Memiliki Kekuatan Juga

1863 Words
Velgard begitu menyimak soal pelajaran sejarah yang menurutnya menarik, meski sudah dibaca dan dihafalkan, ternyata masih ada beberapa hal yang dirinya lewatkan. Guru yang mengajar sejarah tak jarang melengkapi dan menjelaskan lebih dalam terhadap apa-apa saja yang diterangkan di dalam buku. Hal a tersebutlah yang menjadikan alasan mengapa Velgard begitu menyimak ketika guru sejarah sedang menerangkan materi kali ini. Bisa dikatakan Velgard cukup tertarik dengan pelajaran sejarah, ia selalu mendapat nilai sempurna pada mata pelajaran yang ini, meski sebenarnya ia selalu mendapat nilai yang selalu sempurna dalam berbagai mata pelajaran. Selama ia sekolah di Morgana, tidak pernah sekalipun ia membuat kekacauan. Pada saat sedang asyik menyimak materi, tiba-tiba saja ada pesan masuk dari Bevrlyne yang meminta bantuan. Karena di sana tidak dijelaskan apa yang harus ia lakukan dan bantuan semacam apa yang diminta oleh adiknya itu, maka ia memutuskan untuk mengabaikannya saja. Beberapa detik berlalu, pesan yang dirinya abaikan kini jumlahnya sudah banyak, meski begitu ia tetap mengabaikannya. Sampai beberapa detik kemudian layar ponsel memperlihatkan bahwa Bevrlyne memanggilnya. Untunglah ia sudah mengubah mode dering ke mode hening sehingga tidak ada suara apa-apa yang terdengar. Sayangnya, rasa aman yang dirasakannya langsung hilang seketika tatkala seseorang memergokinya. “Permisi, sepertinya murid kebanggaan sudah merasa pintar, dia tidak menyimak.” Suara seorang pria membuat semua perhatian terarah padanya. Dia adalah Mike Winston, seorang yang paling tidak disukai oleh Velgard dikarenakan pria itu sendiri sudah memusuhinya sejak mereka pertama bertemu. Biasanya apabila mereka bertatap muka, akan selalu ada adu mulut dan saling ancam, bahkan ketika berada di luar pengawasan mata para guru atau staf sekolah, mereka akan melakukan perselisihan dengan adu pukulan. Padahal Bevrlyne sudah terlalu sering menegur Velgard agar tidak menanggapi Mike, tapi yang namanya jiwa pemuda dan mereka memang memiliki keberanian yang sama, maka keduanya tetap saling bermusuhan dan terus mencoba menjatuhkan satu sama lain. Pada saat ini adalah waktu bagi Mike untuk mengambil gilirannya, ia tidak bisa membuang kesempatan bagus ini ketika dirinya mendapati Velgard bermain ponsel. Pada awalnya semua pasang mata tertuju pada Mike yang tangan kanannya sedang menunjuk ke arah Velgard. Sedetik kemudian, tatapan mereka beralih ke arah sumber yang pria itu tunjuk. “Ada apa, Drexell? Apa kau sudah mempelajari semua materinya sampai tak mau memperhatikan?” Velgard menggeleng menyangkal perkataan gurunya. “Kau salah paham, aku tidak bermain ponsel. Ini ... saudariku terus menghubungiku,” ucap Velgard sambil mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan layar yang menampakkan panggilan masuk dari Bevrlyne. “Dia mungkin memerlukan sesuatu.” “Oh, sepertinya dia sedang merengek lagi meminta perlindungan darimu.” Mike berbicara dengan nada mengejek. “Sepertinya ....” “Diamlah, Winston!” sergah Velgard keras menyela perkataannya. Ia lalu berbalik memandang gurunya. “Apabila Anda mengizinkan, aku akan mengangkatnya.” “Angkat saja jika itu penting,” ucap gurunya memberi izin. “Kalau begitu permisi.” Velgard segera meninggalkan tempat duduknya lalu berjalan keluar dari kelas. “Apa dia kena masalah?” tanya Jace yang kebetulan berada di bangku depan. “Entahlah, aku titip tasku.” Velgard membalas tanpa menghentikan langkahnya. “Hei!” Jace hendak memprotes, tapi Velgard sudah membuka pintu lalu berjalan keluar dari kelas, ia menutup pintu secara hati-hati. Ketika sudah tiba di luar kelas, Velgard langsung mengangkat panggilan dari Bevrlyne lalu menempelkan ponsel di telinga kanannya. Lorong itu cukup sepi sehingga rasanya akan aman apabila ada hal pribadi dan mungkin penting akan dibicarakan oleh saudarinya itu. “Ada apa, Bev? Kau tahu aku sedang berada di dalam kelas. Kau harus punya alasan yang kuat untuk memanggilku.” Velgard langsung berbicara dengan nada yang cukup pelan. Ia tahu bahwa di sana hanya ada dirinya, tapi siapa tahu ada seseorang yang luput dari penglihatannya bisa mendengarkan perkataannya, maka dari itu ia tidak ingin ambil risiko dengan bersuara terlalu keras. “Datanglah ke toilet wanita, sekarang.” Dari seberang sana Bevrlyne membalas memerintahkannya untuk datang ke toilet wanita. Apa maksudnya ini? Dia mengganggu pelajaranku hanya untuk pergi ke toilet wanita? Apa dia bercanda? Yang benar saja. Velgard menahan diri untuk berceloteh panjang sebagai tanggapan rasa tal senangnya karena balasan itu. “Bev, aku dimarahi gara-gara harus menjawab panggilan darimu dan sekarang kau memintaku pergi ke toilet wanita?” sergah Velgard tak senang. “Lakukan saja, ini darurat.” Bevrlyne menekankan. Velgard yang saat ini merasa kesal segera mengubah ekspresinya. Tentu saja, Bevrlyne tidak pernah bercanda atau melakukan lelucon menyebalkan, bahkan ketika itu pada saat merayakan ulang tahun. Sepertinya ada keadaan serius yang dialami oleh saudarinya itu. “Tunggu, kau hamil?” tebak Velgard seenaknya, ia segera menggelengkan kepala karena hal itu tak mungkin terjadi, selama ia bersama adiknya itu, ia tak pernah melihat ada pria lain yang mendekatinya. “Ah, tidak mungkin, apa kau lupa membeli pembalut? Aku harus membawakan untukmu?” tanya Velgard yang pikirannya menjurus ke sana. Memangnya apalagi urusan seorang gadis yang beranjak dewasa di dalam toilet? Hanya hal itu saja yang terpikirkan oleh Velgard. “Bukan itu, i***t, cepat saja datang ke sini! Aku tak bisa mengatakannya lewat telepon.” Bevrlyne hampir membentak, tapi untungnya ia bisa berbicara cukup pelan sambil menahan emosinya. Velgard mengangkat tangan kirinya seolah menghentikan atau menangkan Bevrlyne, ia segera menganggap bahwa situasi Bevrlyne memang benar-benar serius. “Oke, oke, aku harap ini benar-benar penting.” “Cepatlah, aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, hanya kau yang bisa menolongku.” Bevrlyne mendesak dari seberang sana. “Aku akan pergi se ....” Velgard tak melanjutkan kata-katanya dikarenakan saat itu ia melihat bahwa panggilan sudah diakhiri. “Oh, astaga, setidaknya biarkan aku selesai bicara terlebih dulu.” Velgard bergumam kesal lalu mengantongi ponselnya, ia kembali masuk ke dalam ruang kelas lalu meminta izin pergi menemui Bevrlyne. Ia mengatakan bahwa saudarinya mengalami situasi serius dan ia harus pergi, untungnya suasana hati guru sejarahnya sangat bagus sehingga ia diberi izin. Velgard segera mengambil tasnya lalu menyerahkan buku tugas miliknya yang sudah diisi, ia melakukan itu karena melihat murid-murid lain sedang mengerjakan tugas itu. “Hei, kenapa buru-buru diberikan? Setidaknya pinjamkan padaku dulu.” Jace berbisik agak kesal karena temannya itu malah tidak memberinya kesempatan untuk mencontek. “Salah sendiri tidak mau menjaga tasku, kesempatanmu habis untuk mencontek. Berusahalah sendiri.” Velgard segera pergi setelah mengatakan kalimat itu. Velgard segera pergi menuju toilet wanita, ia berlari cukup cepat. Sebagai atlet football, ia bisa berlari lebih cepat dari murid biasanya, bahkan ia bisa menghindari orang-orang yang ada di lorong. Tapu untungnya saat ini sepanjang lorong tampak kosong. Dalam perjalanan menuju ke toilet terdekat di mana seharusnya Bevrlyne berada, Velgard bertanya-tanya bahkan sampai menebak mengenai apa yang terjadi pada saudarinya itu. Masalah seperti apa yang sampai membuatnya harus melakukan panggilan? Apa ini memang masalah serius? Apabila dipikir lagi, ia malah semakin merasa penasaran dan jujur saja ingin segera tiba di tempat tujuan. Perlahan rasa khawatir mulai dirinya rasakan, ini adalah pertama kalinya Bevrlyne mengatakan dirinya butuh bantuan terhadap sesuatu yang penting dan mendesak. Beberapa waktu kemudian, Velgard sudah tiba di depan pintu masuk toilet wanita terdekat di kelas Bevrlyne. Ia ragu untuk masuk ke dalam sana, meski begitu ia tetap memaksakan diri mendorong pintu terbuka. “Bev, kau di sana?” bisik Velgard takut kalau adiknya itu sedang mengerjai dirinya, bahwa ia tidak ada di sana melainkan Sarah Jordan lah yang berada di dalam toilet, hidup Velgard akan berakhir apabila hal tersebut terjadi. Perbuatan yang dirinya lakukan tanpa sengaja pastilah akan berdampak buruk. “Aku di dalam sini, cepatlah kemari.” Bevrlyne segera menyahut dari salah satu bilik toilet dengan nada yang pelan dan terdengar agak lega. Velgard sendiri menjadi tenang karena ternyata Bevrlyne benar-benar ada di dalam toilet wanita, benar-benar memerlukan dirinya, bukan karena iseng atau sedang berusaha mengerjai dirinya. “Kau tak sedang t*******g bukan?” balas Velgard yang kembali mengajukan pertanyaan, ia masih di tempatnya berdiri, tampak masih ragu untuk masuk ke dalam sana. “Jangan bercanda, cepatlah ke sini!” sergah Bevrlyne yang sepertinya sudah kehilangan kesabaran. Maka mau tak mau Velgard melangkah masuk lalu menutup pintu sehingga ia akan tahu apabila nanti ada wanita yang akan masuk. Velgard berjalan menuju bilik toilet yang terdapat Bevrlyne di dalamnya. “Kau bisa membuka pintunya, aku di sini.” Velgard berbicara setelah ia tiba di depan pintu bilik toilet. Beberapa detik kemudian pintu bilik dibuka secara perlahan, pada saat itulah muncul tangan besar berisik biru dengan selaput pada sela jari tangannya. “Oh astaga!” Velgard terperanjat lalu mundur selangkah. Ia siap menyerang karena mengira bahwa yang menyambutnya adalah monster, untunglah pada saat itu Bevrlyne memperlihatkan wajahnya. “Kupikir kau akan lari ketakutan.” Bevrlyne bergumam saat melihat reaksi dari saudaranya, jelas keadaan yang dialaminya saat ini cukup buruk. “Aku hendak melakukan itu sebenarnya, tapi kau malah muncul.” Bevrlyne tak menanggapi. “Yang lebih penting, apa itu? Kenapa tanganmu seperti itu?” Velgard sama sekali tak ragu, ketika ia berbicara, ia meraih memegang tangan kanan Bevrlyne. “Inilah masalahnya.” Bevrlyne membalas dengan lirih. Sementara Velgard mengamati dan menyusuri setiap sisik seolah mencoba merasakan apakah itu benar-benar sisik atau bukan. “Ini asli, dan juga tebal.” Velgard berucap dalam benaknya, kemudian ia melepaskan tangan Bevrlyne sebelum mengangkat wajah memandang pada gadis itu. “Bagaimana itu terjadi?” “Aku juga tak tahu, tiba-tiba saja tanganku berubah begitu saja.” Bevrlyne tampak tak tenang. Ia berjalan menuju cermin. “Tadi aku sedang mengerjakan tugas di depan, baru sebentar aku menulis, tanganku serasa menggelitik.” Ia menjeda sesaat lalu memandang pantulan dirinya di cermin, Velgard sendiri ikut berjalan ke depan cermin lalu duduk di atas pinggiran wastafel. “Untunglah aku buru-buru pergi, biasanya kalau ada perasaan berbeda dari normalnya, aku ....” Velgard langsung mengangkat tangan saat ia mendengar suara beberapa wanita di luar. “Bicaranya nanti saja, kita tak aman berada di sini, kita harus membuat tanganmu normal lagi.” Sambil berbicara, Velgard mengeluarkan handuk yang biasa ia gunakan untuk mengelap keringat ketika selesai latihan football. “Maka dari itu aku memanggilmu, kau bisa membantuku bukan?” balas Bevrlyne lagi. Velgard tak langsung menjawab, ia meraih kedua tangan Bevrlyne lalu membungkusnya dengan handuk itu. “Ya, untuk saat ini kita harus pulang dulu,” ucapnya, bersamaan dengan selesainya ucapan itu, ia juga sudah selesai menutupi kedua tangan adiknya dengan Handuk. “ “Kita pergi sekarang, ayo.” Velgard segera menarik tangan Bevrlyne pergi dari sana. “Pulang?” “Ya, terlalu berisiko apabila kau lebih lama berada di dalam sekolah.” Bevrlyne tak mengatakan apa-apa lagi saat mendapatkan balasan itu. Ia tahu bahwa itulah faktanya, di sekolah terlalu banyak orang dan itu membuat kemungkinan dirinya diketahui abnormal akan terlalu besar. Di rumah adalah tempat yang paling aman. Ketika mereka keluar dari toilet, mereka malah berpapasan dengan beberapa perempuan yang hendak masuk. “Sedang apa kau di toilet wanita?” “Belajar cara kencing seperti perempuan.” Velgard membalas sekenanya, ia menarik Bevrlyne pergi meninggalkan para perempuan yang melihat mereka dengan tatapan aneh. “Aku bukan pecinta saudara kandung, terlalu banyak wanita selain ibu dan adikku yang bisa kujadikan pasangan, jadi jangan memandangku tak normal seperti itu!” seru Velgard tanpa berbalik. Sepertinya ia sudah tahu kalau dirinya akan menjadi pusat perhatian. Velgard seolah sudah tahu bahwa ia akan menjadi tontonan ketika memasuki toilet wanita. Lalu Bevrlyne? Dia hanya bungkam saja menurut dituntun oleh kakaknya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD