Bevrlyne memahami itu, maka ia segera mengalihkan topik. “Apa lukaku parah?”
“Sebenarnya serangan itu tidak parah, tapi racun yang makhluk itu berikan padamu membuat kondisi tubuhmu begitu parah. Ini akan menjadi operasi yang cukup lama, aku harap kau bisa menahannya.”Rexalia menuturkan sambil kedua tangannya tidak berhenti bekerja, ia sudah selesai memasang benda yang entah apa fungsinya, tapi setelah selesai, ia mengangkat benda itu sehingga ketinggiannya sekitar satu meter di atas tubuh Bevrlyne. Apabila benda itu mengeluarkan cahaya, maka sekujur tubuh Bevrlyne akan tersinari cahayanya.
“Begitu rupanya.”
“Aku akan membuka bajumu, boleh?” Rexalia meminta izin ketika ia akan memulai merawat tubuh Bevrlyne.
Bevrlyne mengangguk memberi izin sehingga Rexalia melakukannya, ia hanya meninggalkan Bevrlyne mengenakan b*a saja.
“Aku akan mulai, apabila terasa sakit, coba kau tahan.” Rexalia memberi peringatan sebelum ia memulai pekerjaannya.
“Kenapa tidak membuat aku hilang kesadaran saja?” tanya Bevrlyne agak bingung.
“Aku perlu tahu daerah mana saja yang sudah tercemar racunnya, kau bisa memberi tahuku.” Rexalia menjawab lalu mengeluarkan alat yang dirinya butuhkan saat ini.
“Bagaimana caranya?” tanyanya penasaran.
Rexalia menggunakan benda seperti pensil yang ujungnya bercahaya biru, benda itu ditekankan pada d**a Bevrlyne, gadis muda itu meringis menjerit kesakitan. “Nah, seperti itu caranya. Daerah yang memgandung banyak racun akan terasa sakit apabila kutekan dengan benda ini.” Rexalia menjelaskan sistemnya di mana ia akan tahu lokasi mana saja yang sudah dipenuhi racun.
“Oh, astaga, itu menyakitkan.” Bevrlyne bergumam lirih. Pantas saja ia merasa bahwa selama ia demam, sekujur tubuhnya terus terasa sakit, padahal ranjangnya sangat empuk dan nyaman untuk beristirahat.
“Ini tidak mudah, jadi kuatkan dirimu.” Rexalia berucap tenang.
“Akan ada cairan kotor yang keluar dari tubuhmu, aku akan melepas semua yang kau pakai agar tidak terkena kotorannya.”
“Oh, silakan.”
Setelah membuat Bevrlyne dalam keadaan tak memakai apa-apa, Rexallia kemudian menusuk d**a Bevrlyne menggunakan jarum berukuran kecil, jarum itu bercahaya lalu saat ditarik segera keluar cairan hitam.
“Hei, apa yang temanmu lakukan? Anakku terlihat kesakitan, dia seperti ditusuk sesuatu.” Caitlin yang berada di luar merasa sangat panik saat melihat Bevrlyne yang sebelumnya kesakitan.
“Itu adalah pengobatannya, dia sedang mengeluarkan racun dari tubuh anakmu. Jangan terlalu tegang seperti itu.” Belverick menanggapinya biasa saja seolah hal seperti itu sudah lumrah terjadi, bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan.
“Bevrlyne kesaktian, apa tidak bisa dibuat pingsan saja? Aku tak tega melihatnya.” Caitlin berbicara dengan mata yang berkaca-kaca, jiwa keibuannya benar-benar tidak bisa dibendung saat ia menyaksikan apa yang dialami Bevrlyne di dalam sana.
Belverick menarik napas pelan. “Tenanglah, semua akan baik-baik saja.”
“Baik-baik saja apanya? Anakku kesakitan di sana.” Caitlin menyergah sambil menyeka air matanya yang jatuh.
“Caitlin, anakmu berada di tangan yang tepat, aku bisa menjamin keselamatannya. Tolong jangan meragukanku.”
“Aku seorang ibu, meski kau mengatakan itu, aku tetap saja tak tega melihat anakku kesakitan seperti itu.”
“Ini demi kebaikannya, sebaiknya kau menenangkan diri dan lihat semuanya baik-baik.”
Di dalam ruangan operasi, Rexalia mengulang cara yang sama untuk mencari lokasi-lokasi yang sekiranya bergumpal racun selama beberapa lama sambil mengajak Bevrlyne untuk mengobrol, hal itu membantu Bevrlyne mengurangi rasa sakitnya karena perhatiannya teralihkan. Bukan hanya seluruh tubuh bagian depan saja, Ia melakukan pada tubuh bagian samping kanan dan kiri, pada bagian atas dan bawah lalu terakhir pada bagian tubuh belakang.
“Apa aku boleh tahu siapa dirimu? Dari penampilanmu, kau bukan dokter.” Bevrlyne mengajukan pertanyaan itu ketika tubuhnya berada dalam keadaan tengkurap.
“Sebenarnya, aku bisa disamakan sebagai dokter, meski tugasku lebih dari itu.” Rexalia menjawab santai saat ia memeriksa bangian tengkorak belakang Bevrlyne, gadis itu meringis ketika benda seperti pensil itu ditekankan pada bagian kepalanya itu, padahal ditekan cukup pelan, tapi rasanya jauh lebih sakit dari yang seharusnya.
“Lalu kau berasal dari mana? Aku tidak mengenali ciri khas suatu negara darimu.” Bevrlyne lanjut berbicara setelah rasa sakit kepalanya hilang, Rexalia sudah mengeluarkan cairan hitam pada kepalanya.
“Tempat yang sangat jauh. Kau akan mengetahui semuanya setelah ini selesai, aku akan memperkenalkan diri padamu dan saudaramu.”
Selama beberapa waktu aktivitas itu berjalan, mereka mengobrol seperti seorang teman yang sudah dekat dan akrab. Sementara di luar, Belverick menghabiskan waktu menemani dengan memainkan ponselnya.
Caitlin sendiri diliputi rasa gelisah dan khawatir selama proses itu berlangsung, ia sesekali mondar-mandir lalu melihat lagi keadaan Bevrlyne seperti apa. Meski Belverick sudah menegurnya, tapi ia tetap tidak mendengarkan.
Tak terasa aktivitas itu sudah berlangsung lebih dari dua jam, ketika cairan hitam berhenti menyembur. Benda seperti lampu neon yang berada di atas tubuh Bevrlyne sebelumnya menyala, seperti mesin penyedot tanpa daya isap dan daya tarik, secara perlahan cairan-cairan hitam yang tersisa di dalam tubuh Bevrlyne keluar melalui lubang-lubang yang Rexalia buat sebelumnya.
“Aku sudah selesai mengeluarkan semua racunnya. Kurasa kau sudah bisa memggerakkan tubuhmu lebih baik dari sebelumnya.” Rexalia berbicara sambil membersikan cairan-cairan hitam yang keluar, ia menampung semuanya di dalam sebuah wadah.
Untuk memastikan apakah yang dikatakan wanita cantik di sampingnya, Bevrlyne mencoba menggerakkan kedua tangannya, ia memang sudah merasa sehat meski rasanya ia masih demam dan tak bertenaga.
“Lubang yang kubuat akan hilang setelah pengobatan ini selesai, jangan takut tubuhmu memiliki bekas banyak lubang nantinya.” Rexalia berbicara sambil memberikan pakaian Bevrlyne lalu berbalik berjalan meninggalkan gadis itu untuk berpakain, sementara ia menuju pintu untuk memberi laporan pada kedua orang yang setia menunggu.
“Bagaimana kondisinya? Apa anakku sudah sembuh?” Caitlin langsung melontarkan pertanyaan ketika Rexalia membuka pintu. Belverick segera mengantongi ponselnya lalu beranjak berdiri.
“Sebenarnya, dalam keadaan normal, anak ini seharusnya sudah mati. Ada beberapa alasan yang membuatnya tetap bertahan hidup.” Rexalia segera memberi tahu keadaan Bevrlyne. “Alasan-alasan ini yang membuat anakmu bisa bertahan dalam waktu satu minggu.
“Ini benar-benar situasi yang aneh.” Belverick yang sangat paham dengan apa yang terjadi pada Bevrlyne juga sampai dibuat bingung dengan alasan yang membuat gadis itu masih bisa bertahan hidup selama satu minggu.
“Bagaimana bisa anakku terkena racun? Tidak, yang terpenting sekarang adalah, apa dia sudah sembuh?” tanya Caitlin yang langsung mengubah pertanyaannya. Yang paling dirinya utamakan saat ini adalah kesembuhan Bevrlyne.
Rexalia beralih memandang Caitlin. “Belum sepenuhnya sembuh, tapi aku bisa memastikan bahwa kondisinya sudah jauh lebih baik dari terakhir kali kau bersamanya.”
Tak lama kemudian Bevrlyne sudah berada di samping Rexalia, sepertinya setelah ia selesai berpakaian, ia menyusul wanita yang sudah berjasa menyembuhkannya menemui Ibu dan sang Kepala sekolah.
“Mom, aku sudah sembuh, aku tidak merasa pusing dan lemas lagi.” Bevrlyne langsung memberi tahukan kondisinya pada sang ibu dengan ekspresi senang. Caitlin sendiri kini melihat putrinya sudah tampak jauh lebih hidup, berbeda dengan ketika ia masih sakit, gadis itu tampak seperti mayat yang masih bernapas.
Caitlin memeriksa suhu tubuh Bevrlyne dengan menyentuh keningnya. Suhu tubuh putrinya sudah terasa normal.
“Suhu tubuhmu normal, kau benar-benar sudah sembuh.” Caitlin kemudian memeluk dan mencium putrinya penuh haru dan luar biasa senang. Rexalia mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya.
“Telan pil ini, ini akan membuat kesehatanmu kembali.” Ia mengulurkan tangan ke arah Bevrlyne saat memberikan benda itu.
Bevrlyne menurut lalu menelan sebuah pil merah begitu mudahnya tanpa menggunakan bantuan air. Tidak ada yang bertanya mengenai apa sebenarnya pil itu, Caitlin sendiri ingin bertanya, tapi itu malah akan menambah banyak pertanyaan tak terjawab di dalam kepalanya.
Wajahnya perlahan kembali hidup, ia tidak lagi tampak lemah dan pucat.
“Sudah selesai?” tanya Belverick
“Ya. Anak ini hanya perlu banyak makan dan sebaiknya tidak terlalu jauh dengan saudaranya.” Rexalia menjawab tenang. Ucapannya membuat Bevrlyne dan Caitlin sontak menoleh ke arahnya.
“Kenapa memangnya?” tanya Belverick yang sudah lebih dulu berbicara sebelum keduanya sempat buka mulut.
“Ikatan batin, itu adalah salah satu alasan kenapa dia masih hidup, saudaranya membagi kehidupan dengannya.” Rexalia menjawab memberi tahukan alasannya.
“Velgard? Dia membantuku hidup?” tanya Bevrlyne yang tampak tak percaya. Ia tahu selama beberapa hari ini saudaranya membantu segala aktivitas yang tak bisa dirinya lakukan selama sakit, bahkan menyuapinya makan sering dilakukan, tapi apa itu termasuk membantunya hidup dan bisa bertahan dalam menghadapi racun itu? Di sinu Bevrlyne masih belum tahu maksud dan makna dari perkataan Rexalia.
“Kalau begitu waktunya kita mendengarkan penjelasannya. Bagaimana bisa putraku juga ikut terlibat? Aku tidak mengerti dengan semua ini.” Caitlin langsung menuntut penjelasan. Ia ingin semuanya tl jelas dan diceritakan sangat terperinci.
“Aku rasa itu bisa ditunda untuk nanti, kita ada pekerjaan yang harus dikerjakan.” Belverick menggeleng lalu mengangkat tangan kirinya untuk kemudian ia mengetuk-ngetuk jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya.
“Sungguh? Ini adalah keadaan putriku dan kau memintaku bekerja sekarang?” tanya Caitlin yang memprotes atas perkataan Belverick. Ia merasa bahwa temannya ini terlalu tak berperasaan karena memintanya untuk bekerja dalam measaan seperti ini.
Tentu saja Caitlin salah mengartikan maksud dari perkataan Belverick, bukan itu maksud yang ingin pria itu sampaikan. Ia tersenyum menanggapi temannya yang memprotes.
“Caitlin, aku membiarkan dirimu di sini untuk melihat keadaannya baik-baik saja.”
“Tapi tetap saja ....”
“Begini, kita akan menjelaskan semuanya setelah Velgard juga ada di sini agar mereka dan kau tahu semuanya.” Belverick buru-buru menyela.
“Harus ada dia juga? Kalau begitu aku akan memanggilnya.” Caitlin tidak habis akal, ia hendak memanggil putranya itu. Ia masih belum menangkap maksud dari perkataan Belverick. Pria itu sebenarnya secara tidak langsung ingin memberi tahu bahwa ia dan Caitlin harus berada di bangku penonton bersama dengan kepala sekolah Easterwod untuk menyaksikan pertandingan antara dua tim sekolah yang mana Velgard adalah pemain di dalamnya.
“Tidak, sekarang adalah jam untuk mulainya pertandingan.” Belverick membalas, tapi Caitlin yang pikirannya sedang kacau masih tidak bisa menangkap maksud dari ucapan Belverick.
“Tapi ...”
“Caitlin, yang terpenting sekarang adalah putrimu sudah sembuh. Apa yang lebih penting lagi memangnya?” tanya Belverick agak tegas. Caitlin terdiam sesaat karena ucapan temannya benar. Yang terpenting adalah kesembuhan putrinya.
“Dan satu hal lagi, apa kau tidak lupa bahwa hari ini pekerjaan kita adalah menyaksikan pertandingan football yang akan dilangsungkan beberapa menit lagi?” tukas Belverick yang sekarang langsung menjelaskan maksud utama dari ucapannya yang tadi.
“Oh, ya ampun. Aku hampir lupa. Kita harus segera pergi sekarang juga.” Caitlin langsung panik seketika saat mengingat betapa waktu sudah lama berlalu dan saat ini pertandingan football hendak dilangsungkan.
“Aku susah sembuh, apa aku boleh menontonnya?” pinta Bevrlyne yang memohon pada ibunya.
“Sayang, kau tidak boleh ....”
“Biarkan saja, dia sudah sembuh sepenuhnya.” Rexalia menyela seketika ketika Caitlin hendak melarang.
“Rexalia benar, biarkan putrimu menonton, aku yakin putramu merasa senang karena kalian muncul di sana.” Belverick setuju dengan Rexalia.
“Tapi, Belverck.” Caitlin tampak tidak setuju, ia merasa takut kalau keadaan Bevrlyne malah kembali menurun.
“Kita juga harus menonton, Kepala Sekolah Easterwod pasti sudah menunggu.”
“Ini sangat menyebalkan.”
Maka Caitlin membiarkan Bevrlyne untuk menonton. Tidak ada alasan melarang putrinya untuk tetap tinggal, apalagi keadaannya saat ini memang sudah lebih baik dari sebelumnya. Seharusnya tidak ada masalah meski Bevrlyne berteriak-teriak terlalu semangat.
***