Kelas Matematika part 2

1438 Words
Velgard bingung harus berbuat apa, mengambil buku catatan dari Edgar akan memberitahukan jika temannya mencontek, mereka akan dikeluarkan selama sisa jam pelajaran. Jika ia berbohong untuk menyelamatkan Edgar, maka nilainya akan dikurangi dan pangkat murid terbaik akan turun, tentu saja itu juga membuatnya keluar dari kelas selama sisa jam pelajaran. Velgard menoleh sesaat pada Edgar, buku catatan miliknya berada di bawah buku milik pria itu. Tatapan Edgar memelas dan mengisyaratkan untuk meminta menyelamatkan dirinya, “Ibumu adalah wakil kepala sekolah, kau tak akan dipersulit.” Itulah kurang lebih isyarat yang diberikan oleh Edgar pada Velgard. Velgard memilih mengalah dan menunduk. “I’m Apologize.” Pada akhirnya ia memutuskan untuk berbohong, ia berharap ini tak akan mempersulitnya. Senyum puas tampak terlihat di wajah Mrs. Jordan. “Nah, ternyata aku benar. Kenapa kau tidak berada di tempat di mana aku tak bisa melihatmu, kemudian renungkan apa yang menjadi kesalahanmu.” Wanita itu langsung menegur. Apabila itu selesai begitu saja, tentu merupakan pemikiran yang terlalu sederhana. Sebagai guru yang membuat banyak murid kesal, jelas apa yang diperbuatnya tidak pernah terlalu mudah dan ringan. “Oh, dan aku ingin kau mengerjakan esay bab yang hari ini kita bahas. Paling terlambat, sore ini kau harus mengirimkan tugasnya padaku. Aku tak akan menyulitkan harimu.” Mrs. Jordan tampak puas karena berhasil memberikan hukuman. Velgard mengangkat wajahnya memandang wanita itu seketika ketika mendengar hukumannya yang ternyata bukan hanya diusir saja. Teman-teman Velgard tampak akan berdiri memprotes ketika mendengar hukuman dijatuhkan. Semua tahu jika sore ini ada pertandingan football, dan sebenarnya quarterback tak memiliki cadangan. Tanpa kehadiran Velgard, mereka akan dihajar habis-habisan. Mereka lebih suka membatalkan pertandingan daripada harus menerima rasa malu karena akan menjadi pecundang. “Kau tak bisa melakukan ini!” Velgard tiba-tiba membentak di hadapan wajah Mrs. Jordan. Entah apa yang memberikan ia keberanian untuk berlaku seperti itu, yang jelas tidak pernah terjadi sebelumnya ada murid yang berani membentak seperti itu, Velgard sendiri selama ini dikenal sebagai murid yang baik dan selalu patuh terhadap semua aturan dan kebijakan sekolah, aneh bahwa dia hari ini tampak berbeda. Mendengar murid yang biasanya bersikap baik kini berani membentak guru yang tak kenal ampun, semua murid di sana tampak tercengang dengan keberanian Velgard yang bisa dibilang merupakan perbuatan bodoh, itu hanya akan mengantar nyawa pada kematian sendiri. “Aku ada pertandingan hari ini, kau tak bisa melakukan ini padaku!” Ia menambahkan dengan nada bicara yang sama. Tanpa siapa pun tahu, tanpa Velgard sadari, kekuatan yang selama ini bersemayam di dalam dirinya kembali muncul. Kali ini berbeda dari sebelumnya yang mana selalu berbentuk sesuatu, yang sekarang tidak langsung keluar, melainkan kekuatan itu bergerak di sekujur tubuh Velgard. Hal ini juga ternyata memengaruhi pikiran dan emosi Velgard sehingga dia berbuat di luar dari kebiasannya, dia tidak pernah membentak siapa pun dan sekarang menjadi yang kali pertama. Jace dan Edgar berdiri karena perkataan Velgard, tentu niat mereka adalah untuk menengahi, mencegah sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. “Jaga bicaramu, Mr. Drexell, di kelas ini aku yang memutuskan dan aku yang punya hak untuk itu.” Mrs. Jordan membalas dengan sengit dan tegas. Ia tampak tak takut dan tak gentar melihat muridnya yang berani melawan. Sepertinya hal seperti ini sudah dapat diduga dan sudah dirinya perkirakan, tidak mungkin semua murid akan takut dan selalu patuh pada perkataannya. “Kau penindas!” Velgard menukas dengan nada yang keras. “Ini adalah kelasku, aku yang memutuskan semuanya.” “Tapi tidak seperti ini, aku tidak melakukan kesalahan besar.” Velgard membela diri. “Tidak seharusnya aku mendapatkan hukuman ini.” Mendengar itu, bukannya mempertimbangkan, Mrs. Jordan malah semakin menjadi, dia tersenyum seolah yang dirinya harapkan malah sudah terjadi. “Tidak mengerjakan tugas, tidak mau menerima detensi, bersikap buruk di depan guru. Wah, wah, Mr. Drexell, selamat, kau baru saja membakar prestasimu. Ibumu tak akan bisa menyelamatkanmu dari ini semua.” Mrs. Jordan menggeleng kecewa yang dibuat-buat, karena ekspresi itu disertai rasa puas karena ia bisa menunjukkan seperti apa cara main dalam kelasnya. Ia puas dan suka dengan gaya bermainnya. Mendengar perkataan itu, Velgard semakin dibuat kesal, entah mengapa emosinya benar-benar meluap karena kekesalan yang seharusnya tidak sebesar itu. “Kau berengsek!” Velgard hendak menerjang menyerang Mrs. Jordan, Jace dan Edgar refleks menangkap dan menahannya. Kedua pemuda itu memiliki tubuh besar berotot, tapi mereka hampir melepaskan Velgard karena kuatnya tubuh Velgard yang memiliki niat sungguhan untuk menghajar guru wanita itu. “Tenanglah, bung. Kau mau berbuat kriminal?” tanya Jace yang mencoba menenangkan Velgard. Para murid, bahkan Mrs. Jordan sendiri tampak terkejut karena apa yang Velgard hendak lakukan. Apalah akalnya sudah hilang? Sejak kapan ada murid yang berani memukul gurunya sendiri? Ini jelas adalah perbuatan yang benar-benar buruk. “Jangan tersulut emosi.” Edgar menimpali, ia menahan tubuh Velgard sekuatnya. Keduanya tampak sekuat tenaga untuk menangkap dan menahan Velgard yang jelas bertubuh ramping dan tak akan mampu meruntuhkan salah satu dari mereka meskipun ada tiga Velgard secara bersamaan. Tapi kali ini, keduanya benar-benar kewalahan dengan kekuatan fisik Velgard yang tak masuk akal. “Silakan tinggalkan kelasku. Aku akan memastikan kau mendapat skors.” Mrs. Jordan berhasil menenangkan diri lalu menunjuk ke arah pintu keluar. Benar-benar jelas itu berupa isyarat pengusiran. “Lain kali, berpikirlah sebelum bertindak, Drexell.” Ia menambahkan dengan ketegasan dan kekesalan yang benar-benar diperlihatkan jelas. “Kau pikir kau akan selamat dari ini, lihat sa ...” Sebelum Velgard mampu menyelesaikan perkataannya, Jace menyumpal mulut Velgard karena takut pria itu mengeluarkan ancaman dan u*****n yang akan jauh menyulitkan lagi. Bisa-bisa hukuman yang akan didapat oleh Velgard akan jauh lebih berat. “Ada apa denganmu? Tenangkan sedikit emosimu, brengsek.” Jace membentak pelan karena tak percaya bahwa temannya mampu memgeluarkan kata-kata ancaman seperti itu, benar-benar tidak seperti biasanya. “Tolong bawa pergi Mr. Drexell dari kelasku.” Mrs. Jordan menunjuk pintu keluar. “Vel, kita pergi. Jangan perburuk situasi.” Jace berbisik, Velgard memuntahkan sumpalan dengan tak suka dan memelototi pria itu. “Vel demi kita semua.” Edgar menambahkan. Velgard akhirnya menenangkan diri dan berusaha untuk menahan dorongan tubuhnya, menahan amarah yang keluar dari dalam benaknya. Tubuhnya perlahan tak berontak lagi, luapan tenaga yang sebelumnya tak lagi mengamuk sehingga kedua pria yang memeganginya terlihat lega. “Lepaskan aku.” Velgard bergumam pelan pada kedua temannya. Merasa jika pria ini tak akan melakukan hal-hal yang tak diinginkan, maka Jace dan Edgar melepaskannya. Velgard tak banyak bicara, ia segera merapikan barangnya lalu meninggalkan kelas. Diikuti Edgar dan Jace. Tatapan semua mata yang ada di kelas itu masih tertuju padanya. Ini adalah kali pertama ada cerita di mana seorang murid berani melawan guru, terutama Mrs. Jordan yang jelas memiliki ketenaran yang membuat banyak murid tak menyukai keberadaannya. Hukuman yang tidak ringan jelas akan didapatkan, Velgard harus bersyukur jika dirinya masih diperbolehkan untuk menampakkan diri di sekolah lagi, meski nilai Matematikanya telah hancur. Mereka berhenti di ambang pintu, Velgard berbalik memandang dua teman timnya. “Apa pun yang terjadi, aku akan bertanding.” Velgard menegaskan. Ia memberi keyakinan pada mereka jika meski kejadian ini terjadi, semuanya tak akan memengaruhi apa yang akan mereka lakukan nanti. Pertandingan tak akan dibatalkan atau tim mereka tak akan dihabisi dengan cara yang memalukan. Jace dan Edgar mengangguk. “Penyihir itu sangat murka, kau akan mendapat masalah besar.” Jace bergumam pelan sambil menunjuk ke arah belakang dengan ibu jarinya. “Aku akan cari cara.” Velgard membalas pelan. “Maafkan aku, bro.” Edgar merasa bersalah, ia menepuk pundak Velgard, yang ditepuk pundaknya hanya menggeleng ringan. “Aku yakin, tanpa kejadian ini juga, wanita s****n itu akan mencari cara lain untuk mengabisiku.” Velgard berkata dengan ketus. “Kau s****n, bro. Ini bisa membahayakan tim, kupikir berani juga tak seperti ini caranya.” Jace mendorong pelan tubuh Velgard, ekspresinya tampak kesal dan sebal karena perbuatan Velgard sangat mengkhawatirkan. “Sorry, moodku sedang buruk hari ini.” Hanya itu saja alasan yang bisa dia sampaikan pada dua lelaki di hadapannya. Menceritakan semuanya hanya akan membuat keduanya menganggap dirinya sudah tak waras. “Kau terlihat baik-baik saja di dalam bus.” Jace memasang ekspresi tak percaya. “Entahlah, ini seperti mendadak saja terjadi. Nah, kalian kembali saja jika tak mau bergabung denganku.” Velgard mengusir kedua temannya. Mereka bercakap singkat lalu berpisah. Velgard berjalan di lorong sendirian, melangkah dengan pelan sambil tatapannya tertuju pada lantai. Ia merasa aneh pada dirinya sendiri, terutama mengenai apa yang terjadi hari ini. Bukan hanya tubuhnya yang memanas, tubuhnya menjadi kuat, kemudian emosi memengaruhinya. Ada kepribadian yang bukan miliknya berada di dalam tubuhnya. “Berakhir sudah. Kenapa aku berbuat seperti ini? Mom tak akan senang, aku sudah mengacau.” Ia mengeluh dalam benaknya dengan perasaan dan pikiran yang serba salah dan bingung luar biasa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD