“Ya, selama ini aku yang mengatasi semuanya sebelum terjadi sesuatu yang lebih parah, selama ini aku hanya menganggap jika yang mereka alami adalah kecelakaan dan kecerobohan saja.” Xhillorus mengangguk-angguk ketika mendengar balasan itu.
“Dengar, Caitlin. Anak-anakmu tak aman berada di Planet ini, kekuatan yang tak terkontrol akan menghancurkan dan merugikan semua yang ada di sekitar mereka.” Xhillorus segera memberikan penjelasan.
“Kami harus membawa mereka ke planet kami, tentu saja dengan izinmu sebagai wali mereka. Kami tak akan melakukan pemaksaan.” Mr. Schneider menyambung.
“Membawa mereka?” ulang Caitlin yang seketika langsung menoleh pada kedua anaknya lalu kembali menoleh pada kedua pria di hadapannya.
“Aku tak bisa, kenapa aku harus menjauhkan mereka dariku? Kalian bisa menghentikan mereka bukan? Bahkan jika kalian memang alien yang luar biasa, kalian pastinya bisa membuat mereka normal lagi.” Caitlin berbicara cepat penuh emosi. Tentu saja ia tidak akan mau menerima apabila kedua anaknya harus pergi darinya.
“Ini memerlukan proses, mereka tidak bisa disembuhkan dalam waktu yang singkat, Caitlin. Sistemnya tidak terjadi secara instan seperti itu.” Xhillorus memggelengkan kepalanya.
“Ya, ditambah apabila mereka dibiarkan terus berada di bumi, maka selama kami bekerja, apa saja bisa mereka lakukan. Contohnya adalah hari ini, mereka melukai orang-orang di lingkungan sekitar mereka. Apabila dibiarkan lebih lama, esok atau beberapa hari ke depan kota ini mungkin saja bisa dibuat mejadi reruntuhan oleh mereka.”
“Anak-anakku tidak akan melakukan hal seperti itu, aku mengenal mereka lebih baik dari siapa pun.” Caitlin menggeleng menyangkal.
“Mereka tidak akan apabila mereka adalah dirinya sendiri, tapi emosi itu mengubah mereka menjadi sosok lain yang benar-benar berbeda dari anak-anak yang kau kenal. Di dunia kami, vrial tidak pilih-pilih, mereka akan menyerang siapa pun dan apa pun apabila tidak dikarantina dan dikendalikan terlebih dulu.”
Meski mendengar penjelasan itu, Caitlin tetap menggeleng, ia benar-benar tidak mau membiarkan kedua anaknya pergi. Apa pun alasannya.
“Aku tak bisa jauh dari mereka, hanya mereka yang kupunya dalam hidupku. Kalian harus mengerti posisiku sebagai seorang ibu, aku tidak akan pernah bisa merelakan mereka begitu saja meminggalkanku. Aku akan hancur.”
Caitlin menutup wajah dengan dua tangan lalu menunduk terisak. “Aku tidak ingin merasakan kehilangan lagi, sudah cukup rasa hancur kurasakan ketika Dominic pergi, aku tak ingin merasakan hal itu untuk kedua kalinya dengan kehilangan anak-anakku.”
“Caitlin, mereka tidak meninggal. Mereka hanya akan dilatih di planet lain.” Mr. Schneider membantah halus.
Perkataannya membuat Caitlin membuka kedua tangan lalu mendongak memandang wajah pria itu.
“Apa bedanya? Aku tidak bisa melihat mereka dalam waktu lama. Bisa saja hari ini adalah terakhir kalinya aku melihat mereka.”
“Tolong jangan katakan itu, Caitlin.” Mr. Schneider tampak sangat tidak tega melihat temannya itu terluka.
“Aku mengerti dengan situasinya, tapi percayalah, ini semua demi kebaikan mereka sendiri. Kami harus membawa mereka pergi ke planet kami, hanya di sana mereka akan baik-baik saja, hanya di sana saja mereka tidak akan melakukan hal-hal yang sudah kau lihat sendiri.” Xhillorus membantu mencoba meyakinkan Caitlin agar memberi izin pada mereka bisa membawa Bevrlyne dan Velgard.
Caitlin beralih memandang Xhillorus.
“Apa yang bisa kau jaminkan padaku? Aku tak bisa membiarkan mereka pergi begitu saja, apalagi ke tempat yang kupikir belum tentu aman dan baik bagi mereka.” Wanita itu menuntut pada kedua pria itu.
“Di sana mereka aman, kau percaya saja pada kami. Aku tidak tahu bagaimana caranya harus memberi jaminan.” Xhillorus tampak agak bingung dengan permintaan yang Caitlin ucapkan sebelumnya. Jaminan, apa yang bisa dirinya berikan sebagai jaminan agar wanita ini bisa memercayakan kedua anaknya pada mereka?
“Bagaimana dengan nyawaku?” Mr. Schneider menawarkan diri membuat Xhillorus yang terkejut menoleh padanya, Caitlin juga sontak memandangnya.
“Belverick.” Caitlin secara tidak sadar memanggil namanya.
“Apa kau sudah gila?” sergah Xhillorus yang secara terang-terangan tidak menerima dengan apa yang temannya ambil. Mr. Schneider menggeleng lalu menoleh pada Xhillorus.
“Aku harus memberi Caitlin keyakinan bahwa kita akan membawa anak-anaknya ke tempat aman, mereka dibawa pergi bukan untuk dibunuh, tapi diselamatkan dari kekuatan itu.” Ia menjelaskan, mengatakan setiap kata penuh keyakinan. Ia kemudian kembali memandang Caitlin penuh keteguhan.
“Tapi kau tidak ....”
“Bagaimana dengan ini, Caitlin?” tanyanya pada wanita itu. “Aku tahu bahwa nyawaku tidak sepadan dengan salah satu nyawa dari mereka, apalagi ada dua nyawa yang menjadi taruhan. Tapi demi membuatmu percaya, aku rela mati demi itu.”
Caitlin tahu bahwa temannya itu sedang tidak bermain-main, ia berani menggunakan nyawanya sendiri sebagai jaminan keamanan yang akan diterima oleh Bevrlyne dan Velgard.
Caitlin menggeleng tak percaya. Ia kemudian bertanya, “Kenapa kau melakukannya sampai sejauh ini?”
“Karena aku yakin bahwa kedua anakmu akan baik-baik saja. Aku tidak terlalu bodoh untuk membuang nyawaku apabila aku tidak memiliki keyakinan bahwa mereka akan jauh lebih baik berada di planet kami.” Ia menjawab dengan alasan yang benar-benar tidak bisa terbantahkan.
“Belverick.” Caitlin berbisik pelan.
“Planet Avorus sama seperti Planet Bumi, memiliki Bintang mirip matahari di siang hari dan Bintang mirip bulan di malam hari, hanya saja, revolusi, rotasi dan tekanan gravitasi agak berbeda. Tidak akan ada kendala yang mereka hadapi, mereka akan hidup dan baik-baik saja di sana.” Mr. Schneider segera memberitahu sedikitnya mengenai planet bangsa loria tinggal, berharap itu bisa menjadi tambahan untuk Caitlin merasa bahwa semua akan baik-baik saja.
Untuk sesaat, tidak ada yang berbicara, Xhillorus yang mendapat pemberontakan segera saja memusatkan kekuatannya pada Velgard dan Bevrlyne agar mereka tetap diam seperti itu untuk lebih lama, setidaknya sampai sepuluh atau dua puluh menit lagi.
“Aku masih belum bisa memberi jawaban.”
“Kami tidak memiliki waktu, Caitlin. Anak-anakmu bisa menjadi lebih berbahaya apabila saat ini lepas kendali lagi.” Xhillorus yang tenaganya dan energinya terkuras coba memberi perhatian dan memberi tahu bahwa ia tidak bisa bertahan terlalu lama dalam keadaan seperti ini.
“Kalau begitu beri tahu aku semua hal yang kalian miliki.” Caitlin segera melontarkan syarat.
“Jika itu maumu, katakan apa yang kau ingin tahu dari kami.” Xhillorus segera menyanggupi.
“kalian ... kalian kenapa bisa melakukan hal-hal semacam itu?” tanya Caitlin, yang wanita itu maksudkan tentu saja adalah pusaka yang bisa membuat Xhillorus dan semua bangsa loria melakukan hal-hal yang tidak biasa bagi manusia.
“Ini adalah kemampuan dan bakat alami yang kami dapatkan. Anggap saja seperti keahlian manusia dalam menguasai banyak bidang pekerjaan atau menghafal banyak bahasa. Yang kami miliki hanya lebih istimewa dari hal-hal seperti itu.” Mr. Schneider segera menjelaskan.
“Mungkin bagi manusia ini aneh, tapi di planet kami, hal wajar apabila kami memiliki kekuatan itu. Seratus persen penduduk planet kami memiliki kekuatan yang kami sebut sebagai pusaka.” Ia melanjutkan.
“Dan kenapa mereka bisa seperti kalian? Kenapa bisa putra dan putriku jadi seperti ini?” tanya Caitlin dengan tak mengerti.
“Caitlin, kami masih berpikir mengenai itu, bagaimana dengan silsilah keluargamu?” tanya Xhillorus.
“Aku dan Dominic manusia, tidak mungkin anak-anak kami menjadi alien. Semasa hidupnya, Dominic bersikap biasa saja, tidak pernah ada kejadian janggal yang terjadi. Lalu aku, aku sendiri merasa normal selama ini.” Caitlin berusaha mengingat-ingat mengenai tingkah suaminya yang sudah tiada semasa hidup dulu, sejauh yang dirinya ingat, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Dominic adalah alien.
“Kalian memang manusia, tapi bagaimana dengan orang tua kalian? Maksudku adalah orang tua dan mertuamu.” Mr. Schneider bertanya.
“Apa? Orang tua? Mertua?” tanya Caitlin yang agak sedikit bingung karena percakapan ini malah jadi berubah ke arah silsilah dan leluhur mereka.
“Intinya adalah, ada kemungkinan ini terhubung akibat garis darah.”
“Garis darah? Kenapa bisa?”
“Orang tuamu dan orang tua Dominic, mereka yang mewariskan darah loria pada anak-anakmu. Bukankah itu hal normal apabila manusia memiliki warisan dari kakek dan nenek mereka? Terkadang ada manusia yang memiliki bebarapa hal yang mirip seperti kakek dan nenek mereka bukan?” Xhillorus membalas.
“Tapi bagaimana bisa?”
“Kau masih tidak paham? Yang kami maksud adalah kakek dan nenek mereka adalah loria, cucu mereka akan mewarisi darah mereka, kekuatan mereka berasal dari Claude Drexell Clarice Leatheran..” Xhillorus lagi-lagi yang berbicara untuk membalas.
“Apa? Tapi itu tidak mungkin. Maksudku, ibuku ... ibuku ....”
“Itu bisa saja, kadang gen tak diturunkan pada satu turunan, jika orang tua mereka seperti ini, anak yang lahir kadang tak memiliki karakter orang tua mereka, kadang malah terjadi kemiripannya pada paman atau bibi, tak jarang warisan karakter itu berasal dari kakek atau nenek anak itu, ya kan?” Mr. Schneider menyampaikan apa yang menjadi perkiraannya, itu memang terkaan yang paling masuk akal. Di belahan bumi ini, tak sedikit yang mendapat kasus semacam itu, suatu karakter diturunkan dari kerabat jauh, bukan berasal dari orang tua mereka sendiri.
Mr. Schneider kemudian melanjutkan kata-katanya. “Rexalia sudah mencari tahu mengenai silsilah kalian. Kau harus tahu bahwa Claude Drexell dan Clarice Leatheran adalah loria yang menikah dengan manusia lalu menetap di sini.”
“Aku menyesal tidak bisa memberimu lebih banyak informasi, Caitlin. Kekuataku sudah mencapai batasnya, kami kehabisan waktu. Ini .... jujur saja aku tak bisa menahan dua vrial secara bersamaan dalam waktu lama, tidak ketika berada di planet ini.” Xhillorus yang sudah tidak bisa menahan lonjakan kekuatan dan tekanan dari perlawanan Bevrlyne dan Velgard segera memgakhiri atau menyela percakapan itu untuk berhenti.
“Ada apa, Xhillorus?” tanya Mr. Schneider yang tampak khawatir.
“Mereka mulai melakukan perlawanan, aku tidak yakin bisa menahan mereka lebih lama lagi dari ini.” Xhillorus bergumam, ia tampak sudah banyak berkeringat.
“Apa?!” seru Mr. Schneider yang langsung menoleh ke arah di mana Bevrlyne dan Velgard berada.
Pada saat itulah tiba-tiba saja Bevrlyne dan Velgard mulai mengedipkan mata, mereka mengubah ekspresi wajah masing-masing, kedua tangan mereka bergerak, tubuh mereka naik turun sebagai tanda keduanya bernapas agak cepat.
“Ini gawat,” gumam Xhillorus yang tampak seolah ia sudah gagal mengekang monster yang baru saja dijatuhkan.