu.
“Aku akan langsung menghubungi atasan,” kata Xhillorus.
“Ya, segeralah pergi, keadaan mereka bisa lebih buruk.” Mr. Schneider membalas dengan ekspresi yang tegang.
“Aku tahu. Aku akan mengabari kalian sesegera mungkin.” Xhillorus membalas lagi, percakapan mereka terlihat dan terdengar normal bagi siapa saja yang mendengarnya.
“Aku mengandalkanmu,” kata Mr. Schneider dengan yakin. Pintu segera ditutup setelah percakapan mereka selesai.
“Aku tak bisa membawa kalian menggunakan teleportasi dalam keadaan dua anak ini seperti ini dan kau kelelahan. Aku akan membuat kita semua tak terlihat saja.”
“Itu lebih dari cukup untuk .....” Xhillorus tiba-tiba saja berhenti bicara tatkala pintu diketuk, sesegera mungkin Rexalia menanggul tubuh Velgard lalu memegang tangan Xhillorus, mereka segera lenyap saat itu juga.
Caitlin berusaha menghapus air matanya lalu berusaha sebaik mungkin memasang wajah yang ramah. Mr. Schneider mengundang semua orang di sana masuk, pintu yang masih terbuka menjadi kesempatan bagi Xhillorus dan Rexalia untuk segera meninggalkan tempat. Keduanya berjalan secepat yang mereka bisa.
“Kau membuat portalnya di rumahku?” tanya Xhillorus ketika mereka melangkah besar ingin sesegera mungkin tiba di mobil.
“Hanya itu satu-satunya tempat terdekat yang paling aman. Aku tidak bisa membawa dan membuka portal di sekolah ini, terlalu banyak kepala yang mungkin saja bisa memergokinya.”
“Huh, ini akan memakan waktu, tapi kuharap obat penenangnya akan bertahan lebih lama.”
“Obat penenang bekerja pada mereka?” tanya Rexalia yang kembali terkejut karena sebelumnya ia sama sekali tak terpikirkan ketika mencoba menghentikan Bevrlyne dan Velgard sebelumnya saat mereka mengamuk.
“Ya, tubuh mereka masih normal meski pusaka pada tubuh mereka meluap dan mengamuk.”
“Berita yang bagus.” Rexalia membalas agak sinis dan kesal karena hal-hal sederhana ternyata bisa membuat para vrial yang mengamuk bisa berhenti.
“Tentu saja, itu hanya menghentikan mereka sementara, ada perawatan khusus yang mana hanya terdapat di planet kita.”
“Tetap saja aku kesal karena tidak terpikirkan hal-hal sepele seperti itu,” gumam Rexalia yang masih tampak tak senang.
Ketika mereka tiba di halaman yang mana terdapat banyak orang. Xhillorus membuka pintu belakang lalu masuk. Rexalia menyusul, ketika pintu ditutup, barulah mereka menampakkan diri. Sang sopir yang ternyata sedang tertidur tidak menyadari akan kejadian itu, pria itu terbangun ketika pintu dibanting tertutup.
Tampak saat ini Bevrlyne dan Velgard dibuat duduk bersebelahan, sementara Xhillorus dam Rexalia duduk masing-masing di dekat pintu mengapit tubuh keduanya.
“Kembali ke rumahku. Segeralah, mereka harus segera mendapatkan penanganan.” Sebelum si sopir sempat mengatakan apa-apa, Xhillorus segera memerintahkan.
“Baik, Tuan.”
Mobil segera melaju meninggalkan halaman sekolah dengan cepat. Tidak ada satu orang pun yang sadar akan adegan itu, murid Morgana tidak terlalu memdulikan pintu mobil yang terbuka dan tertutup dengan sendirinya. Itu bukan sesuatu aneh yang terlalu layak menjadi tontonan.
Dalam kegelapan itu, sebuah mobil bergerak melewati jalanan sempit. Sang sopir sengaja melalui jalur alternatif yang sebenarnya memiliki jarak yang lebih jauh. Tapi ia tahu jika jalanan utama pastinya sedang padat dan ada kemungkinan mereka akan terjebak dalam kemacetan. Xhillorus setuju untuk mengambil jalur lebih jauh untuk membuat mereka dapat segera sampai di rumah.
Meski melewati jalan yang kecil dan agak sempit, mobil dapat melaju dengan kecepatan yang normal dan itu tak sampai membuat Xhillorus tak puas. Sepertinya sang sopir memang sudah berpengalaman.
Di dalam sana, Xhillorus menggunakan alat pelacak yang ditempelkan pada leher sebelah kiri dekat tengkuk, itu menempel kuat pada kulit tanpa melukai keduanya. Benda itu menyala ketika pria itu mengaktifkannya. Xhillorus mengeluarkan ponsel smartphone, panjangnya sepanjang jengkalan tangan pria itu.
“Apa itu?” tanya Rexalia yang agak asing dengan benda-benda yang khusus memperlakukan para vrial. Meski dirinya merupakan loria, mengurus vrial bukan bidangnya.
“Alat pendeteksi aktivitas organ. Aku bisa mengawasi mereka dengan ini.” Xhillorus menjawab tanpa menoleh.
“Terlihat praktis.”
“Apa pun yang terjadi, kita harus tetap siaga.” Pria itu memberitahu.
“Aku mengerti, kau tak perlu mengatakannya.”
Dari layar itu tampak ada pelacak yang berupa indikator titik merah yang menyala. Benda berfungsi dengan baik.
Bukan hanya menjadi pelacak sensor yang menandakan keberadaan mereka, ternyata fungsi itu memiliki kegunaan yang lain seperti tingkat pernapasan, pengukur detak jantung, gelombang otak, pengukur denyut nadi. Xhillorus mengamati keduanya dengan saksama.
Tampak jika semua pergerakan pada tubuh keduanya normal saja. Bahkan tingkat metabolisme tubuh keduanya tampak normal dan baik-baik saja. Sepertinya dosis obat penenang yang tinggi benar-benar tak terlalu memengaruhi perkembangan keduanya.
“Ini benar-benar abnormal. Mereka sudah bukan manusia normal lagi, keduanya sudah sama seperti loria sendiri. Bagaimana bisa perubahan seperti ini dapat terjadi?” tanya Xhillorus dalam benaknya. Ia memandangi layar pada benda berbentuk ponsel itu, padahal nyatanya itu sama sekali bukan sebuah ponsel.
Xhillorus memandang ke arah depan lada si sopir yang dengan nyaman dan tenang mengemudikan kendaraan ini. Sama sekali tak berbicara, pekerjaan seperti ini sudah biasa bagi majikannya, tak ada yang terasa salah dan aneh.
“Berapa lama lagi kita sampai?” tanya Xhillorus, ia tak melihat keadaan di luar sehingga tak tahu sudah sejauh mana mereka berada.
“Sebentar lagi kita tiba, sir.” Sang sopir menjawab dengan nada yang formal. Kedua tangannya masih tetap berada pada setir.
“Apa bisa lebih cepat lagi?” tanya Xhillorus padanya dengan nada yang terburu-buru.
“Saya akan mengusahakannya, sir.” Pria itu membalas. Si sopir sendiri sudah biasa melayani tuannya dengan kemampuannya, meski hari-hari biasanya tidak pernah tuannya itu bergelagat seperti ini. Meski begitu, rasanya hal tersebut tidak menjadi urusannya,
“Aku mengandalkanmu.” Haya itu saja balasan yang dilontarkan oleh Xhillorus sebelum pandangannya kembali tertuju pada kedua anak yang duduk tak sadarkan diri di depannya. Sekali lagi ia melihat layar takut-takut ada yang salah atau terjadi suatu perubahan. Tampaknya itu normal saja, maka dari itu ia segera mematikan layar lalu mengantongi benda itu lagi.
Meskipun Xhillorus sudah mengetahui di mana lokasi rumahnya berada, tapi ketika menghadapi situasi yang genting seperti ini, ia merasa jika waktu berjalan terlalu lambat, bahkan sang sopir andalan yang biasanya mampu mengemudi dengan baik juga kini terasa seperti mengemudi dengan amat buruk dan dalam kecepatan yang payah.
Ingin rasanya Xhillorus menggendong kedua anak ini sekaligus lalu berlari menuju rumah agar perjalanan mereka terasa lebih dekat. Namun apa daya, hal tersebut tak akan bisa dilakukan ketika dirinya berada di Planet Bumi dan tinggal di daerah kota yang besar, hal itu akan menciptakan kegemparan dan rahasia yang disembunyikan dalam waktu lama akan terkuak saat itu juga.
Mengendarai transportasi dunia ini yang terkesan kuno dan primitif baginya benar-benar terasa meresahkan, kendaraan ini benar-benar lambat dan susah untuk diandalkan.
Xhillorus duduk dalam keadaan yang tak tenang, ia merasa khawatir jika si kembar akan bangun dalam keadaan mengamuk, ini akan sama parahnya dengan ia yang mengeluarkan pusaka yang dimiliknya di tempat umum.