Selama beberapa menit lamanya, Bevrlyne berusaha menenangkan diri dan berusaha membuat emosinya hilang. Ia masih merasakan ketika sensasi kekuatannya akan muncul, untunglah setelah selama beberapa menit ia berusaha menenangkan diri, secara perlahan kekuatan yang hendak keluar itu berhasil ditahan.
Meski begitu, kekuatan yang muncul di dalam tubuhnya jelas belum sepenuhnya tertarik mundur, perasaan dan sensasi bahwa kekuatannya akan muncul masih terasa, ada semacam denyutan yang ia rasakan dari sekujur tubuhnya. Tentu saja yang kali ini mungkin berbeda dari yang selama ini pernah muncul.
Bevrlyne merasa takut apabila kekuatan yang kali ini muncul malah lebih kuat dari yang selama ini sudah dirinya lihat. Ini bisa-bisa memberi kerusakan yang cukup parah dan besar. Jelas akan ada masalah yang dirinya dapatkan nantinya.
Bevrlyne masih memikirkan segala tindakan aneh yang diperbuatnya. Ini benar-benar tak masuk akal dan bagaimana bisa menimpanya? Padahal dirinya sama sekali tak pernah melakukan sesuatu yang aneh dan tak masuk akal di mana hal itu yang mungkin saja menjadi pemicu segalanya terjadi. Anggap seperti Spiderman yang mana ia digigit seekor laba-laba sehingga kekuatannya muncul, ada alasan mengapa bisa mengeluarkan jaring laba-laba pada tangannya.
Sementara dirinya? Apa yang telah ia perbuat selama ini yang menjadikan alasan kekuatannya bisa muncul? Tidak ada, sama sekali tidak ada hal yang menjadikan dirinya makhluk dengan kekuatan super tak terkendali. Tidak, semua ini terjadi seolah benar-benar alami, sesuatu seperti bakat yang muncul ketika usia tertentu dimulai.
Tapi kenapa? Selama ini ia merasa jika dia dan saudaranya adalah manusia biasa dan normal, mereka menjalani kehidupan yang sama seperti remaja pada umumnya, tak pernah ada yang abnormal sebelumnya sebulan terakhir. Semua berubah secara tiba-tiba, semuanya terjadi begitu saja membuat ia merasa takut pada dirinya sendiri.
Dalam keadaan itu, pintu bilik toilet diketuk atau tepatnya digedor dengan keras dari luar, ada seseorang yang benar-benar menggunakan tenaga untuk menggedor pintu. Bevrlyne sontak mengalihkan tatapan ke arah pintu.
“Hei, udik. Keluar dari dalam sana dan selesaikan semua ini! Waktu berhargaku jadi hilang gara-gara dirimu!” Suara wanita muda terdengar dari luar, itu adalah suara milik Helena. Karena wanita itu datang ke sini, Bevrlyne merasa bahwa kelas sepertinya sudah berakhir sehingga para murid bisa bebas berkeliaran.
Setelah mendengar itulah Bevrlyne baru sadar kenapa dirinya ada di dalam bilik toilet ini.
Ya, ia dijahili terus oleh Helena, telur kodok yang masih menempel pada pakaiannya adalah bukti terakhir. Sejak memasuki semester awal, Helena memang terus mengganggu dan mengusik dirinya, tentu saja perbuatan itu ia abaikan dan tak pernah sampai bercerita pada saudara dan ibunya.
Bevrlyne merasa jika ini adalah lumrah dan biasa saja, harus ada anak nakal di sekolahーdan seperti itulah namanya sekolah, harus ada anak nakal dan penindas yang jahat, dan yang menjadi bukti untuknya adalah Helena, orang yang selalu dirinya abaikan terlebih perbuatan Helena tak sampai melebihi batas, menurutnya.
Helena hanya melontarkan ejekan dan hinaan yang tak mengenakan, tak sampai ada pemukulan, p********n, p**********n, pelecehan dan sebagainya. Tapi mungkin hal itu akan terjadi sekarang.
Pintu digedor semakin keras dan terdengar teriakan keras dari luar, tampaknya kali ini Helena akan memberikan perhitungan padanya. Bevrlyne hendak beranjak dari duduknya, tapi tiba-tiba saja ia merasakan panas pada mata kirinya.
“Ah, mataku. Kenapa panas sekali.” Bevrlyne menutup mata kirinya, memejamkan sebelah mata lalu beranjak berdiri. Ia menahan rasa panas yang membakar matanya, sebisa mungkin kepanasan yang dirasakannya ia sembunyikan.
Saat ia akan menyentuh selot kunci, tiba-tiba saja dari atas ada ember yang menyiramkan seember air padanya. Air yang disiramkan padanya cukup banyak untuk membasahi seluruh tubuhnya.
Sekarang, jaketnya bukan hanya terkena telur kodok, tapi jaket dan seluruh tubuhnya basah kuyup. Setidaknya air itu tak berbau apa-apa, sepertinya itu air dari wastafel. Meski begitu, kini Bevrlyne merasa marah karena perbuatan Helena yang pasti dibantu dengan dua temannya.
Perasaan marah ini sangat memuncak dan tak pernah dirasakan olehnya. Rasanya ini seperti bendungan air yang siap dijebol kapan saja. Sensasi kekuatan yang sebelumnya mulai ditarik mundur kini malah langsung keluar dalam kecepatan tinggi sehingga tidak bisa ditahan seperti sebelumnya.
Bevrlyne meraih tasnya lalu membuka pintu dengan keras. Tampak jika ketiga wanita itu langsung menertawakannya.
“Ow dia keluar.”
“Lihatlah, penampilannya seperti seekor tikus selokan.”
“Menjijikkan.”
“Aku hampir muntah melihatnya.”
Ketiga wanita itu melontarkan hinaan tanpa memedulikan ekspresi Bevrlyne yang tampak amat marah. Mereka benar-benar puas saat menyaksikan keadaan Bevrlyne yang seperti itu, mereka sa sekali tidak sadar bahwa mereka datang ke sana secara tak langsung mengundang bahaya yang sudah susah payah Bevrlyne bendung.
“Apa lihat-lihat? Tak terima?” Helena menantang. Ia mengangkat tangan kanannya hendak meraih rambut Bevrlyne, sayang ketika di tengah jalan tangan itu hendak meraih rambut, tiba-tiba tangan Bevrlyne menahannya, mencengkeram tangan Helena kuat.
“Apa yang ....” Belum sempat Helena bicara, Bevrlyne menepiskan tangan itu, kekuatannya yang terlalu besar bukan hanya membuat tangan Helena enyah, tapi tubuhnya juga sampai terlempar lalu jatuh di lantai dalam keadaan duduk. Mereka yang melihat hal itu tentu mengalami keterkejutan luar biasa. Sejak kapan wanita yang selalu mereka ganggu tampak begitu kuat? Cukup kuat untuk melemparkan seseorang begitu mudahnya tanpa tenaga khusus.
“Kau ingin masalah? Selamat, kau mendapatkannya.” Bevrlyne melangkah dengan langkah besar berjalan menuju Helena. Melihat kedatangan Bevrlyne, Helena yang belum sadar dengan perubahan pada Bevrlyne segera berdiri hendak melayaninya.
“Kau pikir aku takut? Kemari, biar kutunjukkan ....” Belum selesai berbicara, tangan kanan Bevrlyne sudah terangkat, ayunan tangannya berhasil menampar pipi gadis itu hingga membuatnya terjengkang, suara tamparan itu menggema sangat keras di dalam sana.
“Hei,” ujar dua wanita teman Helena, keduanya maju hendak menangkap Bevrlyne, tapi mereka langsung didorong jatuh oleh gadis berambut twintail itu.
“Kau ... kau berani menamparku?!” Helena tampak geram, ia benar-benar tak terima dengan apa yang dirinya dapatkan. Tidak pernah sebelumnya ia ditampar oleh siapa pun, bahkan orang tuanya sendiri tidak pernah melakukam hal tersebut padanya.
Akibat keributan yang ditimbulkan, hal itu membuat Penonton segera memenuhi pintu toilet wanita.
Helena tak menyangka jika gadis pendiam yang tak pernah melawannya kini tampak menakutkan, ia hendak melakukan serangan balasan, tapi kali ini ia segera sadar bahwa Bevrlyne yang ada di hadapannya bukanlah orang yang sama dengan orang yang selama ini dirinya ganggu.
Melihat hal itu, Helena hendak mundur lalu lari menjauh dari Bevrlyne. Ada yang tidak beres darinya, jika tidak sesegera mungkin pergi, maka akan ada masalah lain yang timbul.
“Kemari kau!” Suara dingin itu membentak cukup kuat untuk membuat Helena merinding. Tangan Bevrlyne meraih baju Helena, kesempatan lari pada akhirnya gagal.
Helena mencoba memberontak, tapi anehnya ia merasa bukan apa-apa dibandingkan dengan kekuatan Bevrlyne yang saat ini, bahkan ini tidak bisa dibandingkan seperti balita yang berhadapan dengan orang dewasa.
“Lepaskan Helena atau ....”
“Atau apa?!” bentak Bevrlyne pada kedua teman Helena sampai membuat mereka mundur tanpa sadar karena takut. “Lebih baik kalian jangan melakukan hal yang tak kusuka atau kalian akan kuhajar sampai sekarat.” Bevrlyne melanjutkan perkataannya dengan melontarkan ancaman, ini jelas adalah pertama kalinya mereka yang ada di sana mendengar Bevrlyne mengeluarkan kalimat yang sebegitu mengerikannya.
“Let me go. Kau pikir ini sekolahmu? Kau akan dapat masalah setelah ....” Helena tak melanjutkan kalimatnya ketika ia ditampar lagi dengan keras sampai lebam, kemudian tubuhnya ditarik lalu dibawa ke dalam bilik toilet. Salah satu teman Helena beranjak berdiri coba menolong, tapi Bevrlyne menendangnya hingga ia tersungkur ke lantai.
Yang satunya berdiri saat Helena berhasil diseret ke dalam bilik, Bevrlyne menendang pintu bilik toilet ketika wanita itu hendak masuk. Benturannya sangat keras, wanita di luar sana menjerit kesakitan.
“Apa yang akan kau lakukan, hah?” tanya Helena dengan seringai jahat, tanpa takut sama sekali. Bevrlyne tak membalas, ia langsung membuka tutup kloset duduk itu.
“Aku akan membunuhmu, tentu saja.” Bevrlyne berbicara dengan nada yang dingin, setelahnya ia dengan kekuatan besar, memaksa mendorong untuk memasukkan kepala Helena ke dalam kloset tersebut.
“Hentikan, apa yang kau lakukan!” teriak Helena sambil menahan tubuhnya dengan dua tangan yang memegang masing-masing sisi lubang kloset itu. Ia merasa ngeri karena kepalanya seperti didorong oleh kekuatan yang tidak normal dimiliki oleh seorang perempuan muda yang tampak kurus tak berotot.
***