American Football

1357 Words
Pertandingan yang ditunggu-tunggu akhirnya dimulai, setelah satu minggu lamanya pertandingan ini ditunda akibat adanya kecelakaan yang tak terduga dialami oleh para pemain dari sekolah Easterwod High School, kecelakaan yang benar-benar tak terduga oleh siapa pun. Setelah beristirahat untuk memulihkan diri selama satu minggu lamanya, pada akhirnya mereka sudah bersiap untuk bertanding. Bangku penonton yang sengaja sudah dipersiapkan untuk penonton dua sekolah sudah penuh, matahari sudah mulai condong ke barat. Velgard masih belum datang juga membuat semua anggota tim yang sudah bersiap-siap menjadi kebingungan, mereka panik karena sejak istirahat, Velgard masih belum juga kembali. Jace dan Edgar sudah mencari-cari keberadaan pria itu di semua toiletーkecuali toilet wanita karena dia tak mungkin masuk ke sana, mereka masih saja tetap tidak menemukannya. Di dalam ruang ganti, semua anggota tim Morgana sedang gugup bukan karena pertandingannya, tapi karena anggota mereka kurang satu orang, ini benar-benar membuat mereka tak bisa percaya karena Velgard malah menghilang di saat-saat yang penting. Lalu di mana sebenarnya keberadaan Velgard? Sebenarnya, setelah tangannya mulai membesar, tiba-tiba saja ia merasa kesakitan karena perubahan yang terjadi. Takut mengundang perhatian murid-murid yang ada di dalam toilet itu, takut juga ia secara tak sengaja mengulang apa yang Bevrlyne perbuat sekitar satu minggu yang lalu, Velgard segera melarikan diri dari sana menuji halaman belakang sekolah. Sama seperti ketika satu minggu lalu ia datangi, keadaan halaman belakang tetap kosong tanpa adanya seseorang yang terlihat. Itu adalah tempat yang tepat sehingga ia bisa ber leluasa meneriakkan segala hal dan mengeluarkan kekuatannya. Selama beberapa lama ia berada di sana menunggu kekuatannya untuk hilang dengan sendirinya, yang satu ini masih agak nakal karena meski sudah menunggu lama, tangannya masih belum kembali seperti sedia kala, ia juga merasa ingin marah dan ingin mengamuk untuk melampiaskan segala kemarahannya. Ketika ia habis-habisan berusaha mendorong mundur, barulah kekuatan itu mau menurut lalu menarik diri. Ketika ia sudah kembali dalam bentuk normal, ia tak menyangka waktu sudah berlalu begitu lama. Velgard yang tidak mau terlambat dalam pertandingannya yang sangat penting ini, ia segera meninggalkan halaman belakang secepat yang dirinya bisa. Ini akan menjadi kebodohan yang akan membuatnya kesal apabila pertandingan gagal dilaksanakan lagi hanya karena dia tidak datang. Velgard berlari sekencang mungkin, ia tak memedulikan keadaan sekitar yang agak sepi, ia juga tak memedulikan jika kecepatan larinya agak abnormal. Jika saja lorong tak memiliki belokan, ia akan berlari secepat motor melaju di jalan lurus, ya, kecepatan larinya memang seperti itu, ia benar-benar bergerak tidak normal. Sayangnya lorong bangunan ini memiliki banyak belokan sehingga ia tak bisa berlari lebih cepat lagi, ia akan menabrak dinding jika kecepatan larinya lebih dari ini. Karena kecepatan larinya, ia bisa tiba di tempat dalam waktu jauh lebih cepat dari yang seharusnya. “Ya ampun, kuharap aku tak terlambat.” Ia masih berusaha berlari sekencang mungkin menuju ruang ganti timnya berada. Butuh waktu lebih dari satu menit baginya untuk sampai di sana, ia mempercepat larinya tanpa melirik ke sana sini. Tepat sekitar satu menit lima puluh detik, Velgard membuka pintu ruangan yang isinya adalah para lelaki anggota tim Velgard. Di dalam sana, wajah-wajah tegang tim sontak memandang pada Velgard yang baru masuk. “Aku hampir terlambat.” Velgard berhenti sesaat di ambang pintu, meski ia tak terengah-engah, tapi dirinya tetap berhenti di sana. “Lihatlah, akhirnya b******n ini datang juga.” Jace maju untuk menyambutnya, mereka bersalaman ala para lelaki, melakukan gerak yang rumit. “Aku ada di sini.” “Kau membuat kita khawatir.” “Kau s****n, bung. Aku hampir menangis karena kau tak datang.” Edgar memukul punggung Velgard setelah mengatakan itu. “Kita sudah menunggumu sangat lama.” Yang lain ikut bicara. “Ya, ke mana saja kau pergi? Bagaimana bisa kau lenyap begitu saja sampai tidak ada yang bisa menemukan dirimu?” “Ya, kau membuat lelucon yang sangat menyebalkan.” “Aku hampir memaksa tim untuk minum obat cuci perut. Batal main karena sakit jauh lebih baik daripada menjadi pecundang lapangan.” Jace melontarkan candaan. Meski yang lain berpikir jika itu adalah kalimat yang serius. Mereka akan melakukan apa yang Jace katakan seandainya Velgard tidak datang. Sepertinya itu alasan yang masuk akal untuk membuat pertandingan ditunda. “Itu kejam.” Velgard membalas dengan ngeri karena membayangkan jika itu terjadi, maka akan menjadi kecelakaan di mana dirinya menjadi pihak yang bertanggungjawab. “Itu jauh lebih baik daripada kita kalah karena tak ada quarterback cadangan.” “Ya, apalagi aku sudah merencanakan akan memberi perhitungan padamu apabila kau tak juga datang.” “Guys, aku sudah ada di sini. Dan jika kita punya waktu untuk omong kosong ini, aku akan ganti baju.” Velgard memutuskan untuk mengakhiri percakapan yang tak penting ini. Seharusnya dia sudah bersiap-siap dikarenakan pertandingan yang sebentar lagi akan dimulai. Maka mereka segera melepaskan Velgard. Semua orang cukup bijak untuk tak menanyakan apa-apa mengenai yang terjadi. Bahkan semuanya bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa. Saat Velgard selesai memakai pakaian seragam timnya, ia mengangkat helmnya, di sana sang pelatih masuk mereka berdiam diri sesaat untuk mendengar hal-hal yang akan pria itu sampaikan. Hal itu tak berlangsung lama, hanya sekitar satu menit saja. Setelah itu, mereka segera pergi dari sana untuk memasuki lapangan perang mereka. Bangku penonton sudah dipenuhi oleh orang-orang yang tak sabar untuk menyaksikan pertandingan dua tim dari Morgana High School dan Easterwod High School. Velgard berada pada tim merah, di seberang sana adalah tim lawan dengan seragam berwarna biru tua. Sorak para penonton pecah ketika kedua anggota tim memasuki lapangan. Sambutan dari seruan penonton terdenger riuh, ini sudah menjadi biasa ketika pertandingan akan dimulai. Ketika itulah, pandangan dan pendengaran Velgard tiba-tiba buyar, ada awan gelap yang memblokir semua hal yang ada di sekeliling sana. Suara teriakan para penonton tak dapat ia dengar, bahkan semua yang dilihatnya hampir kabur. “Gawat, kambuh lagi. Apa gara-gara aku berlari tadi? Hanya lari saja bisa jadi pemicu? Sial.” Velgard menggerutu dalam benaknya. Ia tak menangkap seruan-seruan setiap orang, semua suara benar-benar teredam seolah sekeliling tubuhnya telah berubah menjadi area kedap suara sehingga suara dari luar tak sampai pada Indra pendengarannya. “Vel, are you okay?” Edgar menepuk helm Velgard, ia yang berada tepat di samping Velgard langsung melihat perubahan eskpresi dan gelagat dari temannya itu. Atas apa yang dilakukan pria bertubuh besar itulah, semua kesadaran kembali pada dirinya. Velgard bisa melihat dan mendengar semuanya dengan baik lagi seolah semua indranya langsung dikembalikan setelah sebelumnya tiba-tiba saja direnggut. “Aku baik-baik saja, kenapa?” Velgard menoleh menyahut. “Kau melamun? Semua sudah pada formasi, sebentar lagi pertandingan dimulai.” Pria itu memberitahukan. Velgard memandang ke sekeliling dan benar saja apa yang temannya katakan itu, kata-kata sambutan dan segala ritual sebelum pertandingan sudah dilakukan, para pemain yang berada pada kedua tim sudah berada pada posisi mereka masing-masing. Velgard agak kaget karena ia seperti sudah melewatkan beberapa hal dalam waktu ketika ia merasa kehilangan indranya. Sebelas pemain banding sebelas pemain sudah berada pada posisi masing-masing berdasarkan bagian mereka. “Sorry, bro. Aku ke posisiku sekarang.” Velgard hanya mengatakan kalimat itu tanpa menberitahu keadaannya seperti apa sekarang. “Kau yakin? Jangan bengong saat pertandingan.” Edgar tampak ragu dan tak yakin bahwa keadaan Velgard baik-baik saja. “Aku tak apa, pergilah.” “Oke, kalau ada apa-apa, beritahu kita.” Setelah mengatakan itu, Edgar segera pergi menuju posisinya, ia ke garis kuning. “Aku tanpa sadar sudah melewatkan beberapa hal. Aku bahkan tak sadar bahwa timku mendapat giliran pertama.” Velgard bergumam dalam benaknya. Ia sudah berdiri tepat di posisinya berada, ia berada di bagian belakang untuk menerima bola. Beberapa temannya di depan menoleh padanya, raut mereka tampak mempertanyakan keadaan Velgard, ia tersenyum dan mengacungkan jempol untuk memberitahu yang lain bahwa keadaan dirinya saat ini baik-baik saja. Mereka mengerti kode itu, maka setelah itu semuanya fokus pada permainan, mereka memandang lurus ke arah depan. Jace yang belum menoleh ke depan langsung memberi isyarat pada Velgard agar ia fokus, Velgard membalas dengan memberi hormat sebagai tanda ia sudah paham dengan tugasnya. Melihat Velgard yang baik-baik saja, Jace yang memegang bola segera memutar kepala memandang ke arah lawan-lawannya yang sudah berdiri di hadapannya. Ia sempat bertukar beberapa kalimat dengan seorang murid yang berambut kecoklatan, Velgard bisa mengasumsikan bahwa itu adalah pria yang bernama Tom.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD