Velgard Drexell

1015 Words
Pertama kali aku mendapatkan keanehan pada diriku adalah ketika aku bangun tidur, saat itu aku tanpa sengaja membakar selimutku dengan ... dengan api tentunya. Hanya saja api itu keluar dari tanganku. Ya, anggap saja aku melakukan pyrokinesis, suatu perbuatan i***t yang hendak membuat diriku sendiri terbakar di dalam kamar sendiri. Untunglah saat itu aku masih berpikir jernih, kulemparkan selimutku ke luar jendela dan membiarkannya terbakar di luar rumah. Saat itu aku memberi alasan pada mom dan saudariku jika aku tak sengaja menjatuhkan lilin pada selimut sehingga membuatnya terbakar hebat. Untunglah mereka memercayainya, jika tidak, aku tak tahu harus bagaimana cara menjelaskan semuanya pada mereka, aku sendiri tak percaya jika aku bisa mengeluarkan api dari tanganku. Kupikir pyrokinesis itu hanya akan terjadi sekali dan aku tak akan mengalami masalah lagi. Dan pemikiran itu setengah benar juga setengah salah. Bagaimana mungkin? Karena setelah hari itu, aku tak lagi mengeluarkan api dari tanganku, hanya saja itu bukan akhir dari masalahku, justru sebaliknya, itu menjadi awal masalah yang kudapatkan. Seminggu setelah kejadian pyrokinesis itu, aku latihan football bersama dengan Jackson, dia punya banyak bola football, bahkan dia punya lapangan football buatan ayahnya untuk digunakan sebagai latihan. Di sanalah kejadian kedua kudapati. Awal-awal aku masih bermain dengan baik, tapi ketika Buddyーanjing pitbull peliharaannya Jacksonーmenubrukku sampai terjengkang, hal itu terjadi. Entah bagaimana caranya, tapi secara tiba-tiba tangan dan kakiku mulai ditumbuhi bulu, kuku-kuku jariku juga berubah menjadi runcing. Sebelum aku berubah sepenuhnya, aku meminta izin ke toilet dan di sanalah aku melihat diriku berubah menjadi seekor anjing. Jujur saja, itu sangat mengerikan, apalagi aku menyaksikan segalanya secara langsung. Kaki dan tanganku mengecil, bulu coklat gelap menutupi sekujur kulitku dan cakar tumbuh keluar dari jariku. Tulang-tulang di dalam tubuhku mengeluarkan suara derakan yang mengerikan ketika tubuhku bertransformasi. Mulutku maju ke depan berubah menjadi moncong, setelahnya aku tak ingat apalagi yang berubah dariku. Yang jelas, aku lebih nyaman berdiri dengan empat kaki dan aku tak mengenal warna. Pada saat itu aku sama sekali tidak merasa panik, aku malah penasaran dan ingin bermain. Jiwa anjingku kubiarkan mengendalikan tubuhku, aku menjadi seekor anjing sekitar setengah hari, dan selama itu pula aku bermain berlarian di luar ruangan. Aku kembali ingat jati diriku ketika aku menyaksikan saudariku berjalan sendirian pulang ke rumah. Pada saat itu aku sesegera mungkin pergi ke kamarku, menyelinap diam-diam agar tak diketahui olehnya. Sore harinya aku berhasil kembali ke dalam wujud manusia, berdiri di tengah kamar dalam keadaan t*******g bulat. Lalu sialnya, setelah itu tiba-tiba adikku itu malah masuk ke dalam kamarku tanpa permisi. Sontak saja kami berteriak sekencang mungkin. Yah, jujur saja itu adalah salah satu momen yang paling memalukan yang pernah kualami. Oh iya, namaku Velgard Drexell, aku laki-laki yang memiliki postur standar untuk remaja California, aku tak terlalu tampan tapi kupikir aku cukup oke. Aku dikenal bukan sebagai cowok penakut, bahkan bisa dibilang gentlemen, aku suka melontarkan candaan dan kupikir aku cukup baik, aku tak pernah membolos dalam pelajaran apa pun, prestasiku sangat tinggi, nilai pelajaranku selalu bagus dan aku selalu mendapat peringkat pertama di kelasku. Aku punya adik, dia perempuan dan merupakan kembaranku, entah kenapa, meski berbeda gender, kami terlihat identik. Sejak kecil, kami tak bisa dibedakan karena tubuh dan wajah kami sama persis, mom bisa membedakan kami hanya dari suara saja, dan tentu saja itu tak berselang lama, karena ketika kami remaja, persamaan itu semakin berkurang, aku benar-benar terlihat seperti laki-laki dan adikku seperti perempuan, akhirnya mom bisa mudah membedakan kami. Sebagai kembaran, aku dan adikku sering melakukan kegiatan bersama dan berbagi sesuatu yang sama, bahkan sejak kecil sampai kelas delapan, kami makan di wadah yang sama. Meski sudah memasuki usia remaja, kami masih tidur bersama dalam satu ranjang yang sama, hanya saja aku memutuskan pisah kamar ketika kamar kami terlalu sempit untuk barang-barang milik masing-masing dan ketika dia benar-benar mengencingiku. Terkadang, kami lupa jika kami sudah pisah kamar, hal itu yang mendorong kejadian memalukan tersebut terjadi, ternyata aku salah masuk kamar, saat itu aku malah masuk ke kamar adikku. Oh, lalu kenapa kami berteriak? Karena aku sudah tak pernah melihat tubuhnya lagi ketika kami berhenti mandi bersama. Saat masuk remaja, tubuh kami mulai berubah dan kami sepakat untuk tidak mandi bersama lagi. Setelah memasuki remaja juga, hal yang kami lakukan bersama jadi mulai berkurang. Aku suka dengan football dan waktuku lebih banyak kuhabiskan untuk bermain football bersama Jackson, salah satu anggota timku di sekolah. Oke, kita lanjutkan pada kejadian aneh berikutnya yang kualami. Jika tak salah, beberapa hari setelah aku berubah menjadi seekor anjing. Hari itu adalah akhir pekan, seperti biasanya, aku lari pagi bersama dengan adikku. Pada awalnya semua berjalan dengan lancar, dan kupikir dua kejadian aneh itu tak akan menjadi rentetan kejadian berantai yang mana jarak antara satu kejadian dengan kejadian lain ternyata cukup dekat. Kupikir hal-hal aneh dan gila itu tak akan terulang lagi. Pada saat itu, aku berlari sangat cepat, aku meninggalkan adikku sendirian di lapangan olahraga sementara aku pulang. Itu berawal dengan kekesalanku pada adikku karena sesuatu yang sepele, sebelum dia meminta maaf, aku berlari meninggalkannya lalu pulang ke rumah. Dan kau tahu, aku benar-benar sangat cepat, bahkan rasanya itu jauh lebih cepat dari taksi. Jujur saja, meski itu terasa keren, aku bisa bergerak cepat seperti The Flash, tapi tetap saja aku merasa ngeri dengan apa yang mampu kuperbuat. Dan di sana aku sadar jika aku bukan remaja normal lagi. Ada sesuatu yang terjadi padaku, tapi entahlah apa itu, aku hanya merasa jika tubuhku tidak normal lagi. Yang menyedihkannya, aku tak bisa mengatakan semuanya pada siapa pun, aku tak bisa berbagi dan menyebarkan semua keganjilan dan kegilaan yang kualami selama ini. Aku menutupinya, tak pernah kuceritakan pada siapa pun, entah pada mom atau pada adikku. Aku berusaha menjalani kehidupan normalku layaknya remaja pada umumnya, dan ketika itu muncul lagi, sebisa mungkin aku mengatasi dan menyembunyikannya dari setiap orang. Entahlah sampai kapan hal ini akan berlangsung, yang aku percayai, cepat atau lambat, apa yang kumiliki bisa diketahui oleh seseorang. Sampai saat itu tiba, aku tak akan membiarkan kekuatan ini merusak hidupku. Namaku Velgard Drexell, usiaku enam belas tahun, aku memiliki saudari kembar dan aku memiliki kekuatan super yang mengerikan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD